Di saat fokus dengan masa hijrahnya, Damian kembali di hadapkan dengan masalah yang membuatnya harus menikahi gadis bercadar.
Damian Pangestu yang mempunyai masalalu yang buruk harus berada di tengah-tengah keluarga yang ahli agama.
Pernikahan yang tak terduga itu membuat rumah tangga Damian dan Adhiba bertahan walaupun harus menerjang hujan dan badai. Terlebih masa lalu Damian yang seorang pendosa muncul satu persatu.
Lalu bagaimana cara mereka menghadapinya?
•••••
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu" Damian Pangestu
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.." Adhiba Azalea Ibrahimi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Viena2106, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Pantas
Malam semakin larut, Entah ini sudah jam berapa. Tapi Damian sejak tadi belum bisa memejamkan matanya. Permintaan para orang-orang itu sungguh berada di luar nalar. Bagaimana bisa mereka meminta hal yang tak pernah Damian duga sama sekali.
"Begini, Daripada pusing..Lebih baik nikahkan saja mereka..
"Nikah? Astagaa..Nikah yang bagaimana ini? Aku menduea saja belum lama masa iya mau Nikah lagi.."Ucap Damian dalam kesendiriannya. Pria itu menghela nafas panjang. Matanya belum bisa terpejam, Damian terus menatap langit-langit kamar itu.
Sebuah kamar yang di Minta Tuan Abimana untuk Damian. Pria itu di bawa pulang dan harus menginap di rumah Tuan Abimana. Alasannya ya tentu karena besok pagi Damian harus menikah dengan putrinya. Sebuah pernikahan yang sama sekali tidak ada dalam daftar hidup Damian untuk saat ini.
Setelah berpisah dari Arumi, Damian seolah sudah tidak punya ketertarikan lagi dengan yang namanya pernikahan. Bukan tanpa alasan, Bagi Damian pria itu masih ingin sendiri dan fokus ke masa hijrahnya. Damian bersungguh-sungguh ingin berubah, Damian pernah menjadi pria Badjingan dengan selalu mengabaikan istrinya. Dua tahun Arumi harus bertahan dengan pria macam dirinya.
Dan siang nanti, Ah ralat..Bukan siang tapi kemungkinan pagi nanti. Damian harus mengucapkan ijab kabul terhadap wanita yang Damian sendiri hindari.
"Ya Allah cobaan apalagi ini.."Gumam Damian sebelum pria itu memejamkan mata karena rasa kantuk yang mulai menyerang.
Damian begitu lelah dengan hati dan pikirannya. Setelah seharian mengajar sebagai dosen, Sepulangnya Damian harus mampir ke kajian yang Di gelar tak jauh dari universitas tempat ia mengajar. Sebuah kegiatan baru yang selalu Damian hadiri.
Damian sangat niat ingin berubah, Ia ingin menjadi pria yang bermanfaat untuk istrinya nanti.
"Assholatu khoirum minannaum.... Assholatu khoirum minannaum...
Suara lantunan adzan bergantian, Para keluarga cemara itu mulai terbangun untuk melaksanakan kewajiban yang biasa mereka lakukan. Daddy Abimana dan Umma Salma sudah bersiap menunggu anak-anaknya berkumpul di mushala rumah mereka.
"Sudah siap semuanya.. "Kata Daddy Abi setelah melihat istri, Kedua putranya serta menantunya. Adhiba pun juga berada disana. Semua telah telah lengkap berada di mushalla. Hanya satu yang tidak ada,,Damian.
"Damian belum ada.. Kemana dia, Apa dia tidak mendengar suara adzan?" Ucap Rasya melihat siapa saja yang belum hadir di mushala. Karena memang Damian yang belum datang, Daddy Abimana pun mengusulkan agar menunggu terlebih dahulu.
Tapi setelah menunggu beberapa menit ke depan Damian belum juga datang. Rayhan sampai kesal sendiri.
"Daddy..Jika kita tetap menunggunya.. Bisa-bisanya kita bukannya sholat subuh tapi berujung sholat dhuha.."Celetuk Rasya yang kini ikutan kesal menanti Damian yang di tunggu-tunggu sejak tadi.
"Biar aku yang panggil.."Rayhan beranjak dari duduknya. Pria itu melangkah menuju ke kamar tamu dimana Damian menginap.
"Gini mau jadi Nikah sama Adhiba.. Subuh aja gak bangun, Gimana sih.."Gumam Rayhan kesal. Rayhan sudah bersiap hendak mengetuk pintu namun tiba-tiba.
Ceklek..
"Kau? Ada apa?
"Oh..Aku kira kau mati, Justru itu aku datang kemari ingin melihatmu. Masih bernyawa apa tidak.."Jawab Rayhan membuat Damian mengernyit heran.
"Aku tidur terlalu larut tadi.. Jadi tidak mendengar suara adzan.."Ujar Damian jujur. Pria itu seolah paham dengan Rayhan yang tiba-tiba berada di depan kamarnya. Keluarga ini adalah keluarga yang baik-baik, Tentu saja keluarganya baik semua dalam hal ibadah.
"Kau tahu niatku datang kemari, Jangan-jangan kau ini cenayang.."Damian menghentikan langkahnya menoleh le arah calon kakak iparnya ini.
"Tidak..Hanya asal tebak saja.. Maaf, Aku ini sedang belajar jadi maklum apabila ada luputnya.."Setelah mengucap itu, Damian berlalu meninggalkan Rayhan yang tercengang.
"Asal tebak tapi benar.. Dasar tidak waras.."Rayhan pun segera menyusul Damian. Pria itu belum tahu dimana letaknya mushalla nya. Maka dari itu Rayhan harus menuntunnya agar tidak tersesat.
.
.
.
"Bagaimana saksi? Sah?
"SAAH.."
Doapun langsung di panjatkan. Beberapa orang saksi termasuk para pria semalam juga ikut berada di sana. Sungguh, Ingin rasanya Damian hajar satu-satu pria yang telah asal menuduhnya itu.
Usai selesai mengucapkan ijab kabul, Daddy Abimana memerintahkan agar sang putri Adhiba mencium tangan Damian. Sebagai anak yang selalu penurut, Tentu saja Adhiba meraih tangan kekar tersebut dan mencium punggung tangan Damian sebagai tanda bakti.
Damian hanya diam saja saat Adhiba mencium tangannya..Di perhatikan lah muridnya yang telah berstatus istrinya itu. Tangan Adhiba tampak sangat bergetar, Sangat kentara jika Adhiba tidak pernah bersentuhan dengan pria manapun kecuali ayah dan kedua kakaknya.
"Di usap kepalanya mas.." Titah sang penghulu kepada Damian. Pria itu mengangguk, Damian juga seolah ragu ingin menyentuh kepala Adhiba. Karena Damian memang tidak tahu tentang hal yang seperti ini. Dulu ketika selesai menikah dengan Arumi, Tidak ada adegan-adegan seperti ini. Usai ijab kabul, Damian langsung beranjak pergi padahal Arumi belum mencium punggung tangannya.
Mengingat itu, Damian tersenyum miris. Sungguh penyesalan yang tiada tara Damian rasakan. Dan semua itu Damian rasakan saat mantan istrinya itu mulai pergi dan lebih memilih untuk bercerai darinya. Sejak saat itu juga, Damian berjanji tidak akan menyakiti perempuan lagi Begitupun dengan istri Damian nanti.
Dan sekarang, Pria kembali menyandang status suami namun untuk Wanita yang berbeda.
Setelah ijab kabul selesai, Damian dan Adhiba masuk ke dalam kamar. Suasana sontak menjadi canggung seketika hanya ada mereka berdua di kamar yang luas itu. Selama hidup, Adhiba tidak pernah dekat dengan pria manapun kecuali dengan Daddy dan kedua kakak kembarnya. Itupun apabila berada di kota ini, Apabila berada di kota sebelah Tentu saja Adhiba paling dekat dengan sang kakeknya.
"Huuufftt.."Adhiba menghela nafas panjang. Jujur ia sangat gugup setengah mati saat ini. Jantungnya berdegup tak karuan dan hampir saja melompat dari tempatnya.
"Boleh aku tanya sesuatu?" Tanya pria itu. Adhiba berbalik badan, Di tataplah pria yang sekarang telah menjadi suaminya itu. Tak lama kemudian, Adhiba kembali menunduk. Gadis itu tidak kuat terlalu lama bertatapan dengan lawan jenis.
"Mas mau tanya apa?" Dengan sangat tenang Adhiba kembali bertanya.
"Apa Kau yakin dengan pernikahan ini?"Adhiba terhenyak dengan pertanyaan yang Damian lontarkan. Kenapa pria itu bertanya demikian? Apakah Damian telah menyesal menikah dengannya.
"Kenapa ksmmu tanya seperti itu? Apa kamu telah menyesal dengan pernikahan ini?" Damian menggelengkan kepalanya. Ia tidak sama sekali punya rasa menyesal sedikit pun dengan pernikahan ini. Walaupun sebenarnya pernikahan ini bersifat dadakan.
"Aku? Menyesal? Bagaimana kalau kamu yang menyesal menikah denganku..
"Maksudnya?
"Adhiba, Mungkin kau mengenalku sebagai dosen. Tapi kau belum tahu masa laluku.. Andai kau tahu masa laluku? Apa kau masih mau menerimaku?" Salah satu ketakutan Damian ya, ini. Dia bukanlah pria baik tapi sedang berusaha berubah menjadi lebih baik. Ia hanya seorang pria pendosa yang punya masa lalu buruk. Dan sekarang ia menikahi putri dari keluarga yang punya agama tinggi. Sangat tidak pantas rasanya bersanding dengan wanita se sholeha Adhiba.
"Tapi kita sudah menikah, Kau sudah mengucapkan janji suci pernikahan bukan hanya di hadapan para saksi tapi juga di hadapan Allah. Mau bagaimana pun masalalu mu.. Atau kehidupanmu yang sebenarnya InsyaAllah aku akan menerima nya.."Jelas Adhiba dengan tutur kata yang tenang dan lemah lembut.
"Jangan berharap lebih padaku Adhiba..Aku yang seorang pendosa sangat tidak pantas bersanding dengan wanita sepertimu"
"Aku tidak akan berharap lebih darimu, Tapi aku lah yang akan membuat pendosa sepertimu berharap agar lebih lama bersanding bersama wanita seperti ku.."
.
.
.
Tbc
semangat untuk berkarya kembali..
btul2 gk ad bonschap ny kah thor. satu bab az pn jdi. 😁
alfatihah untk suamiku