Selamat membaca, ini karya baru Mommy ya.
Aisha dan Dani adalah sahabat sejak dulu, bahkan mereka bersama sama hijrah ke ibu kota mengais rezeki disana. kebersamaan yang ternyata Dani menyembunyikan cintanya atas nama persahabatan.
Sementara Aisha yang jatuh cinta pertama kalinya dengan Atya, lelaki yang baru ditemuinya yang mempunyai masa lalu yang misterius.
Apakah hubungannya dengan Arya akan menjadi pasangan terwujud? Bagaimana dengan rasa cinta Dani untuk Aisha? Apa pilihan Aisha diantara Dani dan Arya?
Baca karya ini sampai selesai ya, happy reading!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Janji yang Tertunda
> Aisya: "Dan, kamu di rumah?"
Pesan Aisha dikirim pada sahabatnya. Malam ini dia kembali gelisah dan tidak bisa memejamkan matanya.
> Dani: "Ya, mau tidur. Kenapa?"
Balasan Dani yang terkesan cuek, kesal sih tepatnya. Hari hari Aisha kini hanya ada Arya, dia berubah sudah jarang duduk bersama diteras rumahnya atau rumah Aisha.
> Aisha: "Duduk di teras yuk. Temani aku."
> Dani: "Ya."
Bukan hanya Aisha yang tidak bisa tidur, ternyata Dani pun sama. Akhirnya dia membuka pintu rumahnya dan menunggu Aisha datang di terasnya.
Aisha: "Dan!"
Seru Aisha senang dan duduk di samping Dani yang lengannya saling menyentuh saat duduk.
Dani: "Hem, ada apa?"
Aisha: "Memng sahabat baikku kamu, Dan. Aku ketemu mantan Arya tadi di reuninya."
Aisha menceritakan semuanya apa yang terjadi disana. Bahkan tanpa ragu bagaimana hatinya yang terluka.
Dani: "Bukankah ini pilihanmu, Sha. Sabar dan ikhlas, jika kamu ga kuat ya lepaskanlah. Aku ga mau kamu sedih dan terluka."
Diam keduanya memandang langit dengan pikirannya masing masing. Tapi Dani sekilas melihat wajah Aisha yang paham jika dia sangat terluka di posisinya itu.
***
Suasana di antara Aisha dan Arya semakin tegang setelah pertemuan dengan Lana. Mereka duduk di taman pada sore yang cerah, namun keheningan di antara mereka terasa begitu dingin. Aisha berusaha mengendalikan emosinya, sementara Arya tampak ragu untuk memulai pembicaraan.
Arya: "Aisha... aku tahu pertemuanku dengan Lana mengganggumu, dan aku minta maaf. Tapi aku butuh kamu untuk percaya padaku."
Aisha: (tatapannya kosong, menghela napas panjang) "Arya, bukan aku nggak percaya. Tapi aku merasa ada bagian dari hatimu yang... aku nggak pernah punya akses ke sana. Seolah-olah aku ini hanya pilihan kedua."
Arya: (berusaha tenang) "Kamu nggak pernah jadi pilihan kedua, Aisha. Kamu yang aku cintai sekarang, kamu adalah masa depanku."
Aisha: (tersenyum pahit) "Arya, kalau aku masa depanmu, kenapa bayangan masa lalumu selalu ada di antara kita?"
Arya terdiam, merasa tertusuk oleh pertanyaan Aisha. Ia mengerti betapa menyakitkan posisi Aisha, namun perasaan yang belum tuntas untuk Lana membuatnya sulit menjelaskan semuanya.
Aisha: "Arya, aku cuma minta kejujuranmu. Apa kamu masih mencintai Lana? Aku harus tahu."
Arya: (terdiam sejenak, akhirnya mengangguk lemah) "Aku... aku nggak bisa bohong padamu, Aisha. Bagian dari diriku masih terikat padanya. Tapi bukan berarti aku nggak mencintaimu."
Aisha merasa seolah seluruh dunianya runtuh. Ia menundukkan kepalanya, menahan air mata yang mengalir pelan.
Aisha: "Jadi aku ini apa buatmu, Arya? Hanya pelarian?"
Arya: (genggam tangan Aisha, memohon) "Tidak, Aisha, kamu bukan pelarian. Kamu adalah seseorang yang aku butuhkan, yang membuat aku merasakan hidup kembali. Tapi aku perlu waktu untuk sepenuhnya melepaskan masa lalu itu."
Aisha: (menarik tangannya, merasa sakit hati) "Berapa lama waktu yang kamu butuhkan, Arya? Aku sudah lelah hidup dengan ketidakpastian ini. Setiap kali kamu mengingat Lana, aku merasa seperti nggak pernah cukup untukmu."
Arya: "Aisha, aku mohon... aku butuh kamu di sisiku. Aku tahu ini egois, tapi aku hanya perlu waktu untuk benar-benar bisa menutup bab itu."
Aisha hanya diam, menahan tangis. Ia merasa bahwa tidak peduli seberapa besar cintanya, ia tetap tidak bisa mengalahkan bayangan Lana.
Malamnya, Aisha merenung sendirian di kamarnya, dan tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada pesan dari nomor tak dikenal, dan ternyata itu dari Lana.
> Pesan dari Lana: "Aisha, aku ingin bicara denganmu. Ada hal yang perlu kamu ketahui tentang aku dan Arya."
Dengan rasa penasaran yang besar, Aisha setuju untuk bertemu Lana di sebuah kafe esok hari. Begitu tiba di kafe, Lana sudah menunggunya, duduk dengan senyum tenang yang membuat Aisha merasa canggung dan ragu.
Lana: "Terima kasih sudah mau bertemu, Aisha. Aku tahu ini tidak mudah buat kamu."
Aisha: (mencoba menjaga ketenangannya) "Apa yang sebenarnya kamu mau dari Arya? Kenapa kamu kembali, Lana?"
Lana: (tersenyum tipis) "Aku nggak kembali untuk Arya. Aku hanya merasa... ada yang perlu aku sampaikan padamu. Mungkin kamu sudah dengar cerita tentang aku dan Arya, tapi ada sesuatu yang belum dia tahu."
Aisha: "Apa maksudmu? Apa kamu ingin merusak hubungan kami?"
Lana: (tersenyum sedih) "Aku nggak bermaksud begitu, Aisha. Justru aku ingin memberikan kamu kejelasan, agar kamu nggak perlu meragukan cinta Arya lagi."
Aisha terdiam, tatapannya penuh kecurigaan, namun juga penasaran.
Lana: "Dulu aku meninggalkan Arya bukan karena aku ingin. Aku dipaksa untuk menikah dengan pria lain demi bisnis keluarga. Aku terpaksa meninggalkan Arya, dan aku nggak pernah menjelaskan alasan itu padanya."
Aisha: (terkejut) "Jadi Arya nggak tahu alasan kamu pergi?"
Lana: "Benar. Mungkin itu sebabnya dia belum bisa melupakan aku sepenuhnya. Dia merasa ditinggalkan begitu saja, tanpa penjelasan. Dan itu membuatnya terus terikat pada perasaannya."
Aisha: "Kalau begitu, kenapa kamu baru bilang sekarang?"
Lana: "Karena aku melihat bagaimana kamu mencintai Arya. Kamu berhak tahu semuanya, agar Arya bisa benar-benar melepaskan aku."
Aisha terdiam, mencoba mencerna semua informasi baru ini. Ia merasa lega sekaligus bimbang, apakah memberitahu Arya tentang ini akan membuat hubungan mereka lebih baik atau justru semakin rumit.
Aisha: "Jadi kamu mau aku yang memberitahu Arya?"
Lana: "Iya. Arya berhak tahu kebenarannya, dan mungkin dengan begitu, dia bisa fokus pada kalian. Aku nggak ingin menghalangi hubungan kalian."
Dengan perasaan yang campur aduk, Aisha akhirnya pulang dan berusaha menyampaikan semua yang Lana ceritakan pada Arya.
Di malam hari, saat mereka duduk di ruang tamu, Aisha akhirnya memberanikan diri.
Aisha: "Arya, aku mau bicara sesuatu yang penting."
Arya: (menatap Aisha, merasa ada sesuatu yang serius) "Ada apa, Aisha? Kamu kelihatan berbeda."
Aisha: "Aku bertemu Lana tadi. Dia memberitahuku alasan sebenarnya kenapa dia pergi darimu dulu."
Arya: (terkejut) "Kamu... kamu bertemu Lana? Kenapa kamu nggak bilang sebelumnya?"
Aisha: "Aku butuh waktu untuk memutuskan apakah aku harus memberitahumu atau tidak. Tapi aku rasa kamu berhak tahu."
Arya: (terdiam, penasaran) "Apa yang dia katakan?"
Aisha: "Lana dipaksa meninggalkanmu karena keluarganya memintanya menikah dengan orang lain demi bisnis. Dia nggak pernah berniat meninggalkanmu tanpa alasan."
Arya terdiam lama, memproses semua informasi itu. Tatapannya kosong, dan wajahnya menunjukkan keterkejutan yang dalam.
Arya: "Jadi... selama ini aku salah paham? Aku pikir dia meninggalkanku tanpa alasan. Semua rasa sakit itu..."
Aisha: "Itulah sebabnya kamu harus tahu, Arya. Mungkin ini bisa membantu kamu untuk benar-benar melepaskannya."
Arya: (memandang Aisha dengan tatapan bersyukur, sekaligus bersalah) "Aisha, maafkan aku... selama ini aku nggak sepenuhnya ada untukmu. Aku sadar sekarang betapa besar pengorbananmu."
Aisha: "Aku hanya ingin kamu bisa melepaskan masa lalu dan fokus pada kita. Aku nggak bisa hidup dalam bayang-bayang orang lain selamanya."
Arya menggenggam tangan Aisha dengan penuh harap, matanya berkaca-kaca.
Arya: "Mulai sekarang, aku berjanji, Aisha. Aku akan benar-benar berusaha untuk hidup hanya untukmu."
Aisha: (tersenyum lemah) "Aku ingin percaya padamu, Arya. Tapi kamu harus membuktikannya. Aku nggak bisa terus berharap tanpa kejelasan."
Arya mengangguk dengan sungguh-sungguh. Berakhir dengan Aisha yang masih merasakan keraguan di hatinya, namun berharap bahwa kali ini Arya benar-benar akan melepaskan masa lalu dan membuka lembaran baru bersama dirinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bersambung.