'Ketika nona arogan berubah'
Apakah kalian berfikir bahwa aku akan berubah menjadi gadis yang baik,sopan,ramah,rendah hati?
Kalian salah,aku akan berubah menjadi malaikat pencabut nyawa untuk orang-orang yang menghancurkan kehidupan ku.
***
Alana Blanchard meninggal di usia 18 tahun karna tertabrak mobil truk yang membuat tubuhnya hancur dan tak berbentuk,bahkan hanya kepalanya yang terkubur karna keluarganya tak mau repot-repot mencari bagian tubuh lainnya.
Bahkan semua orang menganggap kematiannya adalah sebuah berkat,termasuk keluarga dan juga tunangannya.
Namun Tuhan memberikannya kesempatan kedua,hingga ia kembali ke satu tahun lalu dimana setahun kemudian adalah hari kematiannya.
Namun Alana hanya sendiri melawan keluarganya yang berpengaruh besar,belum lagi dengan keluarga tunangannya yang punya organisasi mafia.
Akhirnya Alana meminta bantuan Paman kecil dari tunangannya,yang ia tahu adalah orang terpenting dan paling berpengaruh dikeluarga besar mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana yang sama
Flashback off
Setelah bel pulang Alana bersiap-siap untuk keluar dari kelas sebelum seorang murid dari kelas lain masuk ke kelasnya dan menghampirinya.
"Alana Celine menyuruh ku memberikan ini padamu"
"Untuk apa?."Tanya Alana sembari menerima secarik kertas itu.
"Tidak tahu, katanya itu surat penting jadi aku dilarang membukanya",jawab siswa perempuan itu,"Kalau begitu aku permisi,"
"Mm terimakasih",jawab Alana tanpa menoleh sembari membuka kertas itu.Sesaat setelah membaca isi dari kertas itu ia kemudian menoleh ke barisan meja ujung.
Cindy?
Segera ia menghampiri Vina yang bermalas-malasan di mejanya meskipun sudah bel pulang."Vin,dimana Cindy?"
"Gak tahu Al ini gue juga lagi nungguin dia mau balik bareng,tadi dia permisi ke toilet dan sampai sekarang belum belok itu anak,mungkin udah ke kantin ya Al?",jawab Vina jadi kesal.
"Udah kamu telfon?"
"Wa nya gak aktif,tapi udah gue kirim pesan,kenapa emang Al?",tanya Vina polos.
"Enggak ada,aku balik duluan"
"Eh tunggu Al,kita ke gerbang bareng my princess Alana!,"teriak Vina yang buru-buru memasukkan buku-bukunya tapi Alana pergi dengan berlari.
"Iiih kesel banget sama tu anak dua", gerutunya mengerucutkan bibir.
***
Alana kembali melihat isi kertas yang diberikan Celine,ia masih berdiri di koridor mencoba terus menelfon nomor Cindy tapi sama sekali tidak di jawab,ia kembali melihat kertas di tangannya setelahnya tanpa berfikir panjang benar-benar pergi ke belakang sekolah.
~Cindy sedang bersama ku di gudang belakang sekolah,jika kau tidak ingin terjadi sesuatu pada sahabat mu ini cepatlah kemari atau kau akan menyesal nanti,aku tidak main-main dengan ucapan ku Alana,ingat~
Selang beberapa saat Alana akhirnya sampai di belakang sekolah,ia tidak langsung bergegas menuju gudang karna melihat beberapa murid laki-laki yang tampak berdiri di depan pintu gudang.
Deg...
Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat,bukan karna ia takut tapi melihat hal itu membuatnya teringat dengan yang terjadi padanya di masa depan yang tentu saja tidak akan ia biarkan terjadi lagi,hal itu sama persis dengan kejadian hari itu dimana ia di jebak seseorang mengatasnamakan Rafael yang sedang menunggunya di gudang sekolah dan dengan bodohnya ia percaya akan hal itu, hingga terjadi hal yang membuatnya begitu trauma.
Kepalan tangannya semakin kuat kala melihat Celine keluar dari dalam gudang itu tampak bertanya pada beberapa murid laki-laki itu,"Ingin melakukan taktik yang sama lagi?"
Ekspresi wajah Alana menjadi begitu dingin, tentu saja ia tidak akan membiarkan semuanya terulang kembali.
***
"CK,sialan dimana dia kenapa belum muncul juga!",kesal Celine yang pada akhirnya keluar meninggalkan seorang siswi perempuan yang terikat dengan kondisi tidak sadarkan diri.Ia menemui beberapa murid laki-laki di depan gudang.
"Kalian masuk dulu sembunyi di dalam,jangan sampai dia curiga dan gak jadi kemari karna melihat kalian di sini",perintah Celine yang ternyata begitu di dengarkan oleh beberapa siswa laki-laki itu.
Kemudian mungkin sekitar empat atau lima orang murid laki-laki itu masuk ke dalam gudang menyisakan Celine yang tampak mondar mandir di depan."Awas aja kalo lho gak datang Alana,gue bakal bikin lho nyesel dengan melihat kondisi sahabat lho,tapi kalo datang sama aja sih lho yang bakal nyesel seumur hidup,"ucapnya berargumen sendiri dengan ekspresi wajah tidak sabaran.
Bukh~
Tiba-tiba sebuah pukulan kayu dengan begitu keras di layangkan ke punggung Celine, hingga membuat perempuan itu langsung terjatuh tidak sadarkan diri.
"Kau sendiri yang menginginkannya"
Seorang murid perempuan berdiri dengan balok kayu di tangannya,ia tampak tersenyum sumringah melihat Celine yang sudah tergeletak tak sadarkan diri,ia kemudian berjongkok dan menarik name tag Celine setelah itu membuka jaketnya dan membungkus kepala Celine dan mengikatnya cukup kuat,tentu saja ia memberikan ruang nafas.
Setelah itu ia menyeret tubuh itu masuk ke dalam gudang dengan hati-hati,kemudian menulis di secarik kertas dengan sedikit terburu-buru.
~Jangan buka penutup kepalanya sedikitpun, selebihnya kalian puas mau melakukan apapun,kalian mengerti!,aku menunggu di kantin sekolah~
Setelah menulis itu ia meletakkan di atas dada Celine kemudian menutup pintu gudang cukup keras,hal itu membuat derap langkah tiba-tiba mengarah padanya dan dengan gerakan cepat ia bersembunyi hingga terlihat lah lima orang murid laki-laki yang tampak berandal yang kemudian menarik tubuh Celine setelah membaca kertas yang ditinggalkannya.
"Aku hanya mengembalikan nya pada mu Celine,",ujarnya dengan tatapan tanpa ekspresi,kemudian langsung mencari keberadaan sahabatnya.Ya dia adalah Alana.
***
Flashback selesai
"Al,kok gue bisa ada di sini ya perasaan tadi aku lagi di toilet terus tiba-tiba ada yang mukul aku dari belakang"
"Terus kamu ingat apa lagi?"
"Gak ada,aku gak ingat apa-apa lagi selain itu"
"Ya udah gak usah di pikiran lagi,mending kita pulang aja udah mau sore juga takut nyokap bokap kamu cariin",Alana berkata dengan datar,semua yang ia lakukan beberapa saat lalu cukup melelahkan setelah menarik Celine masuk ia juga harus memapah tubuh sahabat nya itu sampai ke kelas.
Cindy tersenyum nakal,"Gue belum mau pulang Al,gimana kalau kita ke bar kan udah lama kita gak ke bar", ucapnya menaik turunkan alisnya.
"Nggak",tolak Alana langsung.
"Iiih kita udah lama gak ke sana lho Al, apalagi kita juga udah jarang main bareng,lho tuh sekarang sibuk sama urusan lho",ujar Cindy mengerucutkan bibirnya,"Ya Al plis,kita balik cepat",mohon Cindy.
"Yok dong Al,gue hubungin Vani biar nyusul kita deh, udah lama kita gak karaokean plus minum-minum buat ngehilangin stress,lho tenang aja Al gue yang bayar semu pokoknya"
"Ya Al pliss ayo dong"
Alana akhirnya menyerah,ia juga buntu dengan aktifitasnya akhir-akhir ini bahkan waktu tidurnya hanya 4 jam setiap harinya.
"Ya udah"
"Yeeey akhirnya,tunggu gue kabarin Vina biar nyamperin kita"
Setelahnya keduanya benar-benar pergi ke bar untuk bersenang-senang, berbeda dengan Celine yang saat ini sedang hancur.
***
"Jangan ada yang Videoin!"teriak Rafael marah saat rekan-rekan osisnya malah mengambil ponsel dan merekam hal tidak senonoh di depan mereka.
"Kalian bawa mereka!"perinta Fadil pada osis laki-laki untuk membawa ke lima murid laki-laki yang baru saja selesai memakai pakaian mereka,
Menjijikkan~
"Din suruh dia pakai bajunya", suruh Rafael yang sejak tadi membelakangi perempuan yang saat ini benar-benar berantakan.
Pakaian yang terbuka tanpa bra rok yang robek tanpa CD.
"Oke",ucap Dinda menghampiri perempuan yang wajahnya di tutupi dengan jaket itu, sebagai seorang perempuan ia merasa kasihan karena perempuan itu tampak hancur dengan terus menangis histeris sejak tadi,ia merasa tidak tega.
"Gue buka jaket lho ya,biar nutupin tubuh lho soalnya baju lho udah robek", ujarnya kemudian dengan hati-hati ingin membuka jaket yang menutupi wajah perempuan itu tapi segera di tahan.
"Jangan hiks!",tangis perempuan itu dengan bergetar karna malu.
Rafael Dinda Dino dan Fadil tersentak ketika mendengar suara itu,sesaat tiba-tiba hening dengan ke empat orang itu yang menebak-nebak di pikiran masing-masing.
"Kok suaranya mirip...,"Fadil tidak berani melanjutkan ucapannya,ia melirik ke arah Rafael yang juga tampak kaget.
"Celine!",ucap Dino tanpa embel-embel membuat tiga orang itu langsung menatap ke arahnya,karna mereka juga berfikir seperti itu tapi tidak berani percaya dengan pikiran mereka.
Dinda kemudian fokus pada perempuan di depannya itu yang semakin menangis histeris memeluk tubuhnya sendiri dengan erat-erat,bahkan bisa Dinda lihat tubuhnya saat ini bergetar hebat.
Bersambung...
Jangan lupa like komen vote + rate ya🥺🙏