NovelToon NovelToon
Between Two Alpha’S

Between Two Alpha’S

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Manusia Serigala / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Two Alpha's And Mate

Di kamar yang tenang milik Alpha Harison dan Luna Valerie, suasana terasa nyaman, dengan cahaya redup yang memancar dari lilin-lilin di sekitar ruangan. Harison duduk di kursi besar, sementara Valerie duduk di dekat meja rias, merapikan rambut panjangnya yang tergerai. Semua tampak damai hingga terdengar ketukan pelan di pintu.

"Masuk," suara Harison bergema rendah, memberi izin kepada siapa pun yang datang.

Pintu terbuka perlahan, dan suara "klek..." terdengar jelas saat pintu itu terenggang. Sosok yang masuk adalah Loreon, dengan wajah serius yang tidak biasa.

"Maaf mengganggu waktu kalian, Alpha dan Luna," kata Loreon, sambil menundukkan kepala sedikit sebagai tanda penghormatan, meskipun wajahnya tetap penuh keseriusan. "Ada hal yang perlu aku bicarakan."

"Masuk saja," Harison menjawab, menatap Loreon dengan mata yang tidak sepenuhnya terbuka, seperti merasakan ketegangan dalam atmosfer. Loreon melangkah masuk, dan pintu ditutup perlahan di belakangnya. Ia kemudian berdiri tegak, matanya fokus pada Alpha dan Luna yang duduk di hadapannya.

"Ada apa, Loreon?" Valerie bertanya, merasa ada sesuatu yang tidak biasa dengan kedatangan pria itu. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

Loreon menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kata-kata. "Aku berniat untuk membawa Elowen tinggal sementara di rumahku. Apakah itu memungkinkan?" Ia mengucapkan kalimat itu dengan penuh ketegasan, namun juga ada rasa khawatir yang samar di balik kata-katanya.

Harison menyipitkan matanya, memikirkan apa yang baru saja didengar. "Kau yakin? Elowen... pasti tidak akan mau," jawabnya, dengan nada yang mencerminkan keraguan. "Dia benci padamu, Loreon. Apakah kau yakin bisa membuatnya merasa nyaman di tempatmu?"

Loreon tampak tenang, meskipun ada raut kecemasan di wajahnya yang sulit disembunyikan. "Aku tahu dia tidak suka padaku," jawabnya dengan suara yang lebih lembut. "Tapi aku ingin mencoba... memberinya tempat untuk beristirahat, jauh dari ketegangan yang ada di sini. Aku merasa dia butuh waktu jauh dari semua ini, dan mungkin aku bisa membantunya merasa aman."

Valerie dan Harison saling memandang, sejenak hening, sebelum akhirnya Harison mengangguk pelan. "Baiklah," katanya, suara tegas namun penuh perhatian. "Tapi pastikan kau tidak memaksanya. Jika dia menolak, kau harus menghormatinya."

Loreon mengangguk, wajahnya menunjukkan keteguhan. "Aku mengerti, Alpha. Terima kasih."

Valerie yang diam sejenak akhirnya berbicara, "Jangan biarkan dia merasa tertekan, Loreon. Ini semua harus berdasarkan keinginannya." Matanya penuh perhatian, meskipun ada sedikit keraguan di sana.

Loreon menyeringai tipis, namun kali ini senyuman itu terlihat sedikit lebih lelah. "Aku akan memastikan itu."

Kau tidak memberitahuku alasan sebenarnya," Valerie akhirnya membuka suara dengan nada yang sedikit lebih lembut, meskipun masih terlihat ada kecemasan di matanya. "Apa sebenarnya yang membuatmu begitu khawatir?"

Loreon menatapnya dalam-dalam, menghela napas pelan sebelum akhirnya berbicara, suaranya serius namun sedikit penuh beban. "Aku sering mendapati Elowen bermimpi buruk, terutama sejak pertama kali datang ke sini. Ada satu malam, aku sempat melihatnya terjaga dan sangat ketakutan. Dia berkata melihat seseorang yang sedang menatapnya lama, membuatnya takut. Sebagai pasangan yang diberikan oleh Moon Goddess, aku cemas... aku ingin memastikan dia aman, dan baik-baik saja." Loreon berhenti sejenak, menatap Harison dan Valerie, mencoba mencari dukungan. "Aku perlu berdekatan dengan Elowen untuk melindunginya. Agar dia tidak merasa terancam."

Valerie mengangguk pelan, seolah mengerti maksudnya, tetapi matanya tidak sepenuhnya lega. "Aku mengerti," katanya akhirnya. "Antara werewolf dan mate, ada ikatan yang kuat. Memang wajar jika kau ingin menjaga Elowen. Tapi ingat, jangan sampai memaksanya, Loreon."

Harison yang diam sejak tadi, akhirnya berbicara dengan nada yang sedikit serius. "Kapan kau akan mengungkapkan identitasmu padanya?" tanyanya, menatap Loreon dengan tajam. "Kau harus memberitahunya kalau kau adalah pasangan yang diberikan oleh Moon Goddess. Itu penting agar dia tidak terjebak dengan orang lain. Banyak yang ingin bersama Elowen."

Loreon menghela napas panjang, matanya merenung. "Aku tahu. Aku hanya... takut dia tidak akan mempercayai semua itu. Bagaimana seorang manusia seperti Elowen bisa mempercayai makhluk seperti kami? Terlebih lagi... dia masih sangat ragu tentang aku," jawabnya, suaranya penuh ketegangan. "Aku mungkin akan melakukannya perlahan-lahan. Aku akan mencoba untuk menunjukkan padanya, tapi aku tidak bisa memaksanya."

Valerie mengangguk, tetapi ada kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya. "Kau harus segera memberitahunya, Loreon. Jangan biarkan dia terjebak dengan orang lain. Banyak yang ingin bersama Elowen," katanya dengan nada yang penuh kepedulian.

Loreon menatap Valerie dengan tekad. "Aku akan memastikan dalam waktu dekat ini dia tahu semuanya. Semuanya akan aku ungkapkan."

Harison menatap Loreon dengan serius, tapi ada kekhawatiran di matanya. "Tapi ingat, jangan memaksanya, Loreon. Aku tidak ingin Elowen trauma lebih jauh lagi. Kita harus melakukannya dengan hati-hati."

Loreon mengangguk, wajahnya kini penuh tekad. "Aku akan berhati-hati. Aku tidak akan memaksanya."

➰➰➰➰

Ketukan pelan di pintu memecah keheningan di kamar Elowen. Ia yang sedang duduk di tepi tempat tidur langsung menoleh ke arah pintu.

"Klek..."

Pintu terbuka, memperlihatkan Valerie yang melangkah masuk lebih dulu dengan senyum lembut, diikuti Loreon yang berjalan tenang di belakangnya.

Valerie menatap Elowen yang duduk di sofa, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. Di sampingnya, Loreon berdiri bersandar di pintu, ekspresinya tenang tetapi dengan sorot mata penuh arti. Elowen tahu percakapan ini akan menjadi sesuatu yang penting, tetapi ia tidak menyangka akan seberat ini.

"Elowen, aku ingin membicarakan sesuatu denganmu," ucap Valerie akhirnya, nadanya lembut tetapi terkesan serius.

Elowen mengangguk pelan. "Ada apa, Valerie?"

Valerie mendekat dan duduk di kursi dekat tempat tidur. Ia menatap Elowen dengan penuh perhatian, lalu berbicara dengan nada lembut, "Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting tentang tempat tinggalmu selama di sini."

Elowen mengernyitkan dahi, bingung. "Ada apa memangnya? Aku merasa sudah cukup nyaman di sini."

Valerie tersenyum tipis, mencoba meredakan suasana. "Istana ini terlalu besar, dan aku merasa tidak nyaman membiarkanmu tinggal di sini tanpa pengawasan yang lebih dekat. Kau masih baru di sini, dan aku khawatir akan keselamatanmu."

Elowen terdiam, perasaan berkecamuk dalam dirinya. Bayangan Loreon yang selalu dingin dan menatapnya dengan cara yang membuatnya tidak nyaman kini kembali menghantui. "Kenapa harus... dia?" tanyanya dengan suara pelan, tetapi cukup jelas untuk didengar.

Loreon yang sejak tadi diam, melirik ke arah Elowen, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya tetap berdiri di sana, seperti gunung yang tidak tergoyahkan.

Valerie mencondongkan tubuh sedikit ke depan, tatapannya penuh pengertian. "Loreon adalah salah satu yang paling bisa diandalkan di sini. Selain itu..." Valerie berhenti sejenak, memberikan Elowen waktu untuk mencerna. "Dia bisa melindungimu lebih baik daripada siapa pun. Aku ingin memastikan kau aman."

Elowen tertawa kecil, tetapi terdengar pahit. "Aman? Aku tidak merasa aman bersamanya. Dia bahkan tidak pernah berbicara banyak padaku. Bagaimana aku bisa tinggal di tempatnya?"

Suasana ruangan mendadak hening. Loreon akhirnya angkat bicara, suaranya rendah tetapi tegas. "Aku tidak akan membahayakanmu, Elowen. Kau akan aman bersamaku."

Elowen mendongak menatapnya, matanya penuh keraguan. "Aku tidak mengerti kenapa kau—kenapa kalian berpikir ini ide yang bagus. Aku tidak nyaman, Valerie. Tolong jangan paksa aku."

Valerie menggeleng pelan, mencoba meyakinkannya. "Aku tahu ini sulit, Elowen. Tapi percayalah, ini hanya sementara. Dan aku yakin kau akan merasa lebih baik setelah terbiasa."

Elowen menggeleng keras, hampir seperti anak kecil yang menolak keinginan orang tuanya. "Aku tidak bisa. Aku... aku tidak mau."

Valerie menarik napas panjang, tatapannya tetap lembut. "Elowen, aku hanya ingin kau tahu bahwa keputusan ini bukan tanpa alasan. Aku melihat kau sering terbangun dari mimpi buruk. Aku tahu ada sesuatu yang membuatmu takut. Loreon bisa memastikan tidak ada yang mendekatimu, tidak ada yang melukaimu."

Elowen menunduk, kata-kata Valerie menusuknya. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia merasa tidak aman akhir-akhir ini. Tetapi tinggal dengan Loreon? Itu seperti melempar dirinya sendiri ke dalam situasi yang tidak ingin ia hadapi.

"Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku dan Harison memutuskan ini karena kami peduli padamu," Valerie menambahkan.

Elowen menghembuskan napas panjang, merasa seluruh tubuhnya melemah. "Aku... aku akan mencoba, tapi jangan berharap aku akan nyaman."

Valerie tersenyum tipis, lalu menoleh pada Loreon. "Kau tahu apa yang harus dilakukan, bukan?"

Loreon hanya mengangguk, ekspresinya masih dingin. "Aku akan menjaganya."

Elowen menatap pria itu sekilas, lalu segera memalingkan wajahnya. Ia merasa seperti terjebak, tetapi tidak punya pilihan lain.

1
☆Peach_juice
Ceritanya seru banget😭

oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!