Anna seorang gadis desa yang memiliki paras cantik. Demi membayar hutang orang tuanya Anna pergi bekerja menjadi asisten rumah tangga di satu keluarga besar.
Namun ia merasa uang yang ia kumpulkan masih belum cukup, akan tetapi waktu yang sudah ditentukan sudah jatuh tempo hingga ia menyerah dan memutuskan untuk menerima pinangan dari sang rentenir.
Dikarenakan ulah juragan rentenir itu, ia sendiri pun gagal untuk menikahi Anna.
"Aku terima nikah dan kawinnya...." terucap janji suci dari Damar yang akhirnya menikahi Anna.
Damar dan Anna pada hari itu di sah kan sebagai suami dan istri, Namun pada suatu hari hal yang tidak di inginkan pun terjadi.
Apa yang terjadi kelanjutan nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MomoCancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Setelah banyak mempersiapkan semuanya si mbok kembali mengemasi tempat dan merapihkan barang-barang. Beberapa saat kemudian suara mobil menarik perhatian dari arah luar mungkinkah pemilik rumah itu sudah datang. Aku yang masih terlihat berantakan segera merapihkan pakaian juga menata rambut yang tergerai kini ku ikat rapih.
"Nah ini baru rapih, semoga aja aku diterima kerja disini." Ucapku sangat penuh harap. Harapan yang begitu besar demi satu tujuan.
"Nduk, kamu tunggu sini ya nanti si mbok panggil buat di kenalin sama tuan besar." Kata mbok Yun, aku hanya bisa menurut saja dengan apa yang diucapkan mbok Yun.
Mbok Yun segera bergegas pergi menyambut majikannya yang baru pulang sedangkan pak Kasim terlihat tengah mengambilkan barang bawaan Tuan besar.
"Oh itu toh, Tuan besar. Mending aku buatin minuman segar biar nanti mbok Yun tinggal ngambil gak repot lagi bikin,"ocehku sendiri sembari membuatkan minuman kedalam sebuah gelas berisikan jus buah dengan beberapa butir es batu. Tampak jus yang kubuat itu begitu menggiurkan namun entah suka kah atau tidak, aku hanya bisa berharap apa yang aku siapkan hari ini bisa diterima baik dan diijinkan untuk bekerja disini.
Rasa takut bercampur tidak karuan, aku meras tidak percaya diri saat ini. Pikiran pun ikut tidak beraturan ada hal yang sangat kutakuri jika seandainya pemilik rumah besar itu tidak mengijinkan ku untuk bekerja disini bagaimana mana nasibku nanti.
"Oalah, jauh tenan pikiran ku sampe kesana." Saat ini yang yang merasa grogi terlihat sangat bodoh bicara sendiri jalan kesana kemari tidak karuan hanya hal sepele seperti ini.
"Bagaimana kalo tuan besar tidak suka pada ku, ibu bapak Anna minta doa ibu dan bapak saat ini," tidak henti-hentinya aku berbicara dan meminta kepada Tuhan agar semuanya baik-baik saja.
"Mbok Yun bagaimana rumah aman kan?" Tanya pak Suryo, majikan mbok Yun yang tak lain pemilik rumah besar ini.
"Alhamdulillah aman tuan, kan ada pak Tarno sama pak Kasim yang jaga." Sahut mbok Yun membawakan tas kecil tuan besar.
"Wah.. makanannya banyak banget mbok, sayangnya Angga sama Damar langsung ke kantor jadi gak bisa makan dirumah."lirih pak Suryo. Ada sedikit rasa kecewa saat mendengar pak Suryo saja yang bisa menikmati masakanku hari ini tapi tak apalah semoga beliau suka.
"Iyo pak, Monggo di makan semoga tuan besar suka, soalnya masakan hari ini sedikit istimewa."ucap mbok Yun secara tidak langsung seperti tengah memuji masakanku.
"Oh ya, kalo begitu saya tidak sabar untuk mencoba nya." Pak Suryo segera duduk dan mengambil beberapa macam lauk diatas meja. Perasaanku semakin deg-degan bagaimana jika hasil masakan ku tidak enak.
Pak Suryo terdiam sejenak ia terlihat begitu menikmati makanan yang tersaji didepannya, tanpa berkomentar sedikit pun dia melahap habis makanan diatas piringnya itu. Mbok Yun hanya memberikan kode dengan mengangkat ibu jarinya yang mengartikan jika aku sudah berhasil.
"Bagaimana tuan, makanannya?"tanya mbok Yun.
"Mbok kursus lagi, makanan ini agak sedikit beda dari biasanya. "Komentar pak Suryo.
"Tidak tuan, apa makanan nya tidak enak toh ?"cemas mbok Yun.
"Bukan. Ini enak sekali mbok saya suka makanan ini, jika saja perut saya tidak keburu kenyang saya masih mau makan lagi." Pujinya pak Suryo membuat ku merasa ingin terbang meskipun hanya sekedar mendengar kan saja tapi aku sangat bahagia karena sedikit lagi mungkin aku bisa diterima disini.
"Yang masak bukan si mbok tuan, tapi ada yang mau kerja disini dia ponakan nya pak Kasim baru datang kemarin. Mbok panggilin dulu ya," ucap mbok Yun seraya menghampiri ku yang sedang menguping.
"Hayohh .. lagi apa kamu cah ayu?" Goda mbok Yun yang memergoki ku tengah berdiri dibelakang tembok pembatas antara ruang makan dan dapur. "Mbok," nyengir kuda.
"Ayuk, tak kenalin sama tuan," ajak mbok.
"Mbok yakin Anna bakal diterima kerja?"rasa percaya diriku sedikit menciut.
"Percaya sama mbok, yuk." Mbkekeh untuk segera mempertemukanku dengan tuan besar. Haduh bagaimana nanti ya.
Pak Suryo tengah asyik memainkan ponselnya belum menyadari sama sekali kehadiran aku dan mbok Yun yang sudah ada didepannya. "Tuan, ini Anna ponakan pak Kasim. Anak cantik ini mau kerja disini, ayo Salim sama tuan." Suruh mbok Yun.
"Hah, eh iya em... Pak eh tuan nama saya Anna," terbata-bata.
"Sejak kapan toh mbok Yun, pak Kasim punya ponakan cantik?" Tanya pak Suryo.
"Sebenarnya si mbok juga gak tahu tuan, tapi dia rajin, pinter masak pula. Ini hasil masakan dia si mbok cuma kasih arahan dikit,"tersenyum kecil.
"Oh.. usia kamu berapa Anna?" Tanya lagi pak Suryo menatap lekat ke arahku.
"Umur sa-saya, 23 tahun pak eh tuan."jawabku gugup.
"Panggil saja saya semau kamu, biar kamu juga gak grogi. Saya gak bakal gigit kamu kok."goda pak Suryo. "Kamu masih muda kenapa mau kerja jadi art?" Timpalnya pak Suryo.
"Saya mau bantu orang tua saya pak, makanya saya lebih memilih kerja." Jawabku.
Pak Suryo hanya mengangguk pelan dan berdiri mendekatiku tiba-tiba dia membelai kepalaku layaknya seorang anak, begitu terasa hangat sentuhannya itu sebagai mana bapak sering kali membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang.
"Baiklah kamu boleh kerja disini, semoga kamu betah ya. Usia kamu tidak jauh beda sama anak saya melihat kamu sama seperti melihat putra saya. Ya udah si mbok nanti kasih arahan sama kamu apa saja yang perlu dikerjakan dirumah ini," wajahnya begitu tulus dan baik akhirnya aku bisa bekerja disini Alhamdulillah kini aku bisa menghasilkan uang meskipun baru satu hari kerja.
Bu, pak! Alhamdulillah ternyata aku udah boleh kerja tetap doakan anakmu ini ya, agar tujuan kita segera tercapai.
______