Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH
Tak jauh dari galery, hotel memang dipesan yang paling dekat. Allasca dan Kinara turun dari mobil secara bersamaan, mereka langsung menuju kamar nomor 222.
Tepat di depan pintu, Allasca kembali bicara setelah sekian lama diam. "Aku harus bicara empat mata dengan Alhambra. Bisa kan?"
Kinara mengangguk. "Silahkan."
Allasca mengulas senyum tipis sebagai bentuk terimakasihnya. Orang-orang di belakang membawakan kanvas seharga lima milyar Alhambra.
Allasca lantas masuk ketika Kinara membuka pintu kamar. Kinara akan menunggu di luar sampai putra-putra Sky Rain selesai bicara empat mata.
Di dalam, Alhambra sudah menegakkan kepala dengan duduk di kursi roda. Alhambra sudah tahu kedatangan Allasca dari pesan-pesan yang dikirim Kinara sebelumnya.
Usia mereka beda enam tahun, rasanya dulu Allasca yang ikut-ikutan sabar mengurusi kerewelan anak ini dan sekarang Alhambra sudah lebih dulu bergelar sebagai suami.
Allasca duduk di sofa, memutar kursi roda adiknya agar menghadap padanya. Jarak mereka sedang jauh akhir-akhir ini.
Sejak Echy mengatakan tidak bisa menikah karena lebih mencintai Allasca, sejak dari sast itu pula, Alhambra lebih memilih tidak mengajak Allasca bicara.
Pasalnya, lagi-lagi Allasca yang menjadi sebab utama tersisihnya dirinya. Dari dulu, selalu Bang Lasca yang dipandang lebih pantas, bahkan Echy pun menilai demikian.
Namun, akhir-akhir ini Alhambra merasa pernikahannya dengan Kinara bukanlah sesuatu yang merugikannya. Malahan, Alhambra cukup senang bisa mengenal Kinara lebih dekat setelah malam itu.
Itulah yang membuat Alhambra menekan gengsinya malam kemarin. Tepatnya setelah Alhambra tahu siapa yang akan membeli lukisan dengan gambar istrinya.
Galang menyebutkan nama Hangga Laksamana, aktor yang dianggap amat sangat berkharisma dan penakluk wanita. Di tengah pikiran buntu, Alhambra menelepon Allasca.
Yah, meski sibuk Allasca menyempatkan waktu ke sini. Terlebih, akhir-akhir ini Allasca memang tengah merindukan adik bungsunya.
Sejauh ini, Alhambra bukan tipe adik yang kolokan meminta-minta sesuatu. Maka saat hal itu terjadi, Allasca tak mampu menolak.
Orang-orang Allasca meletakkan bungkusan canvas di meja lalu keluar. Sementara Alhambra masih diam sampai Allasca bicara.
"Aku sudah menuruti kemauan mu, lima milyar untuk membeli istrimu yang cantik."
Mata tajam Alhambra mengarah pada Allasca yang menahan tawanya. Lelaki itu lantas mengacak-acak pucuk kepala Alhambra.
"Ini tidak gratis, Buddy ... kamu masih harus membayar lima milyar ku dengan nilai A di setiap mata kuliah mu, atau, aku yang akan meniduri lukisan istrimu ... Argh!"
Alhambra menyengir. Akhir yang baik untuk kejutan listrik di paha Allasca barusan setelah lancang ingin meniduri lukisan istrinya.
"Sial, itu sakit, Bungsu!!" Allasca meringis mengusap-usap sebelah pahanya.
"Cepat menikah ondel-ondel kaku, supaya tidak berpikir meniduri lukisan istriku!"
"Tapi, istrimu cantik juga setelah diikal begitu ... Argh!" Kejutan listrik selalu mendarat saat Allasca membicarakan Kinara.
"Sekarang pergilah!" usir Alhambra.
Allasca mengernyit kuat, kemarin Alhambra menelepon dirinya demi memintanya datang ke lelang untuk tidak membiarkan lukisan dengan wajah Kinara dibeli Hangga.
Namun lihat, kini anak itu justru mengusirnya tanpa ucapan terima kasih. "Aku Abang mu, hey!" katanya protes.
"Lima milyar mu akan aku kembalikan. Jadi, aku tidak berhutang padamu. Hanya effort dari Jakarta ke Surabaya anggap saja itu bagian dari piknik Bang Lasca. Siapa tahu saja ada gadis Surabaya yang tertarik jadi istri ondel-ondel kaku."
Allasca menoyor kepala adiknya. Asal tahu saja, menikah bukan agendanya. Seorang Allasca tidak akan menikah atau hidupnya akan direpotkan dengan urusan wanita.
Keduanya sempat terdiam, benar kata Kinara, mereka kalau sudah diam mirip sekali dengan manekin. Sampai, Allasca yang mengutarakan sesuatu lebih dulu.
"Daddy merindukan mu."
Alhambra diam saja ... kalau merindukan kenapa hidup Daddy hanya sibuk dengan bisnisnya? Seolah perusahaan Dewa dan anak hanya sesuatu yang tidak berharga.
Kalau rindu, kenapa Alhambra selalu dibuat kecewa setiap kali mereka bicara? Daddy Sky hanya asyik dengan tuntutannya, sementara passionnya di bidang seni dianggap aib.
Bagaimana Alhambra betah? Bahkan, kalau rumah saja tidak seperti rumah, apa salah jika Alhambra selalu ingin memberontak demi memproklamirkan orasi hatinya?
"Kenapa kemarin pergi dari acara pesta pencapaian Bang Lasca hmm?" tanya Allasca.
Alhambra angkat bahu ringan. "Aku tidak suka dengan kalian. Aku tidak suka dengan para pria berjas yang membicarakan kesuksesan karena aku bukan bagian dari mereka."
Allasca tahu Alhambra insecure dengan setiap pencapaiannya. Tapi, bukan itu maksud tujuan Daddy Sky melibatkan Alhambra di setiap pesta pencapaiannya.
Justru, Allasca menangkap hal lainnya, Daddy Sky sedang menjadikan setiap pencapaian Allasca sebagai cambuk untuk kemajuan Alhambra sendiri.
"Daddy merindukan mu. Jadi cobalah temui dia dan ajak dia bicara," saran Allasca.
Alhambra masih tak mau menimpalinya.
"Asal kamu tahu. Kalau Daddy ingin kamu seperti Allasca, itu bukan karena Daddy sangat bangga dengan Allasca. Justru sebaliknya, pria otoriter itu tidak mau melihat putra kesayangannya kalah dari Allasca."
Alhambra mengangkat pandangannya setelah sekian lama menunduk. Alhambra rasa, ucapan Allasca cukup masuk akal.
Bukankah sedari dulu, dia menjadi putra kesayangan Tuan Sky Rain? Bahkan, meski dia se-nakal apa pun, Daddy Sky tak pernah menghukumnya, justru pria itu yang selalu menjadi garda terdepan saat dirinya harus berurusan dengan polisi karena balap liar.
Kesalahan Daddy Sky hanya satu, tidak membiarkan Alhambra mengambil langkah untuk kuliah di fakultas yang disenanginya, Daddy Sky terus memaksakan kehendaknya supaya Alhambra ikut andil di perusahaan.
"Kamu pasti tidak sadar. Daddy hanya akan menatap Bang Lasca jika Bang Lasca berhasil mencapai sesuatu, tapi Daddy selalu menatap mu meski kamu belum menjadi apa-apa."
Allasca menepuk-nepuk pipi Alhambra sedikit lebih keras. Setidaknya anak ingusan yang sudah menikah ini harus bangun tidur dulu.
"Kamu pikir orang tua mana yang mau menikahkan putra nakal yang bahkan masih menjadi beban keluarga hah?!"
Alhambra lumayan tertohok.
Allasca bangkit setelah mendapatkan pesan singkat dari anak buahnya. Dia harus ada di Jakarta kembali sebelum perilisan produk.
"Sekarang, Bang Lasca harus pergi. Dan secepatnya kembalikan lima milyar ku. Atau, aku akan beritahu Hangga siapa wanita yang ada di lukisan mu," ancamnya.
Sial bukan? Jangan sampai Hangga tahu siapa wanita yang ada di lukisan AMR, atau Hangga akan menemui Kinara secara langsung.
Alhambra membiarkan Allasca pergi dari kamar hotelnya. Sementara saat Kinara masuk ke dalam, wanita itu termehek-mehek.
Kinara baru tahu, kalau ternyata lukisan Alhambra sengaja tidak dijual makanya Alhambra sengaja mendatangkan Allasca untuk melelangnya sendiri.
Padahal, dua setengah milyar bukan uang yang sedikit. "Jadi lukisannya memang tidak dijual? Jadi intinya, lukisannya tidak dilepas?"
"Hmm." Alhambra cukup tenang seolah tidak memikirkan Kinara.
"Ya Tuhan, Alhambra ... dua milyar setengah bagiku sangat banyak, aku bahkan belum pernah melihat uang sebanyak itu. Aku pikir aku akan bisa melihatnya malam ini. Tapi ternyata, kamu malah--"
Kinara terbelalak oleh kecupan bibir Alhambra yang sontak membungkam ocehannya. Sungguh, Kinara sama sekali tak menyangka jika pemuda itu akan menarik kerah kemejanya demi mensejajarkan bibir mereka.
"Bisa diam kan mulutnya?"