Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 20
"Hei ... Sendirian aja?"
Paul tiba-tiba muncul. Mina yang tengah duduk sendirian dibangku taman panti asuhan utama jelaslah kaget. Apalagi Paul langsung duduk disebelahnya. Jarak sedekat itu yang walaupun nggak bisa dibilang dekat-dekat amat tapi cukup membuat Mina was-was.
Bukan takut Paul akan melakukan yang nggak-nggak padanya seperti kak Foster, tapi lebih ke merasa nggak enak kalau Dira sampai mendapati mereka duduk berduaan. Dia sendiri malu berpikir kalau senior itu akan menyentuhnya, karena semua itu nggak mungkin. Kan yang disukai Paul itu Dira. Mina sudah mulai menerima kenyataan.
Ia tidak mau berlarut-larut hidup dalam kesedihan karena laki-laki yang dia sukai pacaran dengan sahabatnya sendiri. Sekarang dia lebih memilih fokus dengan dirinya sendiri dan masa depannya. Harus cepat selesai kuliah dan dapat pekerjaan yang sesuai dengan passionnya
"Kamu nggak biasa ikutan kegiatan kayak gini kan pasti?" kata Paul menebak. Dari tadi ia memang terus mengamati gadis itu, dan Mina tampaknya tidak menikmati. Kegiatan begini seperti bukanlah kegiatan yang dia sukai.
Mina hanya tersenyum. Tidak menjawab iya ataupun tidak. Ia hanya berharap Paul cepat-cepat pergi dari situ.
"Mina, dari dulu aku selalu ingin menanyakan hal ini padamu," kali ini tatapan Paul begitu serius. Mina balas menatapnya. Ia juga penasaran apa yang akan ditanyakan seniornya ini.
"Kenapa kau selalu menghindariku? Saat aku ingin lebih mengenal kamu, selalu saja kau ada alasan untuk menghindar. Apa kau membenciku?" pancing Paul. Ia ingin tahu apakah gadis itu masih menyimpan rasa suka diam-diam padanya atau tidak. Walaupun kecil, kemungkinan gadis itu masih menyukainya ada bukan? Tidak mungkin secepat itu dia akan lupa. Paul yakin sekali gadis itu pernah ada rasa padanya.
"Nggak, aku nggak benci kamu kok. Mana berani aku membencimu." balas Mina. Ia jadi tidak enak sama cowok itu.
"Terus, kenapa terus menghindar?" pancing Paul lagi.
"Mm ..." Mina merutuki dirinya sendiri karena tidak tahu mau jawab apa sekarang. Pertanyaan Paul sulit dia jawab.
"Apa kau pernah menyukaiku?" dengan sikap tenangnya Paul bertanya. Mina yang awalnya kaget sontak terdiam. Pertanyaan itu membuatnya tak bisa berkata-kata. Seniornya ini apa-apaan sih, kok tiba-tiba mengajukan pertanyaan begitu sih?
"Nggak! elak Mina berbohong. Paul terkekeh. Tanggapan gelagapan Mina membuatnya merasa lucu. Lalu Paul dengan sengaja memasang tampang kecewa.
"Padahal gadis sepertimu adalah tipeku. Sayang sekali." ucapnya santai.
Jelas dong Mina terkejut mendengar penuturan Paul. Benarkah ia tipe Paul? Apakah pria itu juga pernah ada rasa padanya? Tapi kemudian ia membuang jauh-jauh pikirannya. Kalau pria itu menyukainya, tidak mungkin ia pacaran dengan Dira.
Suasana berubah hening. Mina menundukkan kepala, kecanggungan itu begitu terasa.
"Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu." kata Paul lagi. Mina mengangkat wajah menoleh ke samping. Tentu saja ia penasaran dengan apa yang akan pria itu ucapkan selanjutnya.
"Sebenarnya aku ..."
"Ah ternyata kalian di sini!" belum sempat Paul meneruskan kalimatnya, Dira tiba-tiba muncul. Mina otomatis langsung berdiri dari bangku. Ia tidak mau Dira salah paham padanya.
"Kalian lagi ngomongin apa, kok kayaknya serius banget?" tanya Dira menatap Mina dan Paul bergantian. Raut wajahnya tidak terlihat curiga sama sekali. Apa karena sih Dira ini adalah salah satu perempuan polos? Tapi Paul tidak berpikiran begitu.
"Nggak ada apa-apa. Kami membicarakan apa saja." sahut Paul. Ia mengerti Mina mungkin merasa tidak enak pada sahabatnya itu. Biar bagaimanapun dia dan Dira masih berstatus pacaran, mereka belum putus. Tentu saja Mina tidak mau dianggap sengaja mau mendekati pacar sahabatnya sendiri.
"Oh ya Min, kamu tadi ke sini sama siapa?" tanya Dira lagi.
"Dianterin kakak aku." sahut Mina. Tidak bilang kalau yang mengantarnya adalah kakak iparnya. Ia terlalu takut nanti dicurigai karena di anterin kakak ipar terus. Apalagi sekarang di antara dia dan kakak iparnya terjalin sebuah hubungan gelap yang sangat berbahaya.
"Terus pulangnya nanti gimana? Dijemput kakak kamu lagi?" tanya Dira lagi.
"Kayaknya nggak deh. Kamu bawa mobil nggak?"
"Maaf Min, hari ini mobil aku lagi di bengkel jadi nggak sempat bawa kendaraan. Rencananya aku pengen nebeng sama Paul." kata Dira tanpa bertanya dulu ke pria yang bersangkutan. Paul sendiri hanya bisa pasrah, tidak enak menolak. Tunggu saja sampai dia mengakhiri hubungan mereka. Ia akhirnya menyesali kenapa malam itu dia nekat menembak Dira hanya untuk mengetahui ekspresi Mina.
Sayang sekali Paul bawa motor hari ini. Kalau tidak Mina bisa dia antar pulang juga dengan mobilnya.
"Bagaimana kalau kau bertanya ke beberapa teman clubmu, siapa tahu ada yang bisa mengantar Mina." kata Paul melirik Dira.
"Nggak usah. Aku bisa pesan taksi." tolak Mina langsung. Lagian dia nggak akrab dengan orang-orang itu. Jauh lebih baik naik taksi kalau dia sih.
"Tapi nggak apa-apa kan Min?" tanya Dira. Mina mengangguk.
"Nggak apa-apa. Kalian ngobrol aja, aku mau ambil tasku di dalam sana." lalu gadis itu berjalan melewati mereka. Canggung sekali berada diantara pasangan baru itu. Mina juga tidak terlalu menikmati kegiatan ini, apalagi Dira entah kenapa terlalu cuek padanya hari ini. Apa karena ada Paul jadi Dira lebih fokus dengan kekasih barunya tersebut? Benar, Dira pasti senang dan bangga sekali sekarang karena bisa mendapatkan pacar hampir sempurna macam Paul. Tentu kalau Mina jadi Dira dia pasti akan melakukan apapun untuk membuat pacar yang dia sayang makin suka sama dia.
Huffft ... Mina menghembuskan napas panjang. Bahkan saat mengambil tasnya, tak ada satupun di antara teman-teman club Dira yang menyapanya. Malah menatapnya dengan pandangan aneh. Akhirnya Mina memutuskan pulang tanpa pamit ke siapapun. Toh mereka sendiri nggak peduli juga. Dia yakin Dira dan Paul pun pasti sedang kasmaran saat ini. Mana ada mikirin dia coba.