Follow IG : renitaaprilreal
Anna menikah di usia 20 tahun. Selama 5 tahun menjalin pernikahan, Anna masih belum di beri keturunan.
Dimas Narendra, suami dari Anna sangat menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya.
Anna sudah berusaha untuk melakukan segala cara. Namun hasilnya nihil, Anna masih belum bisa di beri keturunan.
Dimas lalu menikah lagi dengan seorang wanita yang sebaya dengan istrinya. Lisa adalah nama dari wanita itu.
Lisa teman satu kantor dari Dimas. Sebagai seorang istri, Anna berusaha untuk ikhlas menerima dirinya di poligami.
Di tengah keterpurukan, Anna berusaha untuk bangkit kembali. Dia berusaha untuk membalikan keadaan yang ada.
Sosok pria tampan bernama Rey hadir di tengah-tengah kekosongan hati Anna.
Note :
Harap bijak dalam membaca.
Menceritakan masalah poligami dan perselingkuhan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Rey mengendarai mobil untuk menjemput Anna keluar malam ini. Dia melirik jam di pergelangan tangannya. Jam sudah menujukkan pukul 9 malam. Artinya suami Anna pasti sudah pulang.
Rey memarkirkan mobilnya di perkarangan rumah Anna. Dia keluar dari dalam mobil. Rey mengernyit karna pintu rumah Anna terbuka. Dia melihat sekeliling, takut jika Dimas masih berada di rumah Anna.
Rey tidak masalah kalau sampai Dimas tahu. Tetapi Anna pasti tidak suka akan hal itu. Rey langsung saja masuk ke dalam rumah. Tidak ada siapa pun di dalam.
Rey berteriak memanggil Anna. "Ann ... kamu di mana?"
"Anna ... kamu di mana, my baby," pekik Rey.
Rey langsung saja menaiki anak tangga menuju ke kamar Anna. Dia melihat kasur Anna yang berantakan. Di situ juga ada tali pinggang Dimas.
Rey mendengar bunyi air mengalir dari kamar mandi. Langsung saja Reyhan melangkah ke kamar mandi. Rey terbelalak melihat keadaan Anna.
Rey mengambil handuk lalu menyelimutinya. Dia juga mematikan kran shower yang mengalir. Rey meraih wajah Anna yang menangis.
"Reyhan ... dia memukul-ku," lirih Anna.
Rey membawa Anna dalam gendongannya. Dia meletakan kekasihnya itu di atas tempat tidur. Rey melihat kondisi tangan serta kaki Anna seperti tersayat.
Rey tahu Anna telah di pukul dengan tali pinggang. Rey mencari kotak obat untuk mengobati luka Anna. Dia membuka semua pakaian kekasihnya. Anna membiarkan saja apa yang di lakukan oleh Rey.
Anna meringis kesakitan saat jari Rey menyentuh luka-lukanya. Rey juga melihat wajah Anna yang terdapat bekas tamparan Dimas.
"Tahan sedikit, sayang!" Rey mengoleskan salep di tubuh Anna.
"Kenapa dia memukul-mu?" tanya Rey.
Anna mengeleng tidak ingin bercerita. Rey paham Anna mungkin tidak ingin mengingat kejadian itu lagi. Rey memakaikan Anna baju lalu dia mengeringkan rambut Anna yang basah.
Rey menyisir rambut panjang Anna. Barulah penampilan Anna terlihat lebih baik. Rey mengecup luka-luka yang berada di pipi, tangan dan kaki Anna.
"Rey ... terima kasih," ucap Anna.
Rey menangkup wajah Anna. "Aku ikhlas melakukannya."
Anna memeluk Rey dengan erat. Anna bersyukur masih ada Rey di sisinya. Pria yang begitu baik dan perhatian padanya.
"Kamu sudah makan malam?" tanya Rey.
Anna mengeleng. "Aku menunggu kamu. Aku ingin makan malam bersama denganmu."
Rey tersenyum. "Ayo ... kita makan malam bersama."
Anna dan Rey menuju ruang makan. Anna menaruh bekas makanan dari Dimas dan Lisa. Dia menyiapkan makanan baru yang sudah dia pisahkan sebelumnya.
Anna mengambilkan Reyhan makanan dan juga minum. Setelah itu barulah Anna mengambil makanan untuknya. Rey menyuapkan makanan yang di buat Anna. Memang rasanya sangat enak.
"Masakan kamu sangat enak," puji Rey.
Anna tersenyum. "Terima kasih atas pujiannya."
Pantas saja Dimas selalu suka makan disini. Anna sangat pandai memasak dan juga melayaninya dengan baik, batin Rey.
Selesai makan malam, Anna dan Rey langsung masuk ke dalam kamar. Rencana malam ini untuk jalan-jalan gagal total. Rey merebahkan kepala Anna di atas bantal. Dia menyelimuti Anna dengan selimut.
Anna menahan tangan Rey saat pria itu ingin pergi. "Kamu mau kemana?"
"Aku mau pulang," jawab Rey.
"Kamu tidak ingin bersamaku?" Anna menatap wajah Rey. "Kamu tidak mau tidur denganku?"
Rey mengusap kepala Anna. "Tentu saja aku mau. Aku kira ... kamu akan melarangku."
Anna mengeleng. "Temani aku disini. Aku ingin berada di dekatmu."
Rey menganguk dan merebahkan dirinya di samping Anna. Dia membawa tubuh Anna di dalam pelukannya. Rey juga mengelus-elus punggung belakang Anna agar kekasihnya itu tidur.
Tidak lama kemudian Anna tertidur. Rey melepas pelukannya lalu bangkit dari atas tempat tidur. Rey mengambil ponselnya yang dia letakan di atas meja lampu tidur.
Rey mendial nomor Diki. Tidak lama kemudian, sahabat sekaligus kaki tangan Rey itu mengangkat teleponnya.
"Ada apa, Rey." ~ Diki.
"Dik ... kamu suruh salah satu pelayan di rumah-ku untuk ke rumah Anna." ~ Rey.
"Buat apa?" ~ Diki.
"Pakai tanya lagi. Yah ... buat jadi pelayan disini lah." ~ Rey.
"Iya ... dasar bucin." ~ Diki.
Diki langsung saja mematikan telepon saat Rey ingin membalas ejekan darinya. Rey berdecak kesal. Rey menyuruh pelayan ke rumah Anna untuk membantu kekasihnya itu.
Reyhan kembali merebahkan diri di samping Anna. Dia melingkarkan tanganya di perut Anna dan memejamkan mata. Keduanya tidur dengan saling berpelukan.
...****************...
Dimas mengobati luka memar di wajah Lisa. Mata Lisa bengkak begitu juga dengan bibirnya. Anna benar-benar membuat wajah Lisa menjadi samsak tinju.
Tetapi yang paling di khawatirkan Dimas adalah kondisi bayi di dalam rahim Lisa. Dia mengelus-elus perut Lisa. Dia tidak ingin terjadi apa-apa terhadap calon anak yang sudah lama dia tunggu-tunggu.
"Besok kita Dokter saja. Aku ingin memastikan kembali kalau anak-ku baik-baik saja," ujar Dimas.
"Iya ... hampir saja anak kita dalam bahaya. Anna benar-benar keterlaluan," kesal Lisa.
"Apa kamu berbuat ulah?" tanya Dimas.
"Aku tidak mengatakan apa pun. Anna saja yang iri padaku. Aku hanya bicara pada bayi kita saja, di depan Anna," tutur Lisa.
Lisa berbohong pada Dimas. Dia sengaja mengatakan hal itu agar Dimas membenci Anna. Pada hal dia yang memancing amarah dari Anna.
"Anna tidak akan berbuat hal kasar, kalau dia merasa tidak tersakiti," ungkap Dimas.
Lisa kesal mendengarnya. "Kamu itu masih saja membela Anna. Kamu tidak lihat wajahku memar begini?"
Lisa pergi meninggalkan Dimas. Dia masuk ke dalam kamar tidur. Dimas menarik napas panjang dan mengembuskannya. Dia teringat saat dirinya memukul Anna.
Dimas sudah tersulut emosi waktu itu. Dia hanya ingin memberi pelajaran saja agar Anna bertindak dengan akalnya. Dimas tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mau Lisa yang salah tetap saja, Anna tidak boleh memukul Lisa.
Seharusnya Anna bersikap mengalah pada Lisa. Biar bagaimana pun Lisa tengah berbadan dua. Kalau pun Anna tidak menyukai Lisa, setidaknya Anna tidak melukai anak di dalam kandungan Lisa.
Namun Dimas tidak mengerti akan perasaan dari Anna. Dia bahkan tidak menanyakan alasan kenapa terjadi pertengkaran itu. Dimas hanya mendengar dari sisi Lisa saja.
Dimas bertindak gegabah dengan memukul Anna. Dia sudah melakukan kekerasan di dalam rumah tangganya. Dimas bahkan langsung pulang ke rumah Lisa meninggalkan Anna yang terluka.
Dimas mengobati luka istri mudanya. Sedangkan istri tuanya dia berikan luka. Bukan hanya luka fisik tetapi luka hati juga dia berikan. Di pukuli oleh suami sendiri pasti akan menyakitkan. Apa lagi itu di depan madunya. Tampak sekali Anna tidak ada harganya di depan istri muda.
TBC
Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.