Hena Sanjaya. Model sekaligus aktris dengan bayaran termahal harus terjebak hubungan asmara yang tidak masuk akal dengan seorang Pria yang sebelumnya tidak ia kenal.
Kariernya mengalami masalah setelah namanya terseret skandal dengan sang mantan kekasih, Samuel Harvey.
Demi menyelamatkan kariernya Hena memilih mengikuti hubungan yang ditawarkan Pria tidak dikenalnya tersebut "Asmara settingan" terdengar konyol bagi Hena.
Entah apa keuntungan yang Pria itu dapatkan dengan hubungan ini. Mampukah Hena mengembalikan nama baiknya yang sudah memburuk dan mempertahankan kariernya yang sudah ia jalani selama 8 tahun terakhir, dengan hanya menjalin "Asmara Settingan"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara Settingan 8.
Hena memasuki ruangan luas dengan gaya klasik. Bernuansa Hitam dengan sedikit sentuhan silver, sangat jelas menggambarkan jika sang pemilik adalah seorang pria sejati. Terdapat dinding kaca yang besar di balik meja kerja yang memuat komputer dan banyaknya tumpukan kertas.
Hena menatap pada kursi putar yang saat ini sedang membelakanginya. "Dasar pria arogan" umpat Hena dalam hati. Ia tahu jika di sana ada si Agam Agam pemilik perusahaan. Lihatlah, pria itu bahkan tidak menyambut kedatangan calon kekasihnya dengan benar.
Hena melangkah menjauh dari meja kerja Agam. Ia berniat duduk di sofa tamu yang terdapat di bagian sudut kiri ruangan.
"Siapa yang mempersilahkanmu untuk duduk?"
Gerakan Hena tiba-tiba terhenti di posisi setengah duduk. Belum sempat ia menyempurnakan pendaratan, pendengarannya sudah menangkap kata-kata tidak ramah dari Agam.
Hena terlihat tidak peduli, tetap menyempurnakan duduknya dan mendaratkan pantat di sofa lalu melotot pada Agam yang kini sudah membalikan kursi putar dengan mata tajam yang mengarah padanya.
"Pindah kemari dan baca ini" Agam terlihat meletakkan berkas sedikit kasar diatas meja kerja.
Agam menatap pada Hena yang tidak juga bergerak pindah dari sofa untuk segera duduk di depan meja kerjanya.
"Kau tidak mendengarku?"
Agam mulai kesal dengan tingkah wanita yang saat ini malah menatapnya dengan raut wajah datar, apa mungkin Hena sudah puas melotot padanya. Agam segera mengalihkan pandangan. Wanita drama ini benar-benar memiliki seribu ekspresi.
"Kemarilah dan baca berkas ini" dengan wajah yang masih setia mengarah ke kanan Agam berkata.
Suara itu membuat Rama mengangkat tangan untuk mengusap tengkuk. Ia yang dari tadi diam seperti patung, mengamati interaksi kedua makhluk di hadapannya ini tiba-tiba terusik saat telinganya menangkap ada nada lembut dari suara Tuannya.
"Anda yang kemari. Aku sudah lelah dari apartemen ke perusahaan ini lalu naik ke lantai-37 yang ternyata sangat tinggi. Bahkan aku tidak diberi minum sampai saat ini" Hena mengeluh panjang lebar tentang perjalanannya menuju perusahaan Agam yang seperti melewati lembah mendaki gunung hingga berakhir menyebrangi luasnya lautan. Hena menatap Rama dengan tatapan puppy eyes, berharap Pria bermata empat itu mau memberikan minuman.
Tatapan itu jelas membuat Rama langsung gelagapan dan dengan segera menuju lemari pendingin untuk mengambilkan Hena minuman. Rama sadar jika tingkahnya sekarang mendapat tatapan tajam dari sang Tuan, tapi sepertinya sang asisten sudah tidak peduli. Dirinya lebih dibuat kacau dengan ekspresi Hena yang sungguh manis. Pastikan Rama akan meminta foto ber-dua dengan Hena nantinya.
"Terimakasih" kata Hena ramah saat Rama meletakkan satu minuman dingin dan cheese cake dihadapannya.
"Siapa namamu?" tanya Hena. Tangannya bergerak mengangkat cheese cake yang Rama sajikan.
"Rama, Nona"
"Jangan panggil aku Nona, panggil saja Hena"
"Rama. Nama yang manis, seperti pemiliknya" kata Hena lagi dengan mulut yang sudah menyantap apa yang tersaji di hadapannya.
Jangan tanyakan kondisi jantung Rama saat ini. Jantungnya berdetak sangat gaduh hingga membuat wajahnya memerah. Bahkan tangannya tak segan terangkat naik menyentuhnya dan hal itu diperhatikan jelas oleh Hena dan Agam. Hena tersenyum makin lebar karena tingkah Rama. Pria yang sangat menggemaskan.
Agam berdiri dari duduk dan melangkah mendekati sang asisten yang seperti terkena serangan jantung. Agam muak dengan drama yang ada dihadapannya, ia menggeser Rama dengan tubuhnya hingga membuat asisten pribadinya itu tersingkir.
"Baca ini"
Suara yang terdengar arogan itu membuat senyum Hena lenyap. Tangan Hena bergerak meraih berkas yang Agam letakkan di atas meja. Hena membaca dengan seksama. Matanya melebar sesaat dan melempar berkas kembali ke atas meja.
"Itu bukan surat perjanjian" kata Hena mencibir menatap Agam yang kini duduk tepat dihadapannya yang hanya terhalang meja.
"Bagian mana yang tidak sesuai denganmu?" tanya Agam.
"Berapa yang akan aku dapatkan dari menjalani peran sebagai kekasih palsu?" tanya Hena.
Hena ingat, Jini selama jadi managernya selalu mengutamakan satu hal yang sangat penting. Dalam perjanjian kontrak kerja yang terpenting itu adalah angka. Seberapa besar nominal yang akan mereka dapatkan dalam suatu proyek menggambarkan seberapa besar rekan kerja tersebut ingin menjalin kerjasama dengan Hena.
Tapi di surat perjanjian yang Agam berikan padanya, tidak memuat angka sama sekali, alias Hena tidak mendapatkan kompensasi dari kontribusi dirinya sebagai kekasih palsu dari pengusaha pelit Agam Raksa. Bertambah lagi gelar yang Hena sematkan pada si Agam Agam.
"Kau menginginkan bayaran?" Agam tersenyum sinis. Ternyata wanita yang terlibat skandal ini menuntut bayaran padanya.
"Rama akan mengurusnya. Jadi skandal itu benar" kata Agam mencibir.
"Bersihkan juga nama buruknya yang sebagai wanita jalang" perintah Agam lagi pada asisten pribadinya yang masih setia berdiri.
"Apa maksud Anda?" tanya Hena saat Agam ingin beranjak pergi kembali ke meja kerja.
"Aku harap kompensasi dan jasa membersihkan nama baikmu sepadan dengan keuntungan yang akan aku terima" Agam berkata tajam pada Hena yang kini sudah berdiri.
"Bukankah Anda yang datang padaku menawarkan hal konyol. Jelas Anda memiliki kepentingan besar disini. Apa salah jika aku meminta kompensasi sebagai imbalannya?" Hena mulai kehilangan kesabaran saat menghadapi pria yang arogan.
Agam terlihat tertawa remeh dan menatap sosok Hena "Jangan bersikap seakan kamu tidak membutuhkan berita ini. Kau akan terlihat menjual diri padaku, jika aku tidak mengakuimu sebagai kekasih di depan media" Agam tersenyum smirk dengan mata yang terus menatap remeh pada Hena.
"Dan aku akan mengaku mendapatkan bayaran mahal saat memuaskan nafsu bejat pewaris Raksa Group" Hena tidak mau kalah ia membalas dan juga menatap Agam dengan tajam.
Agam terlihat menaikkan sebelah alisnya saat mendengar kata-kata menantang dari Hena. Apakah wanita ini pikir bisa menggunakan ancaman receh untuk menggertak seorang Agam Raksa.
"Kau pikir aku tidak mampu menghapus berita buruk yang memuat diriku" Agam melangkah mendekati Hena.
"Semuanya akan bisa"
"Jika Agam Raksa sudah menginginkan" bisik Agam pada Hena.
Rama yang memperhatikan kelakuan Tuannya hanya bisa diam. Tuannya akan sangat mengerikan jika keinginan atau perintahnya tidak segera dilakukan.
Hena bergeming dengan wajah datarnya. Mata indah itu menatap pada Agam yang beranjak menuju meja kerja setelah membisikkan kesombongan Pria itu pada diri Hena.
"Bayaran mahal. Bukan untuk memuaskan tapi menghidupkan"
Langkah Agam terhenti saat mendengar kata-kata Hena barusan. Bahkan kaca mata Rama tiba-tiba melorot ingin jatuh tapi tangannya bergerak dengan cepat membenarkan.
gak seru jadinya. di siksa dulu dong 😂
itu udah sangat fatal
semoga kesalahan mu di ampuni.
mati aja lalu jihanAM, semoga kau membusuk.
tpi maaf sebelumnya jgn diikut campurkn bahasa kk
*awak artinya kamu dalam bahasa indonesia kk/Pray//Pray/
minta plastik yang kamu bawa dong..
air sama sama bisa bungkus rendang 🤣🤣🤣
tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya..
hanya Alam luas lah yang bisa mengurung nya.
Seluas Alam terhampar... Luas dan indahnya Kabupaten "Agam" di Sumatera Barat 🤣🤣🤣