Karya terbaru dari Author "Berondong Bayaran CEO Cantik."
Ig : oh_ya_ra
tiktok : link di ig
Ananta Nayra Santoso, tiba-tiba mengandung anak dari sahabatnya sendiri yakni Sean Alejandro Blanco. Semua bermula ketika mereka pergi ke sebuah bar dan mabuk berat. Keduanya sama-sama tak sadar telah melakukan hal tersebut. Mendengar kabar kehamilan Nayra, orang tua mereka yang berselisih selama ini pun kembali cekcok. Nenek keduanya menginginkan mereka menikah, tetapi mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing. Bagaimana kah kisah selanjutnya?. Ikuti saja cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pratiwi Devyara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bejana Hati
"Udah tenang?"
Sean bertanya pada Nayra ketika mereka telah sampai di depan rumah.
"Lumayan." jawab Nayra.
Lalu Sean pun memarkir mobil dan membukakan pintu untuk sahabatnya itu. Kebetulan hari belum terlalu malam, dan masih ada aktivitas dirumah mereka masing-masing.
"Mau gue antar sampe atas?" tanya Sean.
"Nggak usah, masih ada mami. Nanti dia bawel lagi." jawab Nayra.
Viola memang selalu rewel pada Sean selama ini, tetapi selama ini pula Sean selalu bersikap santai dalam menghadapi semua itu.
Sama halnya jika Nina ibu Sean menunjukkan ketidaksukaan pada Nayra, maka sahabat Sean tersebut akan cuek saja dan tetap bermain bersama Sean nyaris setiap hari.
"Ya udah, kalau ada apa-apa kabari." ujar Sean.
Nayra mengangguk, pada detik berikutnya pun ia berbalik dan berjalan ke arah rumahnya yang ada di seberang.
"Nay."
Tiba-tiba Sean menghentikan langkah perempuan itu.
"Iya." jawab Nayra sambil menoleh.
"Kalau pengen makan sesuatu, bilang aja ke gue. Nanti gue beliin." ujar Sean.
Entah mengapa tiba-tiba hati Nayra terasa hangat demi mendengar hal tersebut. Sean benar-benar memperhatikan dirinya yang saat ini sedang mengandung.
"Iya." jawab Nayra lalu kembali berbalik.
Tak lama ia pun segera pulang ke rumah.
Dari kejauhan ada beberapa tetangga yang melihat mereka berdua. Kebetulan para tetangga itu baru saja pulang dari salah satu rumah.
Mereka ikut arisan kompleks, dimana Nina dan Viola juga ikut. Tetapi ibu dari Sean dan Nayra tersebut sudah pulang duluan sejak tadi, sebab mereka selalu cekcok saat bertemu. Tadi saja mereka sempat adu mulut dan untung dipisahkan oleh bu RT.
"Anaknya mah akur, kenapa emaknya pada ribut melulu ya?"
Salah satu dari ibu-ibu kompleks tersebut bertanya pada ibu-ibu lainnya.
"Iya, mana cocok lagi itu berdua. Kayaknya bakalan jodoh deh." jawab ibu tersebut.
"Nggak kebayang kalau mereka sampai jodoh. Gimana tuh Viola sama ci Nina. Pasti lempar-lemparan piring kalau kedua anaknya lagi ribut soal rumah tangga."
Para ibu-ibu itu pun cekikikan. Mereka membayangkan Viola dan Nina yang akhirnya menjadi besan dan masih terlibat pertengkaran sengit.
"Pasti rebutan cara asuh cucu juga. Rebutan dimana nanti anaknya bakal tinggal, dimana cucunya sekolah, harus makan apa, BLA, BLA, BLA.."
Salah satu dari ibu-ibu kompleks kembali nyeletuk. Sementara kini Sean kembali ke dalam rumah. Ia bertemu dengan ibunya, tetapi ibunya membuang muka.
Tampaknya sang ibu tak terima jika Sean menolak dinikahkan dengan Felicia dalam waktu dekat.
Melihat ibunya seperti itu, Sean pun hanya berlalu dan naik ke atas tanpa menyapa atau berbasa-basi. Sebab disapa pun percuma, Nina akan pura-pura tidak mendengar.
***
"Hah, hamil?"
Viola berkata dengan nada seperti orang yang sangat kaget. Mendengar hal tersebut Nayra yang baru masuk menjadi lebih terkejut lagi.
Jantung wanita muda itu kini berdegup kencang. Batinnya harap-harap cemas, karena curiga ibunya telah mengetahui rahasia yang ia simpan bersama Sean.
Tapi, dari mana ibunya tersebut tau. Itulah yang menjadi tanda tanya besar bagi Nayra. Sebab selain dirinya, hanya Tuhan dan Sean yang mengetahui perkara ini.
"Astaga, hamil sama siapa jeng?"
Nayra mengintip ke ruang tengah, tempat dimana Viola kini berada. Ternyata ibunya itu berada dalam panggilan telpon.
"Makanya kalau pelihara kucing, di kurung aja mbak say. Jangan dilepas gitu, nanti beranak terus. Kalau nggak ya di steril aja coba."
Nayra bernafas lega, sebab viola dan seseorang di telpon tengah membicarakan perihal hewan peliharaan.
Ia kemudian berjalan menuju tangga dan naik ke atas. Setibanya diatas, ia menanggalkan pakaian dan berniat untuk mandi.
Tetapi kemudian ia tanpa sengaja melihat pantulan dirinya di dalam cermin. Fokus Nayra kini tertuju pada perutnya sendiri, yang menurutnya agak membesar dibagian bawah.
Nayra menyentuh bagian itu dan mengusapnya secara perlahan. Ada perasaan aneh yang muncul di hati perempuan itu kini.
Seperti sebuah rasa sayang, namun masih ada kecemasan, ketakutan, serta kekhawatiran yang juga menyertai.
Terutama soal kedua orang tuanya, Philo dan semua orang di kantor. Nayra masih belum bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang tersebut nantinya, apabila mengetahui jika dirinya mengandung anak dari Sean.
***
"Sayang, aku udah nemuin beberapa gedung untuk acara tunangan kita nanti. Kira-kira kamu suka yang mana?"
Nayra mengirimkan beberapa gambar gedung yang telah ia pilih dari berbagai sumber, kepada Sean yang saat ini tengah bersiap untuk mandi.
Sejatinya pemuda itu sedang tak ingin membahas hal yang menyangkut soal pertunangan ataupun pernikahan. Tetapi karena sudah terlanjur membuka chat dari kekasihnya itu, mau tidak mau Sean pun harus menjawab.
"Terserah kamu aja, sayang." balas Sean kemudian.
Bukannya senang diberi kebebasan dalam memilih, Felicia malah ngambek dan terbawa perasaan.
"Koq terserah sih?. Seolah-olah kayak aku doang yang excited."
Felicia begitu kesal pada Sean. Sementara Sean sendiri cukup lelah untuk menghadapi drama seperti ini.
"Sayang, aku ngasih kamu kebebasan dalam memilih loh. Bukan berarti aku nggak excited. Nanti kalau aku memilih dan kamu nggak sreg sama pilihan aku, bakal jadi masalah lagi." balas Sean.
"Iya sih, tapi kan aku juga pengen kalau kamu punya pilihan sendiri. Pengen liat dan pengen mempertimbangkan." tulis Felicia.
"Iya, tapi aku suka semuanya. Gambar-gambar yang kamu kirim itu bagus semua."
Sean mencari jawaban paling aman. Hal itu cukup membuat amarah Felicia sedikit mereda, walau masih ada kedongkolan dalam hatinya.
"Ya udah, yang ini aja deh."
Gadis itu menentukan pilihan pada sebuah gedung yang terkesan mewah dan eksklusif. Sejatinya itu membosankan bagi Sean, sebab ia lebih suka tempat yang simpel dan tidak terlalu banyak ornamen.
Tetapi karena ini bukan waktunya ia untuk membicarakan hal tersebut, maka ia pun setuju-setuju saja. Supaya Felicia segera diam dan tak ada lagi masalah diantara mereka.
"Ya udah sayang, aku suka koq." balas Sean.
Dan Felicia pun akhirnya senang.
"Bagus ya sayang." tulis Felicia.
"Iya, bagus." jawab Sean.
***
Malam itu Nayra dan Sean sama-sama tak bisa memejamkan mata. Mereka sama-sama memikirkan nasib janin yang kini ada dalam kandungan Nayra.
Kadang hati mereka mantap untuk membuang janin itu, namun seketika rasa ragu dan bersalah yang besar pun menyerang.
Meski lampu kamar tidur sudah dimatikan, tetapi pikiran mereka tetap melayang kemana-mana. Kadang mereka terpikir bagaimana nasib pasangan mereka masing-masing, jika mereka memilih untuk mempertahankan janin tersebut.
Bagaimana nanti omongan keluarga dan orang sekitar. Sudah pasti keluarga mereka akan malu dan tercoreng namanya.
Sean dan Nayra benar-benar gelisah, bahkan mereka tanpa sadar telah melakukan gerakan yang sama. Meski berada di dua kamar yang berbeda dan rumah berseberangan.
Mereka berbalik ke arah kiri, kanan, duduk di pinggiran tempat tidur, diam, berdiri, lalu sama-sama berjalan ke arah jendela dan saling menatap ke arah luar. Sampai kemudian mata mereka pun saling bertemu.
mudah2an g terjadi perang bintang y....