TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS DELAPANBELAS
Gama memang sudah menjadi bagian dari perusahaan, tapi, tidak lantas menjadikan Gama dekat dengan Niko.
Terlebih, setelah sandiwara menjadi Rahardian telah selesai, Niko seolah tak berhak atas Gama.
Meminta waktu untuk bicara sebentar saja, Gama tak mau memberikannya, sampai Niko sendiri yang harus datang ke perusahaan demi mengajak ngobrol putranya.
Niko sempat mendengar gosip yang beredar di lingkungan perusahaan. Rupa-rupanya anggota direksi yang lain sedang bersatu untuk menurunkan Gama dari kursinya.
Gama dianggap orang asing setelah berita buronnya Letta. Mengungkap rahasia bahwa yang duduk di kursi CEO bukanlah Rahardian melainkan Adhigama.
Ini tetap dianggap tidak sah, terlebih, Niko Dewantara selaku CEO sebelumnya belum mengatakan statement apa pun terkait hal ini.
Namun, Gama bukan seseorang yang gentar walau gosip miring menerpa. Selama ini Gama masih duduk berkuasa di kursi panas.
Niko tiba tepat di depan meja kerja Gama. Putranya tidak asing baginya, dan mungkin ini yang dinamakan ikatan batin.
"Di mana istriku?"
Gama terkekeh remeh. "Istrimu akan mendekam di penjara."
"Aster ... dia masih istriku, Gama!" bentak Niko. Ah, dada Niko mulai sakit hingga harus dia cengkeram kuat-kuat.
"Tuan." Bian yang maju untuk memastikan keadaan Niko baik-baik saja. "Jangan terlalu memaksakan diri."
Niko masih fokus pada Gama yang bangkit dari duduknya. "Kau membenciku?"
"Sangat."
"Kau bahkan sudah menguasai DT-COMPANY, lalu apa tujuan mu yang lain?" sergah Niko.
"Menikahi Nathalie."
Niko menggeleng tak percaya. "Dia memang kesayangan, Papa. Tapi bukan berarti kamu boleh menjadikan Nathalie objek untuk balas dendam mu."
Gama memang dendam, Gama memang tidak memiliki empati pada Niko, tapi tentang Nathalie, jangan ada yang meragukannya.
"Biar Nathalie sendiri yang menilai ku."
"Sshh!" Niko menghela napas, mendesis kuat, terpejam dengan memegangi dadanya yang cukup nyeri berdenyut-denyut.
Gama tersenyum miring. "Jangan dulu mati, karena seharusnya masih banyak luka yang perlu kau rasakan setelah tahu betapa buruknya wanita ular yang kau nafkahi."
Niko tercabik-cabik mendengarnya. Dia memang salah, dia bodoh, itulah kenapa dia harus datang ke sini, menemui putranya.
"Kita akan barter." Niko negosiasi. "Kau akan menikahi Nathalie. Dan Papa bertemu dengan ibumu."
"Aku bisa merayu Nathalie sendiri," sela Gama.
"Nathalie tidak akan pernah mau kalau Papa tidak merestuinya." Niko peringatkan. "Kalau kau lupa. Mungkin watak keras mu, sebagian besar diambil dari Niko."
Gama terkekeh samar. "Dan kedunguan Dian juga berasal dari mu."
Niko berhasil tertohok, yah, dia memang dungu dan naif. Setelah sempat mencurigai DNA Rahardian dan terbukti 99% benihnya, dia tahu dia tak pantas bertemu kembali dengan Aster.
Namun, tetap saja, Niko masih berhak atas Aster, bukankah Aster memang masih tercatat sebagai istrinya? Lagi pula, ia ingin bertanya secara langsung, kenapa Aster pergi seolah membenarkan tuduhannya dulu?
"Biarkan aku menemuinya. Andai kau mau aku memohon, maka anggap saja aku memohon untuk bertemu dengannya."
"Ibuku sudah bahagia tanpa mu," kata Gama.
...----°°••°°----...
Malam, pukul sembilan. Gama baru tiba di balkon kamar Nathalie dengan dasi yang sudah longgar dan satu kancing terbuka.
Rapi tidak rapi, Gama tetap lelaki yang memiliki aura yang mempesona. Di besi pembatas balkon, Nathalie menatap langit.
Busana ringan melayang, dress dengan dua tali kecil di pundak mulusnya. Nathalie seksi dalam setiap kondisi dan Gama menikmati saat-saat itu.
Di mana rasa lelahnya bekerja dilebur oleh sambutan istri hamil yang cantik. Yah, mereka masih sepakat untuk tinggal di kamar yang sama demi bayi mereka.
Dari belakang, Gama peluk Nathalie yang agaknya tidak kaget akan kehadirannya. Tak ayal, parfum Gama sudah sampai bahkan sebelum lelaki itu memeluknya.
Gama terpejam menghirup aroma damai dari surai bergelombang Nathalie. "Apa kabar?"
Nathalie diam saja.
Gama terkekeh. "Kenapa kamu berusaha membuat rembulan insecure dengan menampakan diri di sini?"
"Lepas," titah Nathalie.
Walau sesungguhnya, pelukan Gama cukup nyaman juga, apa lagi saat perut besarnya terangkat tangan Gama, ah, itu damai sekali.
"Aku cukup bebal soal pantangan, jadi seberapa pun kamu menolak, aku tidak akan melepaskan mu," ucap Gama.
"Ini salah, kita bukan suami istri, Gama," tegur Nathalie.
"Sudah ku bilang kita akan menikah."
Nathalie mendengus. "Anggap saja aku setuju untuk menikah denganmu. Lalu apa yang akan kau berikan padaku?" tanyanya.
"Apa yang kau mau?" tanya balik Gama.
"Tentang mu." Yah, Nathalie ingin mengenal siapa Gama, bagaimana lingkungannya di masa lalu, dan seperti apa Gama dahulu?
"Aku Gama." Gama mengurai jarak, menarik kursi besi untuk duduk mendongak tepat di hadapan Nathalie. "Aku hanya lelaki biasa yang sama seperti mantan suami mu."
Ah, Nathalie tidak merasa itu jawaban yang sebenarnya. Karena, dia pernah mengenal lelaki berkuasa seperti Sergey, dan Gama bukan lelaki biasa jika dilihat dari segala hal.
"Apa kau juga merasa asing dengan Your Daddy, hmm?" Wajah Gama telah sejajar dengan perut besar Nathalie.
Jauh di lubuk hati, Nathalie suka saat Gama melakukan simulasi untuk bayi mereka.
"Kita akan bermain kuda bersama nanti. Dan akan Daddy ceritakan semua pengalaman hidup pedih Daddy padamu," kata Gama.
Sontak, Gama terlonjak ketika perut Nathalie bergerak kuat. "Lihat, dia menjawab, Babe."
Nathalie tersenyum tipis, tidak terlalu ditunjukkan pada Gama tapi cukup lama ia mengulas lengkungan bibirnya.
"Kau baik di dalam kan, Buddy? Semoga Your Mommy tidak memberi makanan pedas untuk mu hari ini," bisik Gama pada bayinya.
"Gama--" Nathalie meminta atensi lelaki itu, dan Gama lekas mendongak menatapnya.
"Ada apa?"
"Aku mau makan masakan mu."
Gama sontak tertawa. "Apa ini semacam permintaan khusus dari bayi kita?"
"Mungkin." Nathalie merasa ini berlebihan tapi, dia memang ingin itu akhir-akhir ini.
"Okay." Gama menarik dasi longgarnya, membuka satu persatu kancing kemeja dengan rona antusias. "Sebentar, aku perlu mandi. Hanya sebentar, Nathalie."
Nathalie yakin dari rautnya, dari semangat yang ditampilkannya, Gama suka dengan permintaannya barusan. Lihat bagaimana Gama melompati sofa saat berlari ke kamar mandi.
"Tunggu aku di situ, Babe!"
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks