Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17_Istri Nakal
Sampai di rumah keluarga Anderson pun Bara menggendong sang istri ala bridal style padahal ada penjaga di rumah yang membawakan kursi roda untuk istri majikannya itu.
"Istirahat jangan banyak gerak dulu." tekan Bara dan di angguki oleh Maura.
Setelah itu Bara pun keluar dari kamar meninggalkan Maura sendirian agar bisa istirahat dengan nyenyak.
Baru akan memejamkan matanya, tiba-tiba saja telepon nya berdering menampakkan nama sang mama di layar.
"Mama," gumam nya baru teringat bahwa sang mama meminta uang sepuluh juta kepadanya, seharusnya kemarin adalah hari yang mama ucapkan tapi karena tragedi terpeleset di kebun teh membuat Maura sama sekali tidak melihat telepon nya.
"Banyak banget mama telepon? papa juga? aku gak tahu kalau baterai ku habis," seru Maura.
Kemudian dia pun mengangkat telepon tersebut, dia berusaha bangkit menuju ke balkon agar tidak ada yang mendengar percakapan nya karena bisa saja sang suami masuk.
Di luar halaman juga sepi tidak ada orang, Maura berusaha untuk ke balkon tadi hingga dia sudah di kursi sambil sesekali mengecek keadaan.
^^^Maura: [Halo ma.]^^^
Mama Anggun: [Kamu ya! Sudah mama bilang kalau mama butuh uang nya kemarin! Kenapa malah tidak di angkat telepon mama?!]
Mama Anggun membentak Maura hingga terlihat wajah syok Maura, dia rasanya baru merasa damai tidak ada bentakan tapi ternyata kedamaian nya sudah hilang.
Mama Anggun: [Buruan kirim uang nya, mama butuh banget soalnya papa mu sakit.]
Mama Anggun berkata seperti itu membuat Maura khawatir, bagaimana pun mereka adalah orang tua nya.
^^^Maura: [Tapi Maura gak ada uang sama sekali ma,]^^^
Mama Anggun: [Keluarga suami mu kan kaya, minta suami atau enggak mertua mu.]
Tut Tut Tut
^^^Maura: [Halo ma, ma!]^^^
Ternyata mama nya langsung menutup telepon tersebut tanpa menunggu jawaban dari Maura terlebih dahulu.
"Ini gimana ya, aku gak ada uang, ya masa uang mas kawin aku?" ucap Maura mempertimbangkan keputusannya.
CEKLEK
Bara masuk dengan santainya duduk di samping Maura yang masih ada di balkon.
"Sudah saya bilang jangan banyak bergerak, tapi seperti nya ucapan saya tidak di gubris sama istri nakal saya ini." ucap Bara dengan penuh penekanan karena sang istri tidak mematuhi ucapannya.
Maura merasa kagok saat dia di katai sebagai istri nakal, takut karena tatapan sang suami yang begitu tajam.
"Mas!" pekik Maura saat Bara malah menggendong nya ala bridal style menuju ke dalam, Bara membaringkan Maura di kasur empuknya dan menindih tubuh kurus sang istri.
"Seperti nya istri nakal saya harus di kasih pelajaran karena menjadi istri yang tidak patuh kepada suaminya." ucap Bara lagi lagi mencium habis bibir tipis sang istri yang mungkin bagi bara sekarang mencium sang istri adalah hobi baru nya, seperti nya sang istri sekarang candu bagi nya.
"Mas," lirih wanita itu merasa kebas di bibir nya karena sang suami tak kunjung berhenti dengan aksinya.
"Kenapa hm?" ucap Bara sambil menyeka bibir Maura yang basah akibat dirinya.
"Sekarang istirahat, saya ada urusan penting." jawab Bara kemudian meninggalkan Maura di kamar.
Rasanya Maura seperti wanita murahan yang di butuhkan saat sang pria ingin saja, buktinya sekarang dia malah di tinggal sendirian di kamar dengan posisi baju yang berantakan dan Maura yakin bercak tanda pasti semakin banyak di leher dan dada nya ini.
"Ya tuhan bibir ku sampai kebas rasanya." seru Maura memegang bibir nya yang tak terasa itu, namun dia juga mengingatkan bagaimana buas nya sang suami saat menciumnya membuat dia salah tingkah sendiri di buatnya.
.
.
Bersambung.....