“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Bradley
"Mungkin kita hanya perlu bicara lebih banyak," ujar Thalia. "Supaya kita tidak saling salah paham lagi."
"Ya, kau benar," jawab Dimitrei menatap Thalia dengan matanya yang penuh kharisma hingga membuat dada Thalia berdegup kencang.
Thalia berusaha tenang dan santai. "Komunikasi adalah kuncinya. Aku janji, aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang."
Ada jeda sejenak, sebelum Dimitrei mengecup punggung tangan Thalia. Thalia hampir saja pingsan dibuatnya, namun dia mengingatkan dirinya sekali lagi bahwa ini hanyalah akting semata agar mereka terlihat mesra.
Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati momen kebersamaan yang penuh kedamaian dengan saling bertatapan.
Di luar jendela, langit mulai berubah warna, menandakan akhir dari hari yang panjang.
"Aku sudah selesai. Ayo." Thalia mulai kembali dalam pikiran normalnya.
Dimitrei mengangguk.
Mereka berdua kemudian bangkit dari kursi, berjalan beriringan menuju pintu keluar fuangan dengan disaksikan oleh beberapa pegawai.
Langkah mereka terasa lebih ringan, seiring dengan perasaan yang mulai membaik karena masalah yang telah selesai.
Di dalam hati, Dimitrei berjanji untuk selalu menghargai Thalia dan menjaga hubungan mereka dengan lebih baik serta tetap profesional.
*
*
Saat pintu lift terbuka, Dimitrei dan Thalia melangkah keluar ke lobi perusahaan yang megah.
Lobi itu dikelilingi oleh dinding kaca yang memberikan pemandangan langsung ke taman perusahaan yang indah.
Suasana lobi mulai agak sepi, hanya ada beberapa orang yang duduk di sofa dan seorang resepsionis yang tampak sibuk dengan komputernya.
Dimitrei dan Thalia berjalan bergandengan seperti biasa. Pakaian Thalia yang anggun begitu serasi dengan Dimitrei yang menggunakan setelan jas hitamnya dan pria itu tampak begitu mendominasi.
Namun, langkah mereka terhenti ketika ada yang memanggil Thalia dari arah sofa lobi.
"Thalia!" Terdengar sebuah suara seorang pria memanggil.
Thalia menoleh dan melihat seorang pria yang beranjak berdiri dari kursi sofa di sana. Pria itu tersenyum sambil melambai.
Itu adalah Bradley, pria yang tadi sore telah membuat darah Dimitrei mendidih.
Bradley adalah seorang pria muda dengan rambut cokelat ikal dan mata biru cerah. Penampilannya yang kasual namun rapi, serta senyumannya yang hangat, selalu berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.
Namun, bagi Dimitrei, kehadiran Bradley di sini adalah sebuah provokasi yang tak tertahankan.
“Kau?” Thalia berkata dengan nada terkejut dan terlihat panik karena dia merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul dari sisi Dimitrei. "Apa yang kau lakukan di sini?"
Bradley melihat ke arah Dimitrei dan melihat tangan Thalia yang digenggam oleh pria tampan itu.
Bradley tak tahu siapa Dimitrei, bahkan dia tak tahu bahwa Dimitrei adalah CEO perusahaan itu.
"Aku ingin menemuimu. Tapi sepertinya kau sedang bersama kekasihmu. Maaf, aku tak tahu bahwa kau sudah punya kekasih." Bradley berbicara cukup sopan.
"Sekarang pergilah dan jangan muncul lagi di depan kekasihku. Kau mengerti?" Suara tegas dan tatapan tajam Dimitrei terlihat sangat mengintimidasi dan menakutkan.
"M-maaf, kalau kehadiranku mengganggu kalian." Lalu Bradley berbalik pergi.
Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti dan menoleh pada Thalia lagi. "Aku sungguh menyesal, Thalia. Seharusnya aku berani menemuimu dan berkenalan denganmu sejak setahun yang lalu. Aku terlalu pengecut waktu itu. Senang akhirnya bisa mengenalmu sekarang meskipun kau sudah memiliki kekasih."
Dimitrei menautkan alisnya dan menahan tangannya untuk tak memukul wajah Bradley. Thalia pun menggenggam erat tangan Dimitrei karena dia tahu kini Dimitrei sedang menahan amarahnya.
Pasalnya mereka bertiga menjadi tontonan pegawai di tengah lobi itu. Bradley akhirnya pergi dari sana dan membuat Thalia lega.
Thalia sadar bahwa kini Dimitrei masih terlihat tegang dan emosi. Entah mendapat keberanian dari mana, Thalia tiba-tiba memeluk Dimitrei.
Dia hanya ingin berusaha meredam kemarahan Dimitrei akibat kemunculan Bradley tadi.
Thalia hanya mengusap punggung Dimitrei saja tanpa mengucapkan pembelaan apa pun.
Namun, itu justru membuat Dimitrei kembali tenang hingga emosinya tadi menguap begitu saja dan benar-benar hilang hanya karena pelukan Thalia.
Ntar malam pertama dalih hanya kontrak pula,??hemmm