Kehidupan ini terlalu menyakitkan, cinta yang telah Aluna perjuangkan terpaksa harus ia relakan berakhir tak bahagia bersama Rain.
Lalu bagaimana bisa seorang Aluna yang telah terpuruk dengan keadaan harus terus berjuang agar tetap hidup, bak semua komedi dirinya di paksa melupakan semuanya
"Biarkan aku pergi" Lirih Rain
---
"Rain, maafkan aku, aku terpaksa pergi, dan melanggar janjiku" Lirih Aluna
---
Ibaratkan terjebak di alam mimpi, Aluna kecil terbangun dengan keringat yang sudah melekat di bajunya
"Siapa kakak tadi ya?" ujar si toddler sambil menatap mamanya yang masih tertidur
Apakah ini kesempatan berikutnya bagi Aluna? apakah Rain juga telah lahir di kehidupan berikut nya meskipun keduanya tak lagi saling mengenal maupun memiliki perasaan yang sama, bagaimana kisahnya? yuk saksikan bersama
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putriiiiiiiiiii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AMM
.
.
.
Derap kaki yang begitu cepat terdengar di antara pejalan kaki yang berjalan dengan santainya menuju ke tempat mereka masing-masing
Rain, dalam artian hujan, hidupnya benar-benar bak hujan, selalu basah, namun bukan basah akan kebahagiaan tetapi basah akan penderitaan hidup nya
kini ia menatap hujan yang tengah turun dengan derasnya melalui jendela kaca di kelasnya, rain berharap ia masih bisa melanjutkan hidupnya untuk terus bertahan
Tak tak
"Permisi" kekeh seseorang memasuki ruang kelas nya
"oh kamu siswa baru itu? silahkan masuk"
"baik"
di saat semuanya menoleh hanya rain yang tak menoleh ke depan untuk melihat sosok siswi baru yang di rumor kan merupakan gadis kesayangan dari keluarga berada
"Perkenalkan, nama saya Aluna Xander"
"kalian bisa memanggil ku Aluna"
"Hai Aluna" sapa semuanya
"Aluna, kamu bisa duduk di belakang Rain, rain? angkat tangan mu"
Bukannya mengangkat tangannya rain hanya menoleh membuat Aluna tau siapa yang di maksud guru nya, Aluna pun berlari-lari kecil ke belakang pria bernama Rain
"Hai aku Aluna, salam kenal rain"
Sontak saja semuanya diam, mereka benar-benar di buat kaget dengan keberanian seorang Aluna menyapa si kulkas, jahat dan arogan, semua julukan tak baik ada pada pria itu
"ehm Rainza"
"Hai" lanjut Aluna kemudian duduk
Guru tersebut melanjutkan menerangkan dan sedikit menjelaskan detail awal pejalaran sebelum kedatangan aluna, namun sayangnya perhatian gadis itu teralih dengan rain yang bersikap acuh dengan penjelasan di depannya
"Rain? kamu nggak papa kan?" tanya Aluna berbisik
"rain? kamu dengar nggak? rain? hei rain"
bruk
"rain!"
rain menoleh dengan tatapan tajam, ia tak suka di ganggu, ia sedang fokus mendengarkan meskipun tatapannya teralih ke luar gedung kelas nya.
"diamlah"
"Aluna! ada apa?" tanya guru tersebut
"ehm nggak kok pak, hehehe" kikuk Aluna
"perhatikan baik baik, setelah ini akan ada tes, kalian semua wajib memiliki nilai di atas 90 untuk lulus dari SMA ini"
"iya Pak"
Aluna siswa pindahan dari luar negeri, sebenarnya ia warga asli Indonesia tapi ia ikut dengan orang tuanya ke Australia karena pekerjaan, ia bersekolah di sana selama mungkin.
setelah sejam Aluna mendengarkan penjelasan yang menurut nya tak masuk akal oleh akalnya, kini semua murid berjalan keluar dari kelas tersebut, beberapa mengajak Aluna tapi gadis itu memilih di kelas untuk beristirahat
"Rain? kenapa nggak ke kantin?" tanya Aluna
bukannya mendapatkan respon, rain hanya memilih memakan bekal makan siangnya yang seadanya saja, Aluna menatap bekal rain kemudian berdiri
rain terkejut saat Aluna meletakkan makan siang nya kemudian duduk di sebelah nya, selama ia hidup untuk pertama kalinya ada seseorang yang berusaha dekat dengannya
"kita makan sama sama ya?"
"ehm"
"makan yang banyak, biar sehat, ya?"
"hem"
"ehm, rain? kamu nggak punya pacar kan?" tanya Aluna sedikit gugup, ia tak mau membuat masalah di hidup siapapun hingga merusak hubungan mereka
"tidak"
"oh yaudah, makan banyak banyak, aku lagi diet" kekeh Aluna memberikan beberapa lauk pauknya ke bekal makan siang Rain
"ehm, oh ya rain? kamu tinggal di mana?"
"kenapa?"
"mungkin aku bisa berkunjung ke rumah kamu untuk belajar, ujian nya sudah dekat dan masih sedikit materi yang aku tau, bisakan?"
"tidak"
"kok tidak? terus aku bisa minta bantuan sama siapa dong?"
"di kelas ini ada banyak penghuninya bukan hanya aku"
selama berbicara rain enggan menatap mata Aluna, ia sibuk menikmati makan siang yang setelah sekian lama akhirnya benar-benar memuaskan rasa lapar yang selalu menjadi penghuni setia di perutnya
"kamu suka?" tanya Aluna
"serius?" tanya Aluna membombardir
"ehm"
"sayurnya... enak nggak?"
"ehm enak"
"serius? aku bawain lagi besok ya? ini masakan ku, untuk pertama kalinya ada yang memuji masakan ku"
"tidak perlu, kita tidak seakrab ini"
"justru itu aku mau akrab sama kamu!!!" kesal Aluna
"kenapa?"
"rain? masa semua harus aku katakan sih"
"ini tidak masuk akal, kita baru kenal beberapa menit yang lalu, kenapa harus-"
"kita sekelas, akan berjuang bersama untuk lulus, kenapa harus bertanya lagi, kamu baik kok"
"tau dari mana?"
"tanyakan pada mereka aku seperti apa" timpal rain
"rain! dengar baik baik! aku nggak dengar apa kata orang, aku punya opini ku sendiri, dan aku nggak mau opini ku di rusak hanya karena mereka berbeda dengan ku, jadi stop samain aku dengan mereka!"
"iya"
tiga huruf yang di keluarkan rain membuat Aluna tersenyum, ia bisa membaca seorang rain dengan percakapan mereka, rain orang yang sangat berhati-hati, akan terus mengintimidasi hingga ke akarnya sebelum menemukan seluk beluk niat seseorang padanya
....
ujian untuk hari ini di mulai, tampak para siswa siswi serius mengerjakan ujian mereka, karena jika mereka mendapatkan nilai rendah maka mereka akan lembur beberapa jam di kelas ini dan merangkum ulang materinya dalam bentuk lisan
"baiklah! jam sudah selesai, saatnya pemeriksaan"
"ya Tuhan!!!" lirih Aluna frustasi
"nomor satu D"
"dua A"
dan seterusnya, menurut Aluna pelajaran yang ia baca di roster sejak kembali ke Indonesia dan masuk ke sekolah itu membuatnya stress, tak satupun yang ia mengerti kecuali olahraga
"bagaimana? dapat berapa?"
nyaris semua siswa jawabannya hanya satu yang salah dan rain yang benar semua sedangkan Aluna yang memiliki 7 salah dari 15 soal Matematika
"Aluna! sudah baca aturan ini kan sebelum masuk? tinggal di sini selama empat jam, rangkum kembali dan temui saya di ruang guru setelah empat jam dari sekarang, dan lainnya silahkan kembali"
Aluna mengangguk, ia termangu, jangankan empat jam, sepuluh jam pun lidah Aluna akan terlipat lipat saat menjelaskan rumus rumus di hadapannya
sejam Aluna berusaha menghafalnya ia malah tantrum sendiri hingga berteriak frustasi, tak secuil pun rumus bisa ia ingat
ceklek
"maaf Pak saya belum paham" lirih aluna
"ayo makan"
"hah?"
Aluna pikir itu gurunya tau taunya itu adalah Rain yang kembali dengan membawa beberapa makanan yang di jual dekat sekolah mereka
"rain, tolong" lirih Aluna
"kemari biar aku bantu"
"duduk dulu" ajak Rain
"rain! aku bisa gila! baru sehari masuk aku udah gila!!! aku mau pulang"
"pengen pindah sekolah"
"baru sehari" cibir rain
"kapasitas otak kamu besar! nggak kayak aku! bloon"
"oh ya? coba"
rain terus menjelaskan Aluna dengan caranya sendiri, tepat 30 menit setelahnya rain mengetes Aluna dan benar saja Aluna paham konsepnya, ia bahkan bisa menjelaskannya
"ke ruang guru sana, aku tunggu di depan ruang guru"
"iya"
Aluna segera berlari dengan girang, di susul rain yang membawa tas Aluna serta perintilan perintilan gadis itu
kreek
"Rain!!! makasih"
grep
"aaaaaahhhhh aku lega banget!! nilai aku juga sekarang naik! yah meskipun nggak sesempurna kamu dan yang lain nya, tapi cuma beda 3 kok, kamu 100 yang lain 97, aku 94"
"bagus dong"
"iya!"
"eh maaf"
Aluna yang baru sadar segera melepas pelukannya kemudian menatap rain dengan malu malu, rain masih dengan prinsip nya setiap berbicara ia enggan menatap Aluna
"a-yo pulang" ajak Aluna
"ah i-iya"
.....
bersambung