Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Dengan sangat keras Andrian mendorong tubuh Lasya hingga tergeletak ke ranjang. Tatapannya yang teramat tajam membuat Lasya merasa ketakutan.
Tubuh Andrian sudah menunduk. Dia mendekat dan menangkup dagu Lasya menggunakan sebelah tangan besarnya dan panjang.
" Kamu minta nafkah batin dariku?" Kata Andrian terdengar dingin. Tangan yang awal memegang dagu Lasya itu kini berpindah ke atas. Memegang ke dua tangan Lasya menjadi satu.
Lasya hanya mampu menelan ludah saja, dia seketika menjadi kebingungan.
" Jawab aku." Kata Andrian lagi. Tatapannya semakin menajam, tajam dan semakin tajam.
Membuat Lasya yang ke takutan seketika mengangguk saja.
Andrian yang setelah melihat anggukan Lasya langsung menyobek piyama Lasya begitu saja.
" Mas.. tolong pelan, ini pertama kali untuk ku." Ucap Lasya, mencegah tindakan Andrian agar tidak semakin mengganas.
Tanpa menjawab atau pun perduli. Andrian melepaskan handuk nya dengan sekali tarikan. Melihatkan sang pemilik singgah sana di bawah sana.
' Itu sangat besar.' Ketakutan setengah mati Lasya melihatnya. Padahal sebelumnya dia sengaja sudah melihat film blue, mencoba belajar agar tidak terlalu kaku.
Tanpa mengatakan apapun. Andrian sudah menempatkan milik Andrian ke depan milik Lasya.
Tanpa pemanasan atau pun sentuhan kecil. Andrian sudah memaksa masuk begitu saja.
Wajah Lasya jelas saja langsung mendongak. Ke dua tangannya mengepal erat. Dia takut, dia gugup. Dia juga merasakan perih mulai terasa di bagian intinya.
" Jangan menginginkan lebih dari ini. Aku hanya akan mengabulkan keinginanmu saja."
Ucap Andrian sebelum dia memasukkan miliknya dengan sangat kasar.
" Argh..... " Lelehan air mata Lasya keluar juga. Dia tidak mampu menahan rasa sakit dan perih yang menjalar secara bersama. Ini sangat menyakitkan, bahkan sangat sangat menyakitkan.
Hentakan demi hentakan di lakukan oleh Andria. Dia melakukannya dengan sangat gagah. Sedangkan sang lawan hanya bisa menjerit meminta ampun.
Seakan tuli, Andrian terus melakukan aksinya. Dia melakukan hanya dengan dua gaya saja. Tidak ada sentuhan lembut, tidak ada juga ciuman hangat dan memabukkan.
Lasya hanya merintih dan menjerit kesakitan saja. Namun hentakan demi hentakan itu bukannya pelan tapi malah semakin gila.
" Argh Andrian, sakit.." jerit Lasya. Matanya sudah sayu, dia sudah tidak kuat lagi. Perlahan demi perlahan pandangannya mulai tidak jelas lalu akhirnya menghitam.
Melihat lawannya yang lemas. Andrian langsung menatap Lasya. Bukannya merasa iba, dia malah menyeringai dan melapaskan penyatuannya begitu saja.
" Menjijikkan." Ucapnya. Dia kembali berjalan ke arah kamar mandi, mengguyur tubuhnya lagi dan menyabuninya hingga berulang kali.
•
Sinar cahaya matahari sudah menyorot. Membangunkan Lasya dari tidur panjangnya.
Perlahan mata Lasya ia buka. Tapi bibirnya seketika meringis saat merasakan sakit yang teramat sangat di bagian bawahnya. Dia dengan susah payah duduk. Melihat tubuhnya yang sama sekali tidak di tutupi apapun, bahkan selimut saja tidak di pakaikan.
" Ini sangat sakit, aku tidak mengira kalau malam pertama akan sesakit ini."
Lelehan air mata kembali jatuh. Dia mengusapnya dan melihat ke sana ke mari.
" Dimana mas Andrian?" Dia mengedarkan pandangannya, tapi sosok yang dia cari tak ada juga.
Walau masih merasakan sakit. Lasya perlahan menggerakkan kakinya turun dari ranjang. Tangannya menjuntai mengambil selimut, di gunakan menutupi tubuhnya yang polos.
Dengan langkah tertatih-tatih Lasya berjalan menuju kamar mandi. Di lihatnya di sana kosong. Dia lalu berbalik dan melihat jam.
" Ternyata sudah jam 8." Lasya seketika lesu. Dia kembali mendudukkan tubuhnya yang lemah di sisi ranjang.
Dapat di lihat olehnya ada darah kering di sprei.
" Kenapa malam pertama sesakit ini. Tapi kenapa di video yang aku lihat mereka kok seperti enak sekali."
Lasya tidak habis pikir. Kenapa semua sangat berbeda dengan apa yang di lihat olehnya.
" Argh badanku rasanya sangat sakit. Sepertinya aku berendam saja."
Lasya kembali berdiri, dia melangkah menuju kamar mandi.
Merendamkan tubuhnya yang remuk redan dengan air hangat dan busa yang berlimpah.
•
Bianka tersenyum cerah menanti kedatangan Andrian. Dia sangat sengaja berdiri di depan loby demi menyambut mantan kekasihnya itu.
" Andrian.." Bianka berlari mendekat. Dia lalu menggandeng sebelah tangan Andrian.
" Aku sudah tunggu kamu dari tadi." Ucap Bianka dengan memasang wajah menggoda.
" Lepaskan. Jangan lakukan ini di sini. Semua tau aku sudah menikah." Andrian melepaskan tangannya dari tangan Bianka.
Dia berjalan lebih dulu memasuki lift.
" Tunggu aku.." Bianka segera menyusul Andrian. Dia berdiri di samping Andrian dengan menggelayut manja. Tanpa perduli akan keberadaan asisten dan sekretaris Andrian yang juga ada di sana.
" Kamu sudah makan And?" Bianka bertanya dengan lembut. Tapi Andrian hanya diam saja. Membuat Bianka menghela napas kasar. Dia berdiri tegak dan membenarkan rambutnya.
Menunggu pintu ini terbuka lalu dia akan mengeksekusi Andrian di ruangannya.
Ting...
Pintu sudah terbuka. Andrian melangkah lebih dulu, dan Bianka selalu berada tepat di sampingnya. Ya.. walaupun dia harus dengan sedikit susah payah menyamai langkah Andrian yang lebar-lebar. Di tambah lagi dia mengenakan gaun, pastinya butuh tenaga lebih.
" Kalian jangan ikut masuk ya." Bianka sudah berdiri di tengah pintu. Mengatakan kepada sekretaris dan asisten Andrian.
" Maaf, tidak ada yang bisa memerintah kami kecuali tuan Andrian." Salsa melangkah lebih dulu. Sedikit menggeser Bianka agar minggur.
Bastian pun ikut masuk juga.
" Awas saja kalian. Kalian akan orang yang pertama kali aku usir kalau aku sudah menjadi istri Andrian. Lihat saja nanti!"
Desis Bianka. Dia lalu ikut masuk dan dengan sangat angkuh mendekati Andrian. Tanpa rasa malu dia juga memeluk bahu Andrian dari belakang.
" Bi apa yang kamu lakukan. Minggir!" Sentak Andrian.
" Apaan sih An. Aku kan hanya peluk kamu saja, kenapa galak banget sih." Bianka memasang wajah cemberut. Dia menunjukkan ekspresi ketidaksukaannya atas sikap Andrian barusan.
" Kamu bisa tenang tidak! Aku sibuk. Kalau kamu terus menggangguku lebih baik kamu keluar dari perusahaanku."
" Ck, iya iya aku akan tunggu kamu di sofa."
Bianka menyeret langkahnya dengan grusah-grusuh. Dengan kasar mendudukkan bokongnya di sofa.
Dia menatap kesal ke arah ke dua bocah pegawai Andrian.
" Tuan. Saya mendapatkan email dari tuan Hendrik. Beliau mengirimkan tiket liburan untuk hadiah pernikahan anda." Beritahu Salsa.
" Bahas yang lain saja." Jawab Andrian malas.
" Tapi tuan meminta saya untuk memastikan anda membaca pesan dari tuan Hendrik."
BRAK...
Suara hantaman keras di meja itu terdengar.
" Sudah aku bilang bahas yang lain saja! Apa kamu tidak paham dengan apa yang aku katakan." Bentak Andrian.
" Baik tuan, maafkan saya."
" Pecat saja sudah. Memang tidak pecus kerja aja kok." Seakan menambah bensin di dalam api. Bianka mengatakan itu tanpa ragu.
" DIAM!"