Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Tidak Rela.
Di Mansion, Ammar dibebaskan bermain dimana saja oleh Brian sebagai pengurus Mansion sekaligus tangan kanan Tuan besar Adiguna.
“Ammar, kemarilah ikut Paman Brian. Sebelum kamu mulai sekolah, temani Tuan besar. Kamu pintar bermain apa?“ tanya Brian.
“Tebak angka, Paman!“
“Kamu suka berhitung?“
“Ammar suka matematika, Paman.“
“Wah, calon orang sukses!“
“Sukses seperti Papa Arya?“
Heh? Brian kaget.
“Papa Arya? Siapa yang meminta mu memangil Tuan muda dengan sebutan Papa? Tuan muda Arya sendiri kah yang menyuruhmu memanggil nya Papa?“
Ammar mengangguk, “Malah Ammar dengar, Ammar adalah anak Papa Arya. Tapi, Bunda bilang Papa Arya bukan Ayah Ammar.“
Brian terdiam, sungguh bernyali Tuan muda nya itu mengakui Ammar sebagai anak kandungnya padahal bukan.
Sebenarnya tadi pagi sebelum Brian melindungi identitas Alsya di meja makan, ia sudah mengantongi tentang background Alsya yang hamil diluar menikah bahkan diusir dari keluarganya sendiri. Yang tidak diketahui oleh Brian adalah siapa Ayah biologis dari Ammar, karena Brian hanya mendapatkan data tentang Alsya yang hamil tanpa mempunyai suami.
“Boleh Paman minta sesuatu?“
“Apa Paman?“
“Di depan orang lain selain Bunda, Papa Arya dan Paman Brian... jangan memanggil Papa Arya ya, tapi panggil saja Tuan muda Arya. Oke?“
Ammar tampak berpikir, ia tidak mengerti namun bocah pintar berusia 7 tahun itu akhirnya mengangguk.
“Good boy! Dulu saat Tuan besar menemukan Paman Brian, Paman adalah anak jalanan, tidak tahu siapa orang tua Paman. Saat itu usia Paman 12 tahun, tapi karena Paman pintar bicara... Tuan besar membawa Paman ke rumah dan menjadikan Paman anak asuhnya. Kamu juga sepertinya pintar, pasti Tuan besar menyukaimu. Ayo pergi menemui Tuan besar.“
“Baik, Paman Brian.“
.
.
Sementara di sebuah resto, Arya sedang menunggu klien yang akan bertemu dengannya membahas pekerjaan. Tak lama ada seorang wanita duduk di depannya, wanita itu tidak dikenali oleh Arya.
“Siapa Anda, Nona? Kenapa duduk di meja saya?“
Arya memang datang sendiri, karena assisten mendadak dipanggil oleh sang Ayah ke Mansion. Arya sudah terbiasa, mungkin Ayahnya ingin menanyakan kinerja nya di perusahaan pada asisten nya.
“Loh, apa Tuan Fahmi tidak mengabari Anda jika saya yang sekarang mengurus kerjasama perusahaan kita?“ tanya wanita itu juga heran.
“Siapa nama Anda, saya akan mengkonfirmasi pada Tuan Fahmi.“
“Felicia, saya adalah penanggung jawab baru.“ Wanita itu menyembunyikan tentang identitas nya sebagai putri pemilik perusahaan karena dia tidak suka orang-orang mendekatinya hanya karena dia putri dari Bos perusahaan. Ia bukan seorang wanita yang menyombongkan kedudukan.
“Baik, sebentar. Saya akan menelepon Tuan Fahmi.“
Arya bicara dalam sambungan telepon dan ia mengangguk mengerti jika Felicia adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Tuan Liam, pemilik perusahaan.
“Baik, saya sudah mengkonfirmasi nya. Mari kita lanjutkan saja pembahasan kerjasama ini.“
“Baik, Tuan Arya.“ Felicia tersenyum tipis, ia bersikap sopan.
Kedua orang itu pun terlibat dengan percakapan tentang pembahasan pada pekerjaan tanpa ada pembicaraan pribadi.
.
.
Di sebuah ruangan, Dino sudah babak belur disiks4 oleh Keindra. Meski sudah hampir sekarat, anehnya Dino tetap tidak mau membuka mulut dan mengatakan siapa perempuan malang yang mereka jadikan mangsa untuk Keindra.
“Tuan muda, sepertinya meski dia mati... dia akan tetap bungkam! Dia sudah sekarat, nafasnya bahkan sudah lemah. Saya takut, dia mati di tangan kita.“ Ujar Bopeng cemas, dia hanya tidak ingin Tuan mudanya terlibat pembunuhan dan mengakibatkan Tuan besar Adiguna marah.
“Ck! Lemah banget sih tubuhnya, hanya patah rusuk dan beberapa tulang lain! Sudahi saja, bawa dia ke rumah sakit! Kau Bopeng, kau sendiri yang harus membuat Dino tutup mulut... jika ada pertanyaan kenapa dia sampai terluka parah saat dia siuman nanti. Kau harus mengancam Dino jika dia berusaha untuk membuka mulut pada orang tentang peny1ksaan padanya!"
“Baik, Tuan muda.“
“Besok, kita eksekusi anak pemilik hotel yang dulu dijadikan tempat bachelor party padaku! Untuk hari ini cukup!“
Keindra pun pergi dari sana, membiarkan para bodyguard nya mengurus Dino.
Keindra tak kembali ke perusahaan, dia terlalu lelah karena memukul Dino dan suasana hatinya dalam keadaan badmood. Pria itu memutuskan untuk pulang ke Mansion.
“Tuan Muda Keindra sudah pulang, saya bawakan tas nya.“ Seorang maid mengambil tas kerja Keindra.
Keindra tidak menjawab, ia melewati ruang depan menuju ke kamarnya. Namun saat melewati ruangan santai, ia mendengar gelak tawa sang Ayah.
“Papa? Sudah lama aku nggak mendengar Papa tertawa keras seperti sekarang, ada apa sih?"
Keindra yang penasaran melangkah kaki ke ruangan santai, ia membuka pintu kemudian masuk. Ia tertegun di tempatnya berdiri, bagaimana tidak terkejut melihat Ayahnya sang Tuan Besar sedang merangkak di lantai dengan seorang bocah duduk di atas punggung nya?!
“Papa!!“
Gerakan merangkak Tuan Besar Adiguna terhenti, dia menoleh pada putranya di dekat pintu masuk.
“Kau su-dahhh pulang... hhhh...“ suara Tuan Besar Adiguna terdengar ngos-ngosan.
Ammar yang merasa kasihan segera turun dari punggung Tuan Besar. “Maafkan Ammar ya Tuan besar, tapi Ammar kan udah bilang tidak usah."
Tuan Besar mengulurkan tangan pada Brian agar dibantu berdiri, dengan sigap Brian serta Keindra datang ke arah Tuan Besar Adiguna dan membantu.
“Hahaha... kamu yang meminta hadiah karena sudah menang dalam permainan. Saya menawarkan uang banyak, tapi kamu menolak Nak. Kamu malah ingin digendong, sementara untuk menggendong mu di punggung sambil berjalan... saya tidak akan kuat.“ Tuan Besar Adiguna malah tertawa.
“Apa yang terjadi, Papa?“ tanya Keindra masih belum mengerti.
“Kami bermain tebak-tebakan angka, anak ini sangat pintar dan dia menang. Papa menawari dia uang 10 juta, tapi dia menolak. Katanya dia hanya ingin digendong Papa... karena dia belum pernah merasakan digendong oleh laki-laki dewasa sejak dia dilahirkan. Dia hanya tinggal bersama ibunya sejak lahir, dan hanya diasuh Ibunya. Papa merasa iba, jadi Papa mengiyakan menggendong nya meski dengan cara merangkak.“ Tuan Besar Adiguna mengelus kepala Ammar, merasa kasihan karena anak itu hidup tanpa sosok seorang Ayah.
Mata Keindra mengerjap, entah kenapa dia pun terenyuh mendengarnya. “Mau Paman gendong, Paman bawa berkeliling Mansion. Mau?“
Wajah Ammar tampak ceria, dia langsung mengangguk dengan senang. “Mau mau Paman! Ammar bisa jadi pesawat kan di punggung Paman?"
“Kalau jadi pesawat harus di pundak, ayok!“ Keindra mulai berjongkok, memberi akses pada bocah itu agar bisa naik ke punggung nya.
Ammar gegas naik ke atas pundak Keindra dengan melebarkan kaki, memang tubuhnya sedikit kurus karena kekurangan gizi jadi bagi Keindra anak itu sama sekali tidak berat.
“Ayo kita mulai! Terbang tinggi dan memutar!“ Keindra mulai berjalan cepat seraya menggendong Ammar di pundaknya, ia membawa Ammar keluar ruangan untuk dibawa berkeliling.
Ammar tertawa bahagia, anak itu merentangkan kedua tangannya. Baru kali ini ia digendong, karena hanya ibunya yang selama ini menggendong dirinya. Begitupun Keindra, Ayah kandung dari bocah itu pun turut tertawa bahagia.
Seseorang tertegun melihat keakraban dari anak yang sudah ia anggap anaknya sendiri karena ia ingin mempersunting ibunya, ada rasa tidak rela dalam hatinya melihat Ammar begitu dekat dengan saudaranya.
___
Ada yang nunggu cerita ini? Maaf ya kemarin nggak up, tangan ku sakit buat nulisnya😍
Semoga yang masih nabung bab, segera menyusul juga ya ke bab ini🤗 Deg-degan kalau mau crazy up... tapi masih banyak yang nabung bab, serem gaesss🤭😬