Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Kepulangan Ayah Mertua
Bab 7. Kepulangan Ayah Mertua
Tubuh Arumi menegang ketika bertemu dengan ayah mertuanya yang baru saja kembali setelah melakukan perjalanan bisnis. Keduanya sudah saling mengenal lama. Berbeda dengan Mami Rosalina, Papi Rendra tidak mau ambil pusing urusan asmara anak-anaknya. Dia membebaskan kedua putranya menjalin hubungan dengan siapa pun yang mereka sukai selagi tidak memberikan efek buruk kepada keluarganya.
"Loh, Arumi! Sedang apa di sini? Kamu tidak pergi bekerja?" tanya Papi Rendra merasa aneh karena saat ini masih jam kerja.
"Saya ... sedang cuti," jawab Arumi gugup.
"Oh." Laki-laki paruh baya itu pun berjalan menuju ke lantai atas. Namun, langkahnya terhenti ketika melewati pintu kamar utama yang sering tertutup, kini terbuka. Papi Rendra baru ingat kalau putra sulungnya baru saja mengalami kecelakaan dan pastinya akan kesulitan jika naik turun anak tangga.
Papi Rendra masuk ke dalam kamar untuk menemui Reyhan. Dia melihat putranya sedang duduk di sofa menghadap kaca jendela yang terbuka lebar. Membuat udara bebas keluar masuk.
"Arumi ...." Reyhan menyadari kalau yang datang bukanlah istrinya. Dia bisa mengenali siapa orang itu dari bau parfum.
"Akhirnya Papi pulang juga! Tahu anaknya mengalami kecelakaan parah, tapi lebih mementingkan pekerjaan," ucap Reyhan ketus.
"Bukannya papi sudah menjelaskan kepada kamu kalau perjalanan bisnis ini sangat penting. Jika sampai gagal kemungkinan perusahaan kita akan mengalami kerugian dan berefek kepada banyak karyawan yang bisa saja kena PHK," balas Papi Rendra.
Setidaknya Reyhan ingin sang ayah setiap hari menghubunginya di sela-sela waktu kesibukan aktivitas di sana. Cukup menanyakan kabar dan bagaimana perkembangan kesehataannya.
Reyhan tidak bersedih lagi atas perlakuan ayahnya, hanya ada perasaan marah. Karena dia pernah merasakan sakit lebih dari sekarang ini.
"Mas, aku buatkan jus jambu. Karena tomat di kulkas habis," ucap Arumi begitu masuk ke dalam kamar. Dia terkejut ketika mendapati ada ayah mertuanya di sana.
Laki-laki paruh baya itu menatap heran kepada Arumi yang berani masuk ke dalam kamar ini. Terlebih lagi, ketika perempuan itu berinteraksi dengan Reyhan.
"Suruh Bi Nina untuk stok tomat lebih banyak!" titah Reyhan. Dia tidak mau minum jus jambu merah karena itu adalah kesukaan Ryan. "Kamu minum saja, aku tidak suka!"
Arumi pun meletakan gelas berisi jus jambu itu di atas meja. Lalu, dia pergi lagi untuk menyuruh pembantunya membeli tomat untuk membuat jus.
"Kenapa kamu suruh-suruh Arumi seperti itu? Kamu langsung saja minta buatkan kepada Bi Nina," tanya Papi Rendra dengan nada tidak suka dengan perbuatan si putra sulung.
"Apa salahnya meminta dibuatkan minuman kepada istri sendiri," jawab Reyhan. "Memangnya Papi ... tidak pernah berani menolak keinginan pelakor itu."
Papi Rendra terkejut mendengar ucapan Reyhan. Dia merasa tidak ada masalah dengan indera pendengarannya.
"Istri? Maksud kamu?" tanya Papi Rendra.
"Iya. Arumi itu istri aku. Kita sudah menikah seminggu yang lalu," jawab Reyhan tanpa merasa bersalah.
"Apa kau gila! Arumi itu kekasih Ryan. Berani sekali kamu merebutnya!" pekik Papi Rendra mulai emosi.
"Kekasih?" Reyhan tertawa. "Siapa bilang Arumi kekasih Ryan? Mereka itu sudah menjadi mantan sebelum menikah sama aku, Pih."
"Apa?" Papi Rendra tidak percaya.
"Ibunya saja berani merebut suami orang, tidak dipermasalahkan sama Papi. Aku yang menikahi mantan kekasihnya, kok, protes," lanjut Reyhan dengan sinis.
Papi Rendra pun terdiam. Memang dia dahulu sudah bersalah. Berani main api dengan wanita yang menjadi sekretaris baru. Mereka menikah siri tanpa sepengetahuan keluargannya.
"Mas, sudah waktunya makan siang," ucap Arumi yang kembali masuk ke kamar.
"Aku makan di sini saja," balas Reyhan.
"Pa-pi, ditunggu di meja makan," ucap Arumi yang masih gugup. Barusan dia sempat mendengar perdebatan suami dan mertuanya. Jadi, merasa tidak enak hati.
***
Ketika makan malam, semua orang berkumpul atas perintah Papi Rendra. Arumi duduk di samping Reyhan dan berhadapan dengan Ryan. Dia beradu pandang dengan mantan kekasihnya. Perasaan cinta itu masih ada untuknya. Terlalu sulit untuk dihilangkan apalagi dilupakan.
Arumi bisa melihat tatapan terluka dari pancaran mata Ryan. Dia juga merasakan hal yang sama. Hati dia juga patah karena cintanya mendapat pertentangan. Lalu, kini keadaan membuatnya harus tinggal seatap dalam ikatan yang berbeda.
"Sayang, aku lapar," ucap Reyhan dengan manja. Dia sangat suka bersikap seperti ini kepada Arumi di depan Ryan. Dia sering berharap matanya bisa segera melihat kembali karena ingin melihat ekspresi wajah saudaranya itu. Saat ini dia hanya bisa membayangkan bagaimana wajah terluka dari Ryan.
Arumi menyuapi Reyhan dengan telaten. Semua itu tidak luput dari perhatian ketiga orang lainnya yang juga sedang makan.
Papi Rendra melihat ke arah Ryan yang menatap sendu kepada Arumi. Dia tahu kalau sang istri menentang hubungan keduanya. Kini mereka sama-sama terluka.
"Kalian sudah menikah. Kapan akan mengadakan acara pesta pernikahan?" tanya Papi Rendra.
"Itu mudah, Pih. Sekarang aku sedang fokus untuk pemulihan kesehatan dan menikmati masa pengantin baru dengan Arumi," jawab Reyhan.
Ryan yang sudah tidak tahan lagi, memilih pergi. Makanan masih banyak tersisa di piringnya.
"Ryan, mau ke mana? Kamu belum menghabiskan makananmu!" teriak Mami Rosalina, tetapi pemuda itu tidak perduli dan jalan terus meninggalkan ruangan itu.
"Papi harap kalian bisa menjaga sikap. Hargai perasaan Ryan," ucap Papi Rendra.
"Kenapa? Apa urusannya aku sama perasaan Ryan? Aku, kan, mencontoh apa yang dilakukan sama Papi dan Mami Rosalina dahulu di depan mamaku," balas Reyhan.
Kedua tangan Papi Rendra mengepal kuat. Lagi-lagi Reyhan mengingatkan dirinya atas kejadian di masa lalu.
Sama halnya dengan Mami Rosalina. Wanita itu diam menahan amarah. Dia rasanya ingin memaki Reyhan. Namun, jika itu berani dia lakukan, akan merugikan dirinya.
Reyhan merasa sangat puas. Dengan memanfaatkan Arumi, dia bisa membalaskan dendam yang kepada orang-orang yang sudah merebut kebahagiaannya.
Malam hari, Arumi tidak bisa tidur. Dia memilih duduk di sofa sambil mengerjakan pekerjaan yang terabaikan karena sibuk mengurus Reyhan. Tanpa terasa dia bekerja dari jam sembilan malam sampai jam dua dini hari.
"Aku harus segera tidur. Jangan sampai besok aku mengantuk," batin Arumi.
Baru saja Arumi membaringkan tubuhnya di atas ranjang, Reyhan memelukny dengan erat layaknya sebuah guling. Muka laki-laki itu juga di telusupkan ke dadanya.
"Hei, apa yang kamu lakukan!" Arumi mendorong kuat tubuh Reyhan.
Sang suami yang masih tertidur itu jatuh menggelinding ke bawah. Tentu saja hal ini diluar perkiraan Arumi.
"Astaghfirullah, Mas!"
Arumi langsung meraih tubuh Reyhan yang meringis kesakitan. Apalagi kedua tangan dan kaki laki-laki itu masih belum pulih.
"Kau mau membunuh aku!" teriak Reyhan marah yang menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan