Sila, Susilawati 25 tahun ibu dari seorang putri kecil dan istri dari seorang pengusaha mapan bernama Hadi Tama 28 tahun. Keluarga kecilnya yang bahagia hancur ketika dirinya di jebak hingga tanpa sadar dia ditemukan oleh sang suami dalam keadaan tidak pantas di sebuah kamar hotel hingga sang suami menceraikan nya dan mengambil hak asuh atas anaknya. Siapa yang menjebaknya? dan siapa yang pria yang bersamanya malam itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KYKB 09
Aku sudah mulai akrab dengan karyawan uang lain, mereka semua terlihat ramah dan baik hanya Lusi dan Desi saja yang terlihat lebih pendiam. Mungkin mereka sebenarnya sama seperti ku, pendiam dan hanya fokus bekerja saja.
Beberapa pelanggan hari ini juga sudah datang, dan kami melayani para konsumen dengan baik.
"Hari ini lumayan ramai ya!" ucap ku sambil merapikan pakaian yang baru saja di coba oleh pelanggan tadi.
"Ini belum apa-apa, biasanya lebih ramai dari ini. Bahkan untuk makan siang saja, kita harus bergantian satu persatu!" ucap kak Prita.
Pantas saja toko baju ini membutuhkan lebih dari lima orang pelayan, ternyata memang sangat ramai. Semua pakaian yang ada di sini juga sangat bagus dan kualitasnya terbaik, kenapa dulu aku tidak tahu toko baju ini ya. Tapi sayang tidak ada pakaian untuk anak-anak, jadi aku tidak bisa belikan satu untuk Mika.
Saat aku dan Prita sedang membereskan pakaian yang masih berantakan di salah satu blok. Terdengar suara Desi yang menyambut pelanggan yang datang.
"Selamat siang, selamat datang di Golden Butik!" ucap Desi.
Aku bahkan baru menyadari kalau nama toko ini golden butik. Otak ku kenapa akhir-akhir ini sangat lambat loading ya. Karena aku dan kak Prita baru saja melayani pelanggan dan sedang membereskan pakaian, maka Dewi dan Lusi dan Kiki yang melayani pelanggan yang baru datang.
Tapi Kiki tiba-tiba menghampiri Prita dan memasang wajah yang terlihat cemas saat akan bicara pada kami.
"Kak Prita, kak Sila... itu tuan yang kemarin datang membawa model terkenal itu, sekarang dia datang lagi. Bagaimana ini?" tanya Kiki panik.
Kiki memang yang paling muda diantara kami. Usianya baru 19 tahun, katanya dia baru saja lulus SMA enam bulan lalu dan langsung bekerja disini. Meskipun dia paling muda, tapi dia malah uang paling tinggi di antara kami yang bekerja di butik ini.
Melihat Kiki panik aku langsung melihat ke arah Prita.
"Memangnya kenapa dengan tuan itu?" tanya ku pada Prita.
"Karena tuan itu kamu bisa bekerja disini, kemarin dia datang dengan seorang model yang sangat sombong, si Neneng salah ngambil ukuran baju buat dia, langsung di maki maki seenak jidatnya. Akhirnya Neneng mengundurkan diri karena pak Aldi juga gak bisa berbuat banyak buat bela si Neneng, soalnya tuan itu katanya CEO terkenal dan paling kaya di kota ini!" jelas Prita padaku.
CEO terkenal dan paling kaya, siapa ya. Aku jadi penasaran. Dulu di perusahaan tempat aku bekerja yang lama dulu, hampir semua perusahaan lain pernah bekerja sama untuk iklan di sana. Apa aku mengenal orang itu ya?
Aku langsung berdiri untuk melihat siapa sih tuan yang mereka bicarakan itu. Aku menoleh ke dekat kasir dan saat melihat siapa orang itu aku kembali berjongkok dan kembali meraih pakaian yang akan ku bereskan.
"Kenapa? apa kamu mengenalnya?" tanya Prita.
Tentu saja aku mengenalnya, tapi kurasa dia tidak mengenal ku. Itu adalah Dave Hendrawan, CEO perusahaan multinasional. Aku ingat saat dia menjadi klien di perusahaan ku, semua orang harus melakukan sanitasi setiap lima belas menit sekali. Dan saat salah satu karyawan lupa untuk melakukan nya, dia di pecat detik itu juga. Orang itu sangat menyeramkan, dia itu gila kebersihan.
Aku langsung menggelengkan kepalaku dengan cepat.
"Tidak kenal, tapi sepertinya dia sangat menyeramkan. Tidak ada senyum di wajahnya!" ucap ku pada Prita dan Kiki.
"Bukan hanya tidak ada senyuman, tapi dia sama sekali tidak mau kita dekat-dekat dengannya!" sambung Kiki.
'Apa ku bilang, dia itu penggila kebersihan!' batin ku.
"Aku beri saran boleh tidak?" tanya ku pada Prita.
"Apa?" tanya Kiki dan Prita bersamaan.
"Sebaiknya masing-masing dari kita membawa hand sanitizer, lalu setiap lima belas menit sekali kita pakai saat melayani pelanggan yang satu itu!" ucap ku memberi saran pada Kiki dan juga Prita.
"Eh kenapa harus begitu? itu pemborosan!" ucap Kiki.
"Biar aku tanya pak Aldi dulu, itu terdengar bagus!" ucap Prita yang langsung menuju ke ruang manager.
"Nah, kok malah pergi kak Prita. Bagaimana ini? aku takut bernasib sama seperti Neneng!" gumam Kiki yang terlihat begitu panik.
Aku dengar Kiki memang sangat membutuhkan pekerjaan ini. Ayah nya sedang sakit dan butuh biaya untuk pengobatan rutin, sedangkan ibunya hanya berjualan nasi uduk di rumah dan adiknya masih ada 3 lagi. Wajar kalau dia sangat takut kalau sampai apa yang terjadi pada Neneng terjadi padanya.
"Kak Sila, kakak saja yang ke sana ya? aku akan bereskan semua pakaian ini. Aku janji akan rapi sekali!" ucap Kiki dengan tatapan memelas.
Aku pun langsung mengangguk. Aku berdiri lalu berjalan ke arah meja yang memang tersedia banyak hand sanitizer karena kami memang menjualnya di toko ini. Aku membukanya dan menyemprotkan nya di tangan ku, lalu aku menyimpannya dalam saku rok yang aku pakai. Ukurannya yang minimalis memudahkan penyimpanan nya memang.
Aku menghirup nafas dalam sebelum menuju ke arah pelanggan yang sebenarnya sudah di layani oleh Lusi dan juga Dewi.
"Ini butik terkenal itu kan, kenapa para pelayan nya gak bisa bahasa Inggris?" tanya Model wanita itu pada Dewi dan Lusi yang hanya bisa menundukkan kepala mereka di depannya.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanyaku dengan ramah sambil tersenyum.
Aku fokus pada model wanita yang sering ku lihat di beberapa iklan, dia juga pernah menjadi klien di perusahaan tempat ku bekerja dulu. Namanya Chaterine, dia sangat kebule-bulean. Dia bicara dengan menggabungkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
"Hei, I want all the red dresses! Quickly remove all the red evening gowns!" perintahnya dan aku cukup mengerti kalau dia menginginkan kami mengeluarkan semua koleksi gaun di butik ini yang warnanya merah.
"Baik nona, tunggu sebentar ya!" jawab ku dengan sangat ramah.
Aku langsung mendekati Lusi dan juga Dewi.
"Lusi, Dewi kita harus keluarkan semua gaun yang berwarna merah, tapi sebelumnya kalian harus menyemprotkan hand sanitizer ini di tangan kalian!" ucap ku pada Lusi dan Dewi sambil memberikan hand sanitizer yang ada di saku rok ku pada mereka berdua.
Desi lalu menyiapkan makanan kecil serta minuman untuk tiga orang tamu itu, untuk Chaterine, Dave dan satu lagi pria berbadan tinggi besar dengan kaca mata hitam yang selalu berada tidak jauh di belakang Dave.
Beberapa saat kemudian kami datang dengan beberapa gaun berwarna merah yang merupakan pakaian terbaik di toko ini.
"Ini beberapa pilihannya nona, silahkan!" ucap Lusi dengan ramah.
Catherine langsung berdiri dan melihat gaun yang di pegang oleh Lusi.
"Kampungan, coba cari yang lain!" pekik Chaterine membuat Lusi terhentak kaget.
***
Bersambung...
jangan terpuruk dan harus move on...
💪💪💪 sila.