Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #17
Delapan bulan kemudian.
Al selalu sering berpergian dengan Abi. Saat pulang dari rumah Abi waktu itu, Anaya sangat terkejut ketika Al memberitahu jika dirinya diberi hadiah oleh eyang buyut karena bisa menjawab pertanyaan dengan benar dan tepat. Al tampak sangat bahagia sehingga membuat Naya tidak bisa memarahinya karena Al sudah berani pergi ke rumah Abi tanpa seizin Naya.
Sekarang pukul tujuh malam, Denis telah berada di rumah Anaya. Dia ingin bertanya tentang keputusan Naya untuk menerimanya atau menolak. Denis duduk berhadapan dengan Naya, jantungnya berdegup kencang menunggu jawaban dari Anaya.
"Nay, aku tidak ingin memaksamu." ucap Denis karena melihat tangan Anaya yang menggulung ujung baju.
Manik mata indah milik Anaya menatap serius ke manik mata Denis.
"Pak, Pak Denis adalah pria yang sangat baik. Bahkan pak Denis—lah yang sudah menemani saya disaat saya dalam masa sulit. Tetapi Pak Denis tahu jika cinta itu tidak bisa dipaksa bukan?''
Denis hanya diam mendengarkan perkataan Naya, dalam hati dia sudah yakin jika Anaya pasti ingin menolaknya.
"Aku tau Naya dan aku juga sudah mengetahui jawaban darimu."
Anaya menunduk karena merasa tidak enak hati.
"Maafkan aku sekali lagi, Pak. Aku tidak bisa menerima Pak Denis."
Denis tersenyum sambil mengangguk. "Tidak masalah, anggap saja kita tidak berjodoh."
Naya menunduk, dia tidak sanggup melihat wajah Denis yang sendu dan pasti sangat kecewa.
Deru mobil terdengar di halaman rumah, Al yang sedang bermain di dalam langsung keluar dari rumah karena dia yakin jika mobil itu pasti milik Papanya.
Benar saja, Abi keluar dari mobil dengan senyum lebar.
"Sayang?" panggilnya.
Al menghambur ke pelukan Abi sementara Denis langsung memasang raut wajah datar dan tidak suka. Denis merasa jika Abi adalah penghalang baginya untuk bersama dengan Naya dan Al.
Al berada di dalam gendongan Abi, mereka mendekati Naya dan juga Denis yang sedang duduk di kursi.
"Selamat malam, Pak Denis.''
Denis mengangguk. ''Selamat malam, Pak."
Denis sudah mengetahui tentang masa lalu Naya dan siapa Abi dalam hidup Anaya. Denis sangat takut jika Naya menjadi suka dengan Abi maka dari itu dia memberikan waktu satu Minggu agar Naya memberikan keputusan tentang hubungan mereka nantinya. Denis tidak ingin keduluan oleh Abi, dia awalnya yakin jika Anaya pasti akan menerimanya karena Denis yang selalu ada disaat Naya dalam situasi apapun. Namun, semua khayalan Denis hanyalah semata karena nyatanya dia tidak bisa bersama dengan Anaya.
Denis beranjak dari kursi dan pamit untuk pulang karena dia tidak bisa melihat Naya dan Abi bersama.
"Mau kemana, Pak?" Naya bertanya ketika Denis melangkah pergi.
"Saya tidak ingin menganggu kalian." jawab Denis sambil melangkah dengan cepat.
Abi dan Anaya hanya saling pandang.
"Apa kamu sudah selesai bersiap?"
"Aku ganti baju dulu." Anaya masuk ke dalam rumah sementara Abi dan Al menunggu diluar.
Beberapa menit kemudian.
Anaya telah selesai bersiap dengan menggunakan setelah baju bermerek Gucci dan dia terlihat sopan.
"Aku menyukai baju ini." ucap Naya setelah berada bersama dengan Abi.
"Aku hanya menduga saja tentang seleramu." balas Abi sambil tersenyum.
Al meminta kepada Anaya agar membuka hati untuk Abi, Naya juga merasa jika Abi tidak sepenuhnya salah karena saat itu dia dalam keadaan patah hati. Anaya akan mencoba memberikan kesempatan kepada Abi.
Mereka malam ini akan pergi ke rumah orang tua Abi, Naya sangat gugup karena dia takut jika kedatangannya tidak di sambut baik nanti setelah keluarga Abi mengetahui dirinya hanyalah perempuan biasa yang tidak mempunyai titel dan tamatan sekolah tinggi.
Di dalam mobil.
Abi menggenggam jemari Naya dengan lembut, dia memberikan senyuman untuk menenangkan Anaya.
Anaya hanya diam saja sambil tersenyum.
"Semuanya akan baik-baik saja."
Anaya menghembuskan nafas pelan.
Al tersenyum senang ketika melihat keromantisan Abi dan Anaya, inilah yang dia inginkan yaitu bersatu dengan Papa dan Mamanya lalu mereka akan menjadi keluarga lengkap.
Dua jam kemudian.
Anaya melihat kota yang sudah lama dia tinggalkan dimana dirinya dilahirkan, dibesarkan dan menuntut ilmu. Di kota itu pula Naya melepaskan kehormatannya karena direnggut paksa oleh Abi, Naya ingin mencoba melupakan kejadian itu dan dia akan berusaha kuat serta menerima segalanya.
'Aku tidak menyangka akan kembali ke kota ini, apa kabar dengan Bibi dan Sarah? Aku sangat merindukan mereka berdua.' batin Naya bersedih.
Dua puluh lima menit.
Mobil Abi berhenti tepat di halaman rumah megah bak Istana, Anaya menjadi semakin insecure dengan kondisi hidupnya yang sudah pasti tidak sebanding dengan Abi. Mereka bertiga keluar dari mobil lalu berjalan menuju dalam rumah.
"Kamu tidak perlu gugup, keluargaku sangat baik."
Mama Abi dan Papa Abi menyambut Anaya dengan baik, saat Anaya baru melangkah masuk dari pintu utama kedua orang tua Abi sudah menghampiri Naya dengan sangat ramah.
"Oh, akhirnya calon mantu kita datang."
Mama Abi cipika cipiki dengan Naya.
Anaya mencium punggung tangan kedua orang tua Abi sebagai tanda sopan.
"Al sayang, kamu main di kamar aja ya? Papa akan meminta Bi Dar untuk menemanimu."
Al mengangguk patuh.
Setelah Al pergi, para orang tua segera duduk di sofa dan mereka melakukan perkenalan.
"Naya, Tante sudah tahu tentang kamu dari Abi. Abi sudah menceritakan semuanya pada Tante dan Om. Tante harap kamu bisa memaafkan segala kesalahan Abi yang tidak dia sengaja."
Naya tersenyum tipis. "Saya akan mencoba memaafkannya, Tante. Lagipula tidak baik memendam perasaan dendam kepada seseorang."
"Pantas saja Al sangat pintar, baik, sopan dan genius ternyata Mamanya juga seperti anaknya."
Anaya hanya tersipu, dia senang karena keluarga Abi menerimanya dengan baik.
"Jadi, kapan kalian akan menikah?"
Anaya menjatuhkan tas jinjingnya tanpa sengaja, dia kaget mendengar pertanyaan dari Johan Pamungkas— Papa Abi.
"M—menikah?" ulang Naya dengan gugup.
"Ya, bukankah kalian akan menikah? Kalian berdua sudah memiliki anak lalu ingin menunggu apalagi? Apa kalian tidak ingin melihat Al bahagia karena memiliki orang tua yang lengkap?" Papa Abi seakan memaksa.
Anaya hanya melirik Abi sejenak dan terlihat Abi hanya diam saja.
"Saya belum memikirkannya, Om."
Kedua orang tua Abi menatap Abi secara bersamaan.
Abi pun memberi kode dengan mengedikkan bahunya.
Mereka kembali mengobrol ringan hingga beberapa saat kemudian, suara heels seseorang memecahkan obrolan serta mengalihkan padangan mereka semua.
Seorang wanita cantik dengan rambut di gerai, tatapan mata setajam elang dan rahang mengeras berjalan menghampiri Abi beserta keluarganya, dia menatap semua orang dengan tatapan tidak suka dan kesal.
•
Anaya Putri 🥰
•
**TBC