NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Persekongkolan Seraphine

Arlina terbangun dengan dada terasa berat. Ada firasat buruk yang menekan hatinya. Udara pagi di Umbrahlis terasa lebih dingin dari biasanya, meskipun matahari belum muncul. Ia bangkit dari tempat tidur, menyibakkan tirai untuk melihat ke luar. Langit di atas Noctis Hall berwarna abu-abu kelam, seperti memendam rahasia yang menyeramkan.

Ketukan keras di pintu mengejutkannya. "Masuk," katanya, mencoba mengusir kegelisahan dalam suaranya.

Lyra masuk dengan wajah pucat, membawa kabar buruk. "Nona Arlina, Tuan Aelric... dia menghilang."

Arlina membeku. "Apa maksudmu menghilang? Dia seharusnya ada di kamarnya!"

Lyra menggigit bibirnya. "Para penjaga mengatakan mereka melihat bayangan hitam membawa seseorang keluar tadi malam. Tapi tidak ada yang tahu siapa atau apa itu."

Tanpa pikir panjang, Arlina berlari ke luar kamar, melewati lorong panjang istana menuju kamar Aelric. Saat ia tiba, kamar itu kosong. Tempat tidur rapi, tetapi suasana aneh menggantung di udara. Ia memutar tubuh, bertemu dengan Eryx yang berjalan cepat mendekatinya.

"Dia tidak ada di sini," ujar Eryx dengan nada tegas. "Kami sudah memeriksa seluruh istana."

"Kita harus menemukannya!" teriak Arlina, matanya berkaca-kaca. "Dia mungkin sedang dalam bahaya!"

"Tenang, Arlina," suara berat Kael menggema dari belakang. Ia berdiri dengan mantel gelap melambai di belakangnya. "Kami sudah tahu siapa yang bertanggung jawab."

"Siapa?" Arlina menatap Kael penuh harap.

"Seraphine," jawab Kael singkat, suaranya penuh kemarahan. "Dia menculik kakakmu untuk memancingmu keluar. Dia pikir kau adalah alat tawar yang sempurna untuk menjatuhkan Umbrahlis dan aku."

Arlina mengepalkan tangannya. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kael, kau harus membantuku."

Kael menatapnya tajam. "Aku tahu ini penting bagimu, Arlina. Tapi jika aku membawa pasukan besar ke wilayahnya, itu akan dianggap sebagai deklarasi perang. Aku harus berhati-hati."

"Ini bukan hanya tentang politik, Kael!" sergah Arlina. "Ini tentang keluargaku!"

Kael terdiam beberapa detik sebelum mengangguk. "Baiklah. Tapi kita akan pergi dengan rencana yang matang. Aku tidak akan membiarkan emosimu menghancurkan segalanya."

Eryx mendekat. "Aku akan mempersiapkan tim kecil untuk menyusup. Kita harus bergerak cepat sebelum Seraphine menyadari langkah kita."

Beberapa jam kemudian, Arlina, Kael, dan tim kecil yang dipimpin oleh Eryx berangkat menuju wilayah kekuasaan Seraphine. Udara di sekitar mereka semakin berat saat mereka mendekati kastil gelap milik wanita licik itu. Pohon-pohon di sekitarnya tampak seperti cakar yang ingin merenggut siapa saja yang berani mendekat.

Arlina berjalan di samping Kael, rasa takut dan gelisah bergumul dalam dirinya. "Kau yakin kita bisa masuk tanpa ketahuan?"

Kael mengangguk, matanya memindai setiap sudut. "Seraphine mungkin cerdas, tapi dia terlalu percaya diri. Itu kelemahannya."

Eryx memberi isyarat untuk berhenti. "Kami menemukan jalan masuk kecil di sisi utara. Tapi itu sempit dan berbahaya. Apakah kita tetap melanjutkan?"

Kael menatap Arlina. "Apa pun keputusannya, kau harus tetap di belakangku. Aku tidak akan mengambil risiko kehilanganmu juga."

Arlina mengangguk pelan, hatinya berdegup kencang. Mereka merangkak masuk melalui celah sempit di dinding kastil. Bau lembap dan udara dingin menyerang indra mereka, tetapi tidak ada yang berbicara. Semua fokus pada tujuan mereka.

Setelah beberapa menit menyusuri lorong-lorong gelap, mereka mendengar suara dari kejauhan. Tawa Seraphine bergema, diikuti oleh suara berat seorang pria yang mengerang kesakitan. Arlina menggenggam lengan Kael, wajahnya memucat.

"Itu Aelric," bisiknya.

Kael mengangguk dan memberi isyarat pada Eryx untuk maju. Mereka mendekati ruang besar di mana Aelric terlihat terikat di kursi, tubuhnya penuh luka. Di depannya, Seraphine berdiri dengan gaun hitam megah, wajahnya dipenuhi kesenangan sadis.

"Jadi, kau pikir adik kecilmu akan datang menyelamatkanmu?" ejek Seraphine, berjalan mengitari Aelric. "Aku yakin dia akan segera muncul. Dan ketika itu terjadi, aku akan memastikan dia tidak pernah meninggalkan tempat ini."

Aelric mendongak dengan susah payah. "Kau tidak akan menang, Seraphine. Arlina tidak sebodoh yang kau kira."

Seraphine tertawa keras. "Oh, sayangku, aku tidak perlu dia bodoh. Aku hanya butuh dia cukup berani untuk datang ke sini."

Kael berbisik kepada Eryx, "Kita harus memancing Seraphine menjauh dari Aelric. Aku akan menghadangnya, dan kau bebaskan dia."

Eryx mengangguk. "Bagaimana dengan Arlina?"

Kael menatap Arlina dengan serius. "Kau tetap di sini. Jangan keluar sampai aku memberi isyarat."

"Tidak!" bisik Arlina dengan nada keras. "Aku tidak akan tinggal diam sementara kakakku menderita!"

Kael meraih tangannya, memandangnya dengan tajam. "Jika kau bergerak tanpa rencana, kau hanya akan membuatnya semakin berbahaya. Percayalah padaku."

Arlina menggigit bibirnya, akhirnya mengangguk. "Baiklah. Tapi hati-hati, Kael."

Kael tersenyum tipis sebelum melangkah keluar dari bayangan. "Seraphine," panggilnya, suaranya seperti gemuruh.

Seraphine terkejut, tetapi segera menyeringai. "Kael Nocturne. Aku tahu kau akan datang. Apa kau menikmati jebakan kecilku?"

"Aku lebih suka menyebutnya kesalahan besar," balas Kael, mendekat dengan langkah tenang. "Lepaskan dia sekarang, atau kau akan menyesal."

"Oh, ancaman dari pangeran kegelapan?" ejek Seraphine. "Kau harus tahu, Kael, aku tidak takut padamu."

"Seharusnya begitu," Kael membalas dengan senyum dingin. "Karena jika kau tahu apa yang bisa kulakukan, kau tidak akan berdiri di sana dengan percaya diri seperti itu."

Sementara Kael mengalihkan perhatian Seraphine, Eryx menyelinap mendekati Aelric. Dengan gerakan cepat dan terlatih, ia memotong tali yang mengikat kakak Arlina dan membantunya berdiri.

"Siapa kau?" tanya Aelric dengan suara lemah.

"Eryx. Pengawal Kael. Jangan banyak bertanya, kita harus keluar dari sini."

Mereka bergerak ke arah bayangan tempat Arlina menunggu. Ketika melihat kakaknya, Arlina hampir berteriak kegirangan, tetapi ia segera menutup mulutnya agar tidak menarik perhatian Seraphine.

Kael, sementara itu, melangkah lebih dekat ke Seraphine. "Kau sudah cukup bermain, Seraphine. Kau kalah."

Seraphine menyeringai. "Kau pikir aku akan menyerah begitu saja?"

Tepat saat ia mengangkat tangannya untuk menyerang, Kael memanggil energi gelapnya, menciptakan dinding bayangan yang menghalangi sihir Seraphine.

"Kau tidak akan menang melawan aku," ujar Kael, matanya berkilat penuh ancaman. "Umbrahlis tidak akan jatuh karena permainanmu."

Seraphine tampak marah, tetapi sebelum ia bisa bertindak lebih jauh, Kael berbalik dan melangkah pergi. "Ini peringatan terakhirku, Seraphine. Jangan pernah mengganggu orang-orangku lagi."

Kael bergabung dengan kelompoknya, membantu Arlina dan Aelric keluar dari kastil dengan aman. Saat mereka kembali ke Noctis Hall, Arlina memeluk kakaknya dengan erat, air matanya mengalir deras.

"Terima kasih, Kael," bisiknya, suaranya penuh emosi.

Kael hanya mengangguk, tetapi dalam hatinya, ia tahu perasaannya terhadap Arlina semakin sulit untuk diabaikan.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!