Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Seminggu berlalu kini oma Prita sudah di izinkan pulang dokter.
"Sayang, kalian beneran ngak mau tinggal bareng oma?" tanya oma Prita kepada Alisa.
"Aku yang ngak mau oma, aku ingin hidup mandi bersama istri dan anak anakku, aku ingin menebus waktu ku yang hilang bersama anak dan istriku tanpa ada gangguan orang lain, oma." sela Rafael, dia tidak ingin Alisa akan mengiyakan permintaan omanya untuk tetap tinggal di rumah besar itu, namun Rafael tidak mau terjadi apa apa terhadap ke dua anaknya dan juga istrinya, dia tau mamanya masih berhubungan dengan Anita, dia takut ke dua wanita itu akan mencelakai anak dan istrinya.
"Baiklah klau begitu, tapi.... Oma minta, klau kalian libur, sering seringlah datang ke sini." pasrah sang oma, toh dia juga bisa mengunjungi rumah Alisa kapan pun dia mau, apa lagi dia tau tabiat menantunnya yang tidak menyukai Alisa, lebih baik Rafael menjauh dari mamanya itu.
"Pasti oma, kami pasti akan sering main ke sini, oma juga bisa mengunjungi kami kapan pun, pintu rumah kami terbuka lebar untuk oma." ujar Alisa lembut.
"Kenapa oma ngak tinggal bareng kami aja?" tanya Arsyi.
"Nanti kapan kapan ya sayang, oma akan tinggal bareng kalian, emang kalian mau tinggal sama oma?" tanya oma Prita.
"Kamu ini apa apan si El, kenapa harus tinggal di sana coba, tinggal di sini aja bareng bareng." kesal bu Sarah, ternyata Rafael menolak untuk tinggal bersama mereka.
"Aku ngak mau ma, aku ingin hidup dengan keluarga kecil ku aja, tanpa gangguan siapa pun." sahut Rafel.
"Sudah lah, biarkan Rafael tinggal bersama anak istrinya, itu memang harus dia lakukan, lagian kita juga akan pindah dari rumah ini, ke jalan kenanga, saya sudah membeli rumah sederhana di sana." tutur pak Raka.
"Apa apaan sih mas! aku ngak mau! kenapa kita harus pindah, kita sudah nyaman tinggal di sini, kenapa kita harus pindah, lagian kenapa beli rumah di jalan kenanga itu, bukan kah perumahan itu buat kalangan menengah kebawah." kesal bu Sarah, kenapa pula suaminya itu ikut ikutan keluar dari rumah besar itu, dan tinggal di perumahan yang ngak bangat buat bu Sarah, apa kata teman teman sosialitanya nanti, bisa habis dia ejek klau temannya tau dia tinggal di jalan kengan.
Padahal rumah di jalan kenanga itu termasuk kawasan elit, namun memang tipe rumahnya ngak gede gede amat dan masih berlantai dua, tapi klau di bandingkan dengan rumah yang dia tempati sekarang jelas lebih besar kemana mana rumah yang sekarang, bahkan luas rumah kenangan itu kalah jauh dari halaman rumah oma prita, mungkin hanya separoh halaman rumah oma prita saja.
"Memangnya kenapa kalau kita pindah, itu sudah sepatutnya aku lakukan, seharusnya saya lakukan dari dulu, agar kau tidak lupa siapa dirimu itu, rumah ini tidak ada hak saya, rumah ini sudah di berikan atas nama almarhum mamanya Raffi oleh mama dan otomatis rumah ini menjadi milik Raffi." sarkas pak Raka dengan tersenyum sinis menatap sang istri, dia sangat kesal kepada istrinya itu, bisa bisanya dia tidak merawat oma Prita di saat oma sakit di rumah sakit, dia datang entah berapa kali saja ke rumah sakit, dengan alasan dia tidak bisa mencium bau rumah sakit.
"APA....! ngak mungkin itu, bagaimana bisa terjadi, sementara mama Raffi sudah lama meninggal, bahkan kita juga mempunyai dua anak loh mas, ini ngak adil merutku, harusnya ini menjadi milik Rafael dan Amora!" pekik bu Sarah shok mendengar penuturan sang suami.
"Apanya yang tidak mungkin Sarah, semua bisa terjadi, mama menghadiahkan rumah ini saat tau istri saya hamil Raffi, mama dan papa sangat bahagia, saat tau klau menantu kesayangannya akan memberikannya cucu yang sudah sangat lama mereka tunggu, dan satu lagi yang harus kamu tau, perusahaan kita itu maju juga andil dari mendiang mama Raffi yang ikut memajukannya dan makanya perusahaan itu bisa sebesar ini." sarkas pak Raka, samakin panas lah hati bu Sarah mendengar ucapan suaminya itu, dia pikir rumah itu akan menjadi milik anak anaknya, ternyata tidak, justru orang yang sudah mati yang mendapatkannya, dia hanya kebagian rumah kecil di luar sana, sungguh ini tidak adil bagi bu Sarah.
"Ngak bisa gitu dong mas, aku yang lama hidup bersama mu, kenapa harus mama Raffi yang mendapatkan rumah ini, ini ngak adil tau, harusnya ini menjadi milikku, bukan dia!" pekik bu Sarah emosi.
"Haiii.... Sarah! jaga sikap mu! jangan sekali kali meninggikan suara kau di depan orang tua saya, hak hak.... mu, apa yang bakal jadi milik mu hu.... Apa kontribusi mu di rumah ini hu... Yang kau tau hanya foya foya, anak di besarkan oleh pembantu, kau malah sibuk dengan dirimu sendir, bahkan saat mama sakit kemana kau hu.... Dasar ngak tau diri, mulai hari ini kita akan pindah ke rumah baru kita, dan ingat! saya hanya mempekerjakan asisten rumah tangga dua hari sekali, saya mau mulai sekarang kau lah yang mengurus rumah tanpa bantuan siapa pun, dan kau juga harus memasak mulai sekarang." tegas pak Raka.
Rafael dan Amora hanya diam mendengar papanya memarahi sang mama, toh mamanya memang sudah keterlaluan, wajar papanya marah, dan apa lagi yang di ucapkan papanya memang benar adanya, selama ini mamanya itu hanya tau bersenang senang saja, segala gala di lakukan oleh asisten rumah tangga.
Melihat kemarahan suaminya itu bu Sarah jadi menjadi ketakutan, dia tidak berani melawan suaminya, dia hanya bisa menggerutu dalam hati.
"Astaga, kenapa hidup saya semakin apes saja sih, belum juga berhasil menyingkirkan wanita kampungan itu, malah saya yang tersingkir dari rumah ini." gumam bu Sarah dalam hati.
Bersambung.....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya..... 😘😘😘