Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Mas, ini bagus ngak?" ujar Malika memakai dress dan memperlihatkan punggungnya.
"Ganti" tegas Refandi melihat punggung sang istri terekspos, dia tidak suka melihat tubuh sang istri di lihat orang lain.
"Malika mengganti dress dengan dress baru, sedikit terbuka bagian dada, namun tidak terlihat dada sang istri.
Refandi kebalik menyuruh istrinya mengganti lagi.
"Malika kembali mengganti bolak balik sampai lima kali, membuat Malika kesal dan merajuk.
"Kenapa duduk sayang, cari yang lain" titah sang suami melihat sang istri malah duduk di sofa dan muka di tekuk.
"Ngak mau, aku capek bolak balik nyobain baju, ujung ujung juga ngak ada yang mas suka, aku mau pake karung goni aja" kesal Malika.
Refandi terkekeh melihat kekesalan sang istri, baju itu bukan tidak ada yang bagus di pakai Malika, justru semakin membuat Malika **** dan Refandi ngak mau itu, dia tidak suka istrinya jadi tontonan para laki laki buaya darat nantinya.
"Ya sudah mas yang cariin ya, kamu jangan cemberut lagi" ujar Refandi mengelus kepala sang istri.
"Terserah..." ketus Malika.
Refandi hanya menggelengkan kepalanya, baru kali ini istri cantiknya itu merajuk, gara gara di suruh gonta ganti baju, dan pada akhirnya Refandi lah yang mencari sebuah gaun malam, yang tidak terbuka namun elegan di pakai sang istri.
"Coba ini sayang?!" ujar Refandi lembut melihat wajah sang istri benar benar sudah di tekuk habis.
"Mau gonta ganti lagi, aku ngak mau" ketus Malika melengos ke arah lain.
"Ngak kok janji ini aja" ujar Refandi penuh kesabaran, mau tidak mau Malika pun mencoba bajunya.
"Mas...." ujar Malika keluar dengan makai gaun yang Refandi berikan tadi, Refandi sampai bengong melihat sang istri yang sangat cantik memakai gaun tersebut.
"Mas..." ujar Malika melambaikan tangan ke wajah sang istri.
"Ehhh.... ini kamu sayang?" tanya Refandi dengan bodohnya.
"Bukan mbak mbak spg" dengus Malika.
"Kamu cantik banget sayang, mas suka" ujar Refandi tanpa menghirau kan kekesalan sang istri.
"Mbak tolong carikan highellsnya sekalian sama tas yang cocok" titah Refandi.
"Kenapa harus beli hills sama tas lagi sih mas, buang buang uang saja" omel Malika.
"Ngak apa apa, biar senada sayan" ujar Refandi yang tidak mau di bantah.
Selesai urusan di butiq, Refandi lansung membawa sang istri ke toko perhiasan.
"Ngapain ke sini mas" ujar Malika tiba tiba berhenti di toko perhiasan tersebut.
"Mau beli beras" canda Refandi, memaksa sang istri masuk ke dalam toko perhiasan tersebut.
"Selamat siang Tuan, ada yang bisa kami bantu" ujar karyawan toko tersebut sambil menatap penuh kagum ke arah Refandi.
"Saya mau ambil pesanan saya" ujar Refandi dingin.
"Buset dah, sama ceweknya lembut banget, giliran sama gue dingin banget" gumam pelayan tersebut, masih bengong menatap Refandi.
"Mbak, bisa melayani kami ngak" tegur Refandi.
"Eehh... Maaf maaf Tuan" ujar Pelayan tersebut tergagap.
"Atas nama siapa?" tanya pelayan tersebut dengan kikuk
"Refandi" ujar Refandi singkat.
"Baik Tuan, tunggu sebentar" ujar pelanggan tersebut.
"Mas, kok galak amat sih" bisik Malika yang baru kali ini melihat tampang judes suaminya, tadi saat di butiq dia tidak memperhatikannya.
"Biasa aja" ujar Refandi dengan nada lembut seperti semula, mungkin hanya Malika saja yang dapat perlakuan lembut Refandi, dulu saat sama mantan tunangannya saja Refandi masih agak kaku, dan santai saja melihat mantan tunangannya cipika cipiki dengan teman teman cowoknya, pakaian juga masa bodoh mau pakai baju apa saja terserah, bahkan pernah memakai baju punggung terbuka, belah dada kelihatan, dia cuek saja, berbeda dengan Malika, dia tidak sudi tubuh istrinya itu terlihat oleh laki laki lain.
"Mau minum sayang" ujar Refandi memberikan botol minum yang di sediakan di toko perhiasan tersebut.
Malika menerimanya dengan senang hati.
"Ini Tuan pesanan anda, silahkan di cek terlebih dahulu" ujar Pelayan tadi.
Refandi hanya diam dan membuka kotak perhiasan tersebut, Malika sampai melotot melihat perhiasan yang berkilau di kotak sana, dia yakin harganya tidak lah murah.
"Sini sayang di coba dulu" ujar Refandi menarik sang istri agar mendekat ke arahnya.
"Mas i-ini buat aku" tunjuk Malika pada dirinya.
"Ngak buat istri mas" goda refandi sambil memakaikan cincin berlian di jari manis malika, dan memasangkan gelang, kalung dan anting di tubuh sang istri.
"Cantik" puji Refandi
"Ini berlebihan mas" oceh Malika.
"Ngak ada yang berlebihan untuk istri tercinta mas" ujar Refandi mengecup singkat pipi sang istri.
Membuat siapa saja di sana ikut meleleh, melihat perlakuan romantis dan royal Refandi kepada Malika.
"Aiss.... gue ngak lihat. gue ngak lihat"
"Gue cuma rumput yang bergoyang"
"Oksigen mana oksigen"
Begitulah segelintir ucapan yang hanya mampu di ucapkan dalam hati oleh orang orang di sana.
"Ok, semua sudah pas, saya ambil" ujar Refandi.
"Ini suratnya Tuan" ujar pelayan.
Refandi melihat harga di surat perhiasan tersebut dan mengambil dompet dengan santai dan mengeluarkan kartu berwarna hitam dan memberikan kepada karyawan tersebut.
Sementara Malika serasa dadanya sesak, nafas lansung ingin berhenti melihat harga perhiasan tersebut.
Melihat sang istri yang syok itu, Refandi lansung merangkul istrinya.
"Biasakan dengan hal hal seperti ini sayang, bantu mas ngabisin duit mas, apa kamu mau wanita lain ikut membantu menghabiskannya" bisik Refandi, karena menurutnya sang istri kelewat hemat dan tidak mau berbelanja, harus di paksa terlebih dahulu.
Seketika Malika di buat kesal dan mencubit perut sixpek sang suami, tentu saja Refandi meringis kesakitan.
"Awas saja berani berani, aku buntungi itu perkutut" kesal Malika, tentu saja Refandi lansung menggelengkan kepala dengan tegas, membayangkan perkututnya di buntungin sang istri dia lansung bergidik ngeri.
"Rupanya istri gue klau lagi cemburu ngeri juga" gumam Refandi.
Bersambung.....