NovelToon NovelToon
Di Balik Penolakan

Di Balik Penolakan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Berbaikan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Reito(HxA)

Dion, seorang siswa kelas 10 yang ceria dan penuh semangat, telah lama jatuh cinta pada Clara, gadis pendiam yang selalu menolak setiap usaha pendekatannya. Setiap hari, Dion mencoba meraih hati Clara dengan candaan konyol dan perhatian yang tulus. Namun, setiap kali dia mendekat, Clara selalu menjauh, membuat Dion merasa seperti berjalan di tempat.

Setelah sekian lama berusaha tanpa hasil, Dion akhirnya memutuskan untuk berhenti. Ia tak ingin lagi menjadi beban dalam hidup Clara. Tanpa diduga, saat Dion menjauh, Clara mulai merasakan kehilangan yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Kehadiran Dion yang dulu dianggapnya mengganggu, kini malah menjadi sesuatu yang dirindukan.

Di tengah kebingungan Clara dalam memahami perasaannya, Dion memilih menjaga jarak, meski hatinya masih menyimpan perasaan yang dalam untuk Clara. Akankah Clara mampu membuka diri dan mengakui bahwa ada sesuatu yang tumbuh di hatinya untuk Dion?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reito(HxA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26. Langkah selanjutnya

Dua minggu setelah ujian berakhir, suasana sekolah mulai terasa lebih tenang. Setelah berjuang menghadapi soal-soal yang membuat kepala panas, akhirnya semua siswa bisa bernapas lega. Hari-hari di sekolah kembali normal, meski bayang-bayang hasil ujian masih menghantui sebagian besar dari mereka.

Di dalam kelas, Dion duduk di bangku belakang, melempar pandangan kosong ke luar jendela. Pikirannya melayang, tidak fokus pada apa pun. Ujian telah selesai, namun entah kenapa, perasaannya masih terasa berat. Mungkin karena percakapannya dengan Pak Andi di taman beberapa waktu lalu. Ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Dion berpikir panjang, meski dia belum tahu siapa Pak Andi sebenarnya.

Reza menepuk bahu Dion, mengembalikan fokusnya ke kelas. "Don, lo kenapa sih? Dari tadi diem aja."

Dion mengangkat bahu, memasang senyum tipis. "Nggak apa-apa, cuma lagi mikirin sesuatu."

"Ya ampun, jangan bilang lo masih mikirin ujian," tambah Aldi, menyelipkan lelucon. "Ujian udah kelar, Don. Santai dikitlah."

Dion tertawa kecil. "Bukan soal ujian kok. Gue udah lupa soal-soal itu."

Fariz yang duduk di sebelah mereka hanya mengangkat bahu, tampak tidak peduli. "Yaudah, toh, ujian selesai, hasilnya ya udah. Gue juga udah pasrah."

Reza menimpali dengan tawa. "Biasa, Fariz. Pede banget nilainya bakal merah."

Percakapan mereka yang biasanya ringan tetap berjalan seperti biasa, tapi di kepala Dion, ada rasa tak nyaman yang terus mengintip. Perasaannya terhadap Clara, percakapan dengan Pak Andi, dan bayangan tentang langkah apa yang harus dia ambil ke depannya.

**

Di sisi lain sekolah, Raka sudah mulai menjalankan rencananya. Selama beberapa minggu ini, dia semakin intens mendekati Clara. Bukan dengan cara terang-terangan, tapi lewat langkah-langkah halus yang tidak terlihat mencolok. Dia tahu bahwa Clara adalah gadis yang istimewa, dan dia tidak ingin membuat kesalahan dengan mendekatinya secara berlebihan.

Pagi itu, Raka memutuskan untuk melanjutkan pendekatannya. Saat melihat Clara sedang duduk sendiri di taman sekolah, dia memutuskan untuk menghampirinya.

"Hai, Clara," sapa Raka sambil duduk di sebelahnya.

Clara menoleh, sedikit terkejut melihat kehadiran Raka. "Eh, kak Raka. Tumben ke sini."

Raka tersenyum. "Cuma mau nyari udara segar aja, sama kayak kamu. Gimana ujian kemarin?"

Clara menghela napas panjang. "Capek banget, tapi semoga hasilnya baik."

"Kamu pasti bisa. Aku percaya," Raka menambahkan dengan senyum penuh keyakinan. "Kalau butuh bantuan untuk mata pelajaran tertentu, aku bisa bantu. Aku punya banyak materi ujian dari kakak-kakak tingkat sebelumnya."

Clara tersenyum lembut. "Makasih ya, kak. Nanti kalau ada yang susah, aku pasti hubungi."

Raka merasa langkahnya berjalan dengan baik. Tidak ada tekanan dalam pendekatannya, hanya perhatian kecil yang perlahan membuat Clara merasa nyaman. Dia tahu, hubungan yang dibangun dengan fondasi kuat akan jauh lebih bertahan lama daripada sekadar ketertarikan sesaat.

**

Sementara itu, di kantor Pak Andi, suasana hati pria itu tampak jauh berbeda. Sudah beberapa hari sejak dia meminta Arman, bawahannya, untuk memantau Bu Yunita. Namun, hasil yang diterimanya justru semakin memperberat pikirannya.

Malam-malam panjang Pak Andi kini sering diisi dengan laporan singkat dari Arman. Beberapa kali, istrinya terpantau keluar dari kantor saat jam makan siang bersama seorang pria yang belum dikenalnya. Ada juga catatan tentang pertemuan di restoran mewah yang dihadiri oleh Bu Yunita dan pria itu. Sejauh ini, tidak ada bukti konkret tentang sesuatu yang mencurigakan, namun perasaan waspada Pak Andi semakin besar.

Di dalam kantornya, Pak Andi duduk termenung di depan laptop. Tangannya bermain-main dengan kartu nama yang pernah dia berikan kepada Dion. Ada sesuatu tentang anak muda itu yang membuat Pak Andi terkesan. Dion tampak jujur dan penuh perhatian ketika berbicara tentang keluarganya. Nasihat sederhana dari Dion waktu itu membuat Pak Andi berpikir ulang tentang hubungannya dengan keluarga.

Namun, di balik itu semua, rasa curiga terhadap Bu Yunita masih mengganggunya. Meskipun tidak ada bukti nyata, ada sesuatu yang membuatnya merasa bahwa hubungan mereka tak lagi sama seperti dulu. Sudah lama sekali sejak mereka duduk bersama sebagai keluarga yang utuh, dan semakin hari, jarak di antara mereka semakin lebar.

Pak Andi meraih teleponnya dan menghubungi Arman lagi.

"Halo, Arman? Ada perkembangan terbaru soal Yunita?" tanya Pak Andi dengan suara pelan namun tegas.

Di ujung telepon, Arman terdengar hati-hati. "Pak Andi, sejauh ini belum ada sesuatu yang jelas. Tapi saya akan terus pantau, mungkin dalam beberapa hari ke depan akan ada informasi lebih lanjut."

Pak Andi menghela napas panjang. "Baik, Arman. Teruskan pekerjaanmu. Laporkan ke saya jika ada sesuatu yang penting."

Setelah menutup telepon, Pak Andi kembali terdiam. Pikirannya melayang ke Clara, istrinya, dan keluarganya yang semakin terasa jauh. Perasaannya terbelah antara ingin memperbaiki segalanya dan rasa takut bahwa mungkin dia sudah terlambat.

**

Di hari yang sama, sepulang sekolah, Dion kembali merasa gelisah. Meskipun suasana di sekolah lebih santai setelah ujian, ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang. Pikirannya berkecamuk tentang banyak hal—terutama tentang Clara dan Pak Andi, pria yang belum sepenuhnya dia kenal.

Saat dia berjalan pulang, langkahnya terasa lebih lambat dari biasanya. Pikirannya mengembara, mencoba merangkai perasaan dan kebingungan yang ada di kepalanya.

Di rumah, Dion duduk di ruang tamu, mendengarkan celoteh adiknya yang bersemangat menceritakan aktivitasnya di sekolah. Ibunya tersenyum lembut dari dapur, sementara ayahnya duduk di samping Dion, sesekali melemparkan candaan khasnya yang selalu membuat keluarga tertawa.

"Don, gimana ujianmu?" tanya Pak Arif, ayah Dion.

Dion tersenyum kecil. "Lumayan, Yah. Ya, semoga aja hasilnya nggak mengecewakan."

Pak Arif menepuk bahu Dion. "Kamu pasti bisa. Yang penting udah usaha maksimal."

Malam itu, meski suasana keluarga Dion terasa hangat dan penuh canda, di dalam hatinya, ada perasaan tak menentu. Apa yang dia cari sebenarnya? Apakah itu Clara, atau mungkin sesuatu yang lebih dalam?

Semua masih terasa kabur bagi Dion.

To be continued...

1
Kamsia
tuhhkan baperan clara ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!