Mengandung adegan yang tidak pantas untuk ditiru. Happy Reading. CERITA INI BELUM TAMAT DAN SANGAT SLOW UPDATE.
Mencoba meraih kebenaran atas kematian ibunya, ternyata membuat Laura terjebak dalam pernikahan dengan seorang mafia. Namun, kehidupan mereka tidak semudah yang dibayangkan. Karena bagi seorang mafia, wanita tidak boleh menjadi sebuah kelemahan.
"Jangan harap kau bisa melarikan diri dariku!"
Akankah kisah kasih Laura dan Michael berakhir bahagia? Bagaimana mereka menjalani setiap masalah yang ada? Lantas sekuat apakah sosok Laura hingga berhasil meraih hati Michael, padahal dia sendiri sudah berusaha menutupi identitasnya?
Yukk kepoin, jangan cari wanita lemah di sini! Karena wanita itu sejatinya sosok yang kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rissa audy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8: Pencuri Kecil
Michael yang keluar malam itu pergi ke sebuah klub. Dia menemui seseorang yang menjadi suruhan sang ayah di kala memberinya sebuah tugas.
Kerlap kerlip lampu warna warni dan riuh pengunjung tak membuatnya berminat untuk bergabung. Seorang pria berpakaian sangar sudah menunggu di salah satu sudut bangunan tersebut.
“Mari, Master!” ucapnya mengarahkan Michael ke sebuah ruangan di mana sudah berjajar rapi beberapa anak buah serta seorang utusan yang duduk di salah satu kursi.
“Master,” sapa pria yang awalnya duduk, tetapi kini berdiri dan sedikit membungkuk memberi hormat pada putra dari atasannya.
“Tugas apa kali ini yang harus aku lakukan?” tanya Michael dengan wajah datar. Dia sudah terbiasa hidup seperti ini dalam beberapa tahun terakhir. Kedatangan anak buah sang ayah pasti hanya akan memberinya tugas berat yang pasti dibutuhkan tingkat keprofesionalitasan kerja tinggi. Namun, entah kapan dia terakhir kali bertemu dengan Ayahnya itu, hanya waktu yang tahu apa sebenarnya arti sebuah keluarga bagi keluarga Wilson.
Pekerjaan sang ayah sebagai mafia sekaligus militer membuat keluarga mereka mampu meraup keuntungan atas bisnis ilegal dengan mudah. Hanya saja pahitnya kehidupan dan kejamnya persaingan bisnis membuat nyawa mereka selalu dipertaruhkan, sehingga harus rela hidup jauh dari keluarga demi memisahkan urusan pribadi dan bisnis.
Sebuah berkas disodorkan pada Michael. Dia hanya membaca sambil mengangguk tanpa banyak bicara.
"Waktu Anda satu minggu, Master. Tuan Besar mungkin akan kembali dalam beberapa bulan ke depan," lapor sang anak buah lagi
"Baiklah."
Apa yang seharusnya disampaikan sudah dilakukan. Para anak buah sang ayah membungkuk sejenak lalu melangkah keluar ruangan, meninggalkan Michael seorang diri di dalam. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi seorang bayangan mematikan bawahannya.
"Cari tahu identitas wanita yang menjadi tunanganku malam ini!" perintahnya setelah sambungan telepon terhubung dan tanpa menunggu jawaban Michael sudah mematikannya.
Seperti itulah dia, memiliki seorang bayangan mematikan yang bahkan tidak diketahui oleh sang ayah. Karena baginya tidak ada satu pun orang yang bisa dipercaya dalam lingkup keluarganya. Semua bisa berkhianat kapan saja, bahkan dengan mudah saling menikam hanya demi sebuah posisi tertinggi. Walaupun sang ayah tampak berbeda karena jika berurusan dengannya pria tersebut bertingkah seolah ayah yang baik.
Michael melangkah keluar ruangan, dia beralih duduk di antara kerumunan orang sambil menikmati minuman di tangannya. Tidak ada raut bahagia terlukis di wajahnya, hanya tampang datar yang malah semakin memikat kaum wanita berpakaian mini dengan body bak ikan lohan menghampiri.
Namun, hanya dengan sekali lirikan dengan mudah mereka pun pergi meninggalkan Michael. Kesan seram dan arogannya seolah mencekik wanita hanya dengan tatapannya. Hingga kedua kelopak matanya pun memicing sipit, melihat sosok yang baru ditinggalkan beberapa saat lalu kini sudah berdiri dengan lap dan gelas di tangan.
"Jadi kau menjadi calon Nyonya Muda Wilson dalam semalam," tanya Cathy yang kini duduk di depan meja bartender, tempat di mana Laura memilih pekerjaan barunya demi menutupi identitas. "Hebat, rencanamu bahkan tak pernah terpikirkan olehku. Benar-benar pelakor sejati."
Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Laura. Hanya dengan bahasa tubuh dia menjawab pertanyaan sahabatnya, tetapi langsung dimengerti.
"Tapi, tidak masalah. Dengan begitu kau bisa memenuhi misimu lebih mudah dari pada harus menunggu kabar dariku."
Hanya anggukan yang Laura berikan sebagai jawaban. Dia bergerak layaknya seorang bartender yang mendengarkan pengunjung mabuk dan berceloteh. Sementara itu, Michael yang sejak tadi menatap keduanya hanya bisa memicingkan matanya. "Benar-benar gadis yang sulit diatur," gumamnya.
Michael tidak menghampiri Laura, dia hanya diam dan memerhatikan tunangannya itu dari kejauhan. Dia pun ingin tahu apa yang sebenarnya diinginkan gadis itu hingga berani mengacaukan acara keluarga Wilson. Jika dilihat dari reputasi keluarga, pasti Laura sudah tahu kalau sandiwaranya jelas hanya akan membawa petaka. Namun, keberanian gadis itu berhasil membuatnya sedikit penasaran.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Diam-diam Michael mencoba mengikuti langkah Laura yang sudah selesai dengan pekerjaan. Awalnya, dia pikir gadis itu akan melarikan diri. Akan tetapi, ternyata Laura kembali ke kediamannya dengan sangat hati-hati dan berakhir selamat di kamar.
"Dasar pencuri kecil." Michael sekali mengeluarkan napas kasar dan menyeringai. Tingkah Laura sungguh di luar dugaan. Seolah tidak mengetahui apa pun, Michael lantas pergi meninggalkan kediaman untuk menemui seseorang lainnya, sebelum akhirnya kembali menemui Laura nanti.
Di sisi lain seorang pria duduk di kursi roda sambil menikmati paginya dengan secangkir kopi. Dia meniup secara perlahan hingga uap panasnya pun mengeluarkan aroma khas yang disukai para penikmat minuman tersebut.
Dari arah belakang seseorang lainnya melangkah mendekati pria di kursi roda tersebut. "Tuan."
"Bagaimana?" tanya pria paruh baya lantas kembali meniup kopi panasnya.
"Mereka berhasil, Tuan. Rencana berjalan lancar," lapor sang anak buah.
Sebuah senyum melengkung di wajah pria itu, tetapi tidak dengan sorot mata yang menunjukkan hal berbeda. "Bagus. Jangan biarkan mereka lengah! Apalagi menghancurkan rencana yang sudah aku rancang bertahun-tahun."
"Baik, Tuan." Pria tersebut kembali melangkah pergi meninggalkan majikannya seorang diri, sedangkan sang pria paruh baya tampak menyeringai puas sambil mengeratkan tangannya pada cangkir panas.
"Masa kejayaanmu sudah habis. Kini saatnya kau harus merasakan hal yang lebih sakit dari apa yang sudah kau lakukan padaku," gumamnya seorang diri sebelum akhirnya melemparkan cangkir tersebut entah ke mana demi melampiaskan amarahnya.
To Be Continue..