Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Berbeda
Satya dan Hanita saling menatap satu sama lain, masih dalam posisi Satya yang menahan tangan Stella.
Mata seluruh orang yang hadir masih tertuju pada ketiga orang itu. Mereka semua mulai berbisik, membicarakan keributan antara Stella dan Satya yang juga melibatkan Hanita.
"Kamu membuatku malu,Satya! Istrimu itu juga!" Geram Stella sembari berusaha melepaskan cekalan Satya dari tangannya
Satya mengalihkan pandangan ke arah Stella, "Diamlah,Kak. Aku tahu kalau kamu yang mengawali semua ini! Apa yang sudah kamu perbuat untuk memprovokasi istriku?!" Sengitnya tak mau kalah
Stella diam mati kutu, tak mungkin dia mengatakan kalau wanita itu mengharapkan kematian keponakannya sendiri. Yang ada Satya akan bertambah marah
"A-aku" Stella gelagapan
Satya mencebik marah, lelaki itu melepaskan cekalan tangannya dari Stella hingga menyebabkan sang Kakak terhuyung. Dengan langkah tegap dan pasti, Satya menarik tangan Hanita meminta agar wanita itu mengikutinya
Hanita juga tidak menolak, ia mengikuti langkah panjang sang suami. Sebelumnya, Hanita juga masih sempat melemparkan tatapan tajam pada Stella
Shanum hanya bisa menatap kepergian Satya dan Hanita dengan tatapan nanar. Hatinya terasa remuk redam tapi dia tidak bisa meluapkan perasaan sakit itu disini.
Kamu masih mencintai Hanita, Sat. Hanya saja egomu menutupi semua itu. Lirih Shanum dalam hati
Erisa diam-diam menelisik wajah Shanum, dan wanita paru baya itu bisa menyadari perasaan Shanum yang sebenarnya.
"Shanum, kamu kenapa?" Tanya Erisa
Shanum buru-buru menetralkan kembali perasannya. Berusaha memaksakan sebuah senyuman di depan Erisa.
"Tidak apa-apa,Nyonya Besar. Mari kita lanjutkan acara ini" sahut Shanum
Meski Erisa masih penasaran, tapi dia enggan menanyakan itu pada Shanum. Apa dan bagaimanapun perasaan Shanum, biarlah menjadi urusan wanita itu dan Satya nantinya. Erisa tidak mau ambil pusing, dia enggan untuk bermasalah dengan Hanita lagi untuk sekarang ini.
Sementara itu, Satya membawa Hanita menepi dari keramaian. Mengajak sang istri ke tepi pohon yang ada di taman depan.
"Lepaskan aku,Satya" ujar Hanita
Satya menuruti keinginan sang istri, melepaskan pegangan tangannya. Hening dan sunyi, tidak ada dari mereka yang bersuara. Hanya bunyi gemricik dari air mancur buatan yang terdengar
Hanita menatap lekat Satya, dengan tatapan yang dipenuhi rasa kecewa dan amarah tapi juga terselubung sedikit rasa kagum disana.
"Kenapa kamu membelaku di depan Kakakmu?" Hanita mengawali pembicaraan
"Karena kamu istriku, aku tidak mau ada orang yang berusaha menyakitimu."
Satya melangkah ke depan lebih dekat dengan tubuh Hanita, membuat wanita itu melangkah mundur untuk menghindari Satya
"Bukankah sudah kubilang, kalau aku berbeda darimu? Aku...tidak akan pernah membiarkan siapapun termasuk keluargaku sendiri menindasmu,Hanita" tegas Satya
Hanita tidak bisa merasa senang mendengarkan penuturan tersebut keluar dari lisan sang suami. Hanita mengulum senyumn kecutnya yang membuat kening Satya mengerut
"Kamu meremehkanku,Hanita?"
Hanita tidak gentar, wanita itu menegakkan kepalanya, "Asal kamu tahu,Satya. Apa yang kamu lihat tadi itu belum ada apa-apanya dibanding dengan apa yang sudah terjadi selama ini."
"Kali ini aku marah bukan karena aku ingin, tapi karena Kakakmu sudah berani membawa anakku di dalam ujaran kebencian padaku." Tekan Hanita
"Apa maksudmu?" Satya memastikan
Hanita berdecak miris, sudah dia duga kalau Satya memang tidak tahu apapun. Lebih tepatnya, lelaki itu tidak mau tahu.
"Jangan pernah mengajak anak-anakku terutama Kenzie bertemu keluargamu itu,Satya. Aku tidak akan membiarkan mereka menghina anakku lagi,"
"Dan berhentilah bersikap pilih kasih. Kenzie memang butuh perhatian lebih tapi jangan lupakan kalau kita juga punya Kenan. Jadilah Papa yang bijaksana" tegas Hanita
Hanita memutar tubuhnya, wanita itu berjalan kembali ke tempat pesta diadakan. Dia berencana membawa Kenzie pulang sekarang juga, terserah jika Satya tidak mau ikut.
"Kamu bersikap seolah membelaku, tapi kamu tidak sadar kalau kamu adalah orang yang sangat menyakitiku, Sat" monolog Hanita sambil melangkah menjauhi Satya
Satya masih diam membisu, dia baru saja terkena mental akibat perkataan Hanita barusan. Satya sedikit sadar kalau selama ini dia bersikap pilih kasih pada kedua anak kembarnya
Helaan nafas lelah lolos dari bibir Satya, lelaki itu mengusap kasar wajah tampannya.
"Apa yang sebenarnya sudah kulewatkan?" Gumam Satya setengah frustasi
Hanita memutuskan untuk pulang tanpa Satya, wanita itu menyewa taksi online. Dia enggan merepotkan supir dikeluarga suaminya sendiri untuk mengantarkan dia dan Kenzie pulang ke mansion.
Sepanjang jalan, Hanita tidak melepaskan Kenzie sama sekali. Terus diusap serta dikecupnya pucuk kepala sang putra
''Mama..." gumam Kenzie pelan
Hanita tersenyum mendengarnya, "Iya, Mama disini. Jangan takut" bisiknya
Setibanya dimansion, Hanita membawa Kenzie ke dalam kamar lalu membaringkannya bersama dengan Kenan. Wanita itu lega melihat kedua anaknya sudah terlelap damai seperti sekarang ini
"Jahat sekali orang yang sudah berani mendoakan hal buruk padamu,sayang. Mama tidak akan memaafkannya" gumam Hanita tegas
Hanita coba menghubungi seseorang diseberang sana menggunakan ponsel miliknya. Sedikit menepi dari ranjang si kembar agar tidak mengganggu mereka
"Aku punya tugas untukmu. Ada seorang wanita jahat yang sangat ingin kuberi pelajaran." Hanita berujar
"..."
"Tidak perlu, cukup beri saja pelajaran sedang. Jangan membunuhnya" ucap Hanita
"..."
"Satu lagi, aku ingin kau mengawasi gerak-gerak wanita yang bernama Shanum. Dia sekretaris pribadi suamiku, awasi mereka dengan baik"
Hanita melipat kedua tangannya ke depan dada setelah panggilan itu berakhir. Sedikit melakukan peregangan pada lehernya yang terasa kaku
"Ah sial, wanita busuk itu sudah membuat tensiku naik" gerutu Hanita
Tidak berselang lama, Satya ikut menyusul pulang. Lelaki itu sedikit kesal karena Hanita pulang begitu saja bahkan tanpa mengatakan apapun.
Namun saat Satya masuk ke dalam kamar, dia tidak bisa menemukan keberadaan Hanita. Istrinya itu juga tidak ada di kamar si kembar
Satya tahu dimana Hanita berada kini, segera saja lelaki itu melangkah menuju sebuah ruangan yang berada sedikit jauh dari ruang tengah. Itu adalah ruangan pribadi Hanita, tempat dimana dia menyimpan berbagai lukisan tercintanya.
Hanya satu penjelasan kenapa Hanita mengurung diri malam-malam begini di dalam sana. Dan Satya pun tahu itu, tentu karena suasana hati sang istri yang sedang sangat buruk.
"Hanita..." panggil Satya
Tidak ada sahutan apapun dari dalam sana, padahal Hanita mendengarnya. Hanya saja dia merasa enggan dan malas untuk menyahuti panggilan dari sang suami
Wanita itu kembali menghisap wine kesukaannya, sama sekali tidak mempedulikan Satya.
"Persetan denganmu. Dasar kau penjahat teri" umpat Hanita
Di depan sana, Satya mengetuk pintu dengan pelan. Dia sudah tahu apa yang terjadi antara Stella dan Hanita di pesta tadi. Dan itu membuat Satya merasa bersalah pada istri dan anaknya.
"Hanita, aku tahu kamu mendengarku. Aku tidak akan memaksamu untuk membuka pintu ini, dengarkan aku saja" ujar Satya
Sangat ingin Satya mengucapkan perkataan maaf terhadap istrinya, tapi lidahnya terasa keluh. Suaranya tertahan di tenggorokan
Akhirnya Satya mengurungkan keinginannya, lelaki itu justru terduduk diatas lantai sembari tangannya ia sandarkan pada pintu.
''Maaf..." ucap Satya pelan yang tentu tidak akan bisa di dengar oleh sang istri
Hanita pun sama saja, wanita itu terdiam di belakang pintu. Tangannya tergerak ingin membukakan pintu dan menemui Satya tapi hatinya melarang.
Senada dengan sang suami, Hanita pun terduduk diatas lantai sembari kepalanya yang ia sandarkan ke pintu
"Kamu terlihat sangat bahagia saat menemani Shanum. Sudah lama aku tidak melihatmu tersenyum seperti itu. Dan sialnya, senyum itu bukan untukku"
Tatapan Hanita mengedar, menatap lekat foto pernikahannya yang juga terpajang di dalam ruangan ini.
Hanita mengulum senyuman mirisnya, dia baru ingat kalau sudah lama sejak terakhir kali Satya tersenyum sebahagia itu untuknya. Hari ini, Hanita kembali melihat senyum itu tapi bukan ditujukan untuknya dan itu yang membuat dadanya sesak.
"Apakah senyum itu bisa kudapatkan lagi,Sat? Adakah kesempatan untuk kembali seperti dulu?" Lirih Hanita
Perlahan tanpa dititah, air mata mengalir deras dan membasahi wajah cantik Hanita. Wanita itu menangis dengan isakan tertahan karena tidak ingin jika Satya atau siapapun mendengarnya.
"Andai kamu tahu perasaanku seperti apa..."
"Aku...masih mencintaimu sampai sekarang..." Hanita kembali melirih
***
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅