"Jadi, ini yang membuat sikapmu berubah padaku selama ini?" Ucap Wita lirih. Menahan rasa sakit di hatinya.
"Dengarkan aku dulu! Semua tak seperti yang kamu kira. Ini hanya sebuah kesalahpahaman saja. Aku mencintai kamu." Randy mencoba meyakinkan. Wajahnya terlihat gusar, dia terlihat menyesali perbuatannya.
Tepat di delapan tahun pernikahannya, Wita mengetahui perselingkuhan suaminya dengan mantan kekasih suaminya dulu. Aplikasi rahasia di ponsel suaminya, yang akhirnya membuat Wita tahu. Kalau suaminya bertahun-tahun telah mengkhianati cintanya. Padahal, selama ini dia banyak berkorban untuk Randy. Dia harus menjadi tulang punggung, menggantikan posisi Randy saat tak bekerja. Lukanya begitu dalam.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka, setelah Wita mengetahui perselingkuhan suaminya? Akankah Wita memaafkan Randy? Ataukah dia justru memiliki bercerai dari laki-laki pengkhianat itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Tak Pantas Dimaafkan
"Sepertinya, waktu delapan tahun kebersamaan kita gak ada artinya ya untuk kamu? Dengan mudahnya kamu menendang aku, melupakan semuanya." Tiba-tiba saja Randy berkata seperti itu. Seakan menyudutkan Wita.
"Menurut kamu, apa perlu aku mengingatnya? Jika pada akhirnya nanti aku justru akan mengingat apa yang telah kamu lakukan kepadaku selama ini. Lebih baik aku tak mengingatnya sama sekali. Biar aku tak membenci kamu," jawab Wita tegas.
Randy benar-benar tak mengenal sosok wanita di hadapannya. Wita sudah berubah, dan dia yang buat Wita berubah. Tak biasanya Wita kuat pada pendiriannya. Selama ini dia selalu tak tega pada Randy, dan pada akhirnya dia mengalah kembali. Bagi Wita perselingkuhan, tak pantas untuk dimaafkan.
"Jika kamu tak cuek padaku. Aku tak akan mencari teman curhat," ucap Randy membela diri.
"Cih! Emang aja kamu gak bersyukur. Seharusnya, kamu itu sadar! Bukan malah selingkuh. Jika hanya sekadar teman curhat, aku masih bisa maafkan kamu. Tapi ini ... kamu sudah sangat keterlaluan. Kalian sudah beradu fisik. Kamu bilang aku cuek? Kamu 'kan tahu, Hari-hari aku sibuk mencari nafkah. Agar kita bisa makan, Anak-anak juga bisa tetap sekolah. Kita pun bisa meraih impian untuk memiliki rumah, motor, dan juga mobil. Jika bukan aku. Siapa yang mewujudkannya, membayar cicilannya? Bukan hanya bekerja saja. Di rumah pun aku masih harus memantau Anak-anak dalam belajar, mengerjakan PR. Aku juga berusaha menyiapkan makanan untuk kamu dan Anak-anak, walaupun aku sibuk dan juga lelah. Meskipun aku bekerja, aku tak melupakan kodratku sebagai seorang istri dan juga ibu dari kedua anak kita. Wajar, jika aku bersikap cuek pada kamu. Seharusnya kamu ngertiin aku, bukan justru mencari pelampiasan ke wanita lain," sungut Wita.
"Tapi, aku laki-laki normal. Aku membutuhkan perhatian kamu juga." Randy berkata. Tetap saja dia tak mau disalahkan. Dia masih saja membela diri.
"Jika aku tak melayani kamu di ranjang. Wajar kamu berkata demikian. Satu minggu sekali, kita masih melakukan. Meskipun aku lelah dan sibuk, aku selalu melayani kamu. Makanya, lebih baik kita secepatnya bercerai. Agar kamu puas melakukannya dengan dia. Mungkin, dia lebih pintar memuaskan kamu. Nanti, Hari-hari kamu bersama dia. Cukup melayani dia di ranjang, tanpa harus kamu bekerja!"
Tak ada kesempatan bagi Randy, untuk bisa kembali lagi dengan Wita. Wita tetap bersikukuh bercerai darinya.
Randy akhirnya pergi meninggalkan rumah yang selama beberapa tahun memiliki kenangan yang indah bersama keluarga kecilnya. Sekarang, semuanya sudah hancur. Dia ingin memberi waktu untuk Wita. Dia yakin, saat ini Wita seperti itu karena sedang emosi kepadanya.
"Aku tidak akan melepas semuanya begitu saja," ucap Randy.
Setelah Randy pergi meninggalkan rumah, Wita langsung masuk ke kamarnya. Dia tampak menangis meluapkan kesedihannya. Dia harus mulai terbiasa hidup tanpa Randy. Semua ini sudah menjadi keputusan dia.
"Aku harus kuat demi +Anak-anakku, dan berjuang mendapatkan hak asuh mereka sepenuhnya."
Saat ini Randy baru saja sampai di rumah orang tuanya. Ibunya begitu terkejut, saat melihat kedatangan Randy ke rumahnya dengan membawa tas besar.
"Apa jangan-jangan Wita sudah gugat cerai Randy ya? Kok Randy pulang bawa banyak tas besar," gumam sang mama.
Dia langsung mencari tahu, dan benar saja dugaannya. Ibunya Randy pikir, Wita akan memaafkan Randy, dan mempertahankan rumah tangganya. Tapi, Ternyata. Wita justru sudah menggugat cerai anaknya.
"Sekarang, kamu merasa 'kan kehilangan Wita. Lagian, kamu ini. Bisa-bisanya selingkuh sama si Sella. Bukannya Sella sudah menikah lagi? Terus, nasib kamu gimana?"
"Pokoknya, aku gak mau cerai dari Wita. Ibu coba bicara sama Wita dari hati ke hati. Semoga aja hatinya terbuka, dan membatalkan gugatan cerainya," ujar Randy kepada sang ibu.
Ibunya langsung mencoba menghubungi Wita. Ponsel Wita berdering, dan dia melihatnya. Dia yakin, ibu mertuanya pasti ingin menanyakan kepada dia apa yang terjadi dengan anaknya. Dengan cepat dia terima telepon dari ibu mertuanya.
"Ya bu, waalaikumsalam," jawab Wita.
"Wit, kamu sudah memikirkannya baik-baik? Jangan sampai kamu mengambil keputusan dalam kondisi emosi! Bagaimanapun, rumah tangga kamu sama Randy sudah cukup lama. Kasihan juga Anak-anak. Apa kamu sudah memikirkan, dampak untuk Anak-anak nanti. Jika kalian bercerai. Randy sudah mengakui kesalahannya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Dia khilaf," ucap sang ibu mertua.
"Khilaf? Apa berselingkuh bertahun-tahun masih bisa dikatakan khilaf, Bu? Coba, kalau ibu berada dia posisi aku. Saat melihat bukti perselingkuhan ayah. Apa ibu masih akan memaafkan ayah? Padahal, selama ini ibu selalu berusaha menjadikan istri yang baik. Melayani ayah dalam segala hal, meskipun ibu kerap merasa lelah karena rutinitas ibu yang padat. Bahkan ibu tak memiliki waktu untuk diri sendiri. Semua ibu curahkan untuk keluarga. Ibu membanting tulang demi memenuhi segalanya untuk keluarga kecil ibu. Dan disaat ibu sedang berjuang. Ayah justru enak-enakan selingkuh di belakang ibu. Sudah memberi nafkah ala kadarnya, berani selingkuh lagi," sahut Wita.
Ibu mertuanya sempat terdiam. Wita yakin, ibu mertuanya pasti berpikir. Jika dia berada di posisinya. Pasti akan memilih bercerai juga. Ada perasaan malu dibenak ibu mertuanya, karena merasa gagal mendidik anaknya.
"Sekarang lebih baik ibu do'akan saja! Semoga ini yang terbaik. Aku tak akan menghalangi cinta mereka kembali. Bertahun-tahun loh, Bu, dengan orang yang sama. Itu tandanya Mas Randy cinta banget sama dia. Setelah bercerai dari aku, mereka bisa menikah. Anak-anak biar ikut aku saja. Aku pun sudah bicara dengan Kemal dan juga Rara, dan mereka mengerti dengan keputusan aku. Mas Randy yang sudah menghancurkannya. Bukan aku. Kalau dia menyayangi keluarganya, dia pasti akan berpikir. Saat berselingkuh. Jangan bersikap egois, mementingkan diri sendiri!" Kata Wita tegas.
"Iya. Tapi, apa gak bisa dikasih kesempatan kedua. Jika dia mengulanginya. Barulah kamu boleh memutuskan." Ibu mertuanya masih berusaha, agar Wita mengubah keputusannya.
"Maaf Bu, aku gak bisa! Keputusan aku sudah bulat. Aku sudah merasa jijik. Dia sudah melewati batas. Mereka sudah melakukan hubungan intim. Hal itu akan selalu membekas di pikiran aku. Tak mudah bagi aku melupakannya. Selingkuh itu ibarat kata penyakit. Penyakit bisa saja kambuh suatu hari nanti. Orang yang selingkuh, bisa saja kembali melakukannya. Hal ini sudah terbukti. Mereka selingkuh bertahun-tahun. Itu tandanya mereka sudah sulit terpisah. Dan aku yang memilih untuk mundur. Kita jalani hidup masing-masing. Meskipun kita bercerai, kita tetap orang tua bagi Kemal dan Rara. Yang harus tetap bertanggung jawab kepada mereka," ujar Wita.