Cerita ini mengisahkan tentang kehidupan seorang gadis yang sangat ingin merasakan kehangatan dalam sebuah rumah. Tentang seorang gadis yang mendambakan kasih sayang dari keluarganya. Seorang gadis yang di benci ketiga kakak kandungnya karena mereka beranggapan kelahirannya menjadi penyebab kematian ibu mereka. Seorang gadis yang selalu menjadi bulan- bulanan mama tiri dan saudara tirinya. Kehidupan seorang gadis yang harus bertahan melawan penyakit mematikan yang di deritanya. Haruskah ia bertahan? Atau dia harus memilih untuk menyerah dengan kehidupannya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18
"Sekarang aku ingin bertanya kepada kalian semua. Jika yang ada di posisi Zia adalah aku apa kalian semua akan sekhawatir ini? Apa kalian akan sepeduli ini? Jika aku yang membutuhkan donor ginjal apa kalian akan meminta adik kesayangan kalian memberikan ginjalnya untuk ku? Apa kalian akan melakukan itu?" Tanya Keyla lalu menatap mereka sdatu persatu.
Mereka semua terdiam membuat Keyla semakin merasakan sakit di hatinya. Keyla mendongakkan kepalanya untuk menahan agar air matanya tidak jatuh. "Kalian tidak mungkin melakukan itu." Ucap Keyla lirih.
"Key." Panggil Mahen lirih.
"Jika kalian tidak bisa melakukan hal yang sama lalu kenapa kalian menuntutku untuk melakukan itu?" Tanya Keyla. "Dan apa tadi kata kakak?" Keyla menatap Mahesa. "Lalu apa kata kak Esa tadi? Balas budi? Balas budi untuk apa? Untuk semua luka yang sudah kalian berikan kepadaku. Untuk semua rasa sakit yang aku rasakan saat kalian menghina dan memukuli diriku tanpa ampun. Atau untuk rasa ketidak pedulian kalian semua kepadaku. Apa belum cukup penderitaan yang kalian semua berikan kepadaku selama ini . ."
"Tapi tanpa kami kamu tidak akan bisa tumbuh seperti sekarang. Tanpa kami kamu sudah pasti jadi gelandangan di luaran sana." Saut Sofi penuh penekanan.
Keyla tersenyum tipis. "Tumbuh seperti apa maksud tante?" Tanya Keyla yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari mereka. "Bukan kah selama ini kalian membesarkanku untuk menjadikanku tempat melampiasan kemarahan kalian. Bukankah selama ini kalian lebih menjadikanku seorang pembantu dari pada menjadikanku bagian dari keluarga kalian." Sindir Keyla. "Kenapa menatapku seperti itu? Aku hanya mengingatkan mungkin saja tante lupa dengan sikap tante kepadaku."
"Tante." Saut Keenan yang baru muncul dari balik pintu ruang rawat Zia. "Jaga ucapanmu. Dia masih mamamu." Ucap Keenan memperingatkan Keyla
Keyla tertawa. "Mama ? Apa ini berarti sekarang kalian sudah mengakuiku sebagai anak? Apa ini berarti aku sekarang sudah di akui sebagai bagian dari keluarga kalian?" Mendengar ucapan Keyla Keenan terdiam.
Keyla menggelengkan kepalanya. "Jika bisa memilih aku tidak mau hidup di dalam keluarga kalian. Jika bisa memilih aku lebih baik menjadi gelandangan." Ucap Keyla.
"Aku tidak mau tahu. Mau tidak mau kamu harus mendonorkan ginjalmu untuk anakku." Kekeh Sofi tanpa rasa malu.
"Dengarkan aku baik- baik tante. Aku tidak akan pernah mau mendonorkan ginjalku untuk anak tante. Mau dia mati sekalipun aku tidak peduli." Ucap Keyla penuh penekanan sambil memundurkan langkahnya.
Sofi berjalan mendekat lalu meraih lengan Keenan dan menggoyang- goyangkannya. "Mas. Suruh anak pembawa sial itu memberikan ginjalnya. Aku tidak mau kehilangan Zia mas. Aku mohon." Mohon Sofi pada Keenan.
Keyla berhenti memundurkan langkah kakinya. Ia menatap tajam Sofi. "Masih menyebutku anak pembawa sial. Lalu kenapa tante meminta ginjal dari anak pembawa sial ini. Tidak kah tante takut jika nanti anak tante akan sial karena menerima ginjal dari anak pembawa sial sepertiku."
"Key, apa kamu tidak ingin mempertimbangkan keputusanmu?" Tanya Mahen yang membuat hati Keyla semakin terasa sakit. " Apa kakak perlu memohon kepadamu? Atau kalau kamu mau kakak akan bersujud di kakimu."
Runtuh sudah pertahanan Keyla yang sedari tadi sudah ia tahan. Ia menatap Mahen dengan tatapan kecewa. "Kakak juga ingin aku mendonorkan ginjalku?" Tanya Keyla lirih.
"Maaf. Tapi kakak tidak ingin lagi merasakan kehilangan. Zia juga adik kakak." Ucap Mahen sendu.
"Lalu aku?" Tanya Keyla sambil menunjuk dadanya. " Aku juga adik kakak."
"Kakak tahu. Kamu juga adik kakak Key." Jawab Mahen
Keyla menatap Mahen. "Jika aku adik kakak, kenapa saat aku bertanya apa kakak akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi padaku kakak diam saja."
Keyla menatap ketiga kakaknya bergantian. "Kalian bertiga kakak kandung ku, tapi pernahkah kalian peduli kepadaku meskipun hanya sedikit." Keyla menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak. kalian tidak pernah peduli. Bagaimana keadaanku? Apa yang sudah aku lalui selama ini? Apa makanan dan minuman favoritku? Apa kalian pernah ingin tahu? Tidak. Karena apa? Karena setidak penting itu aku di hidup kalian. bahkan aku matipun kalian tidak akan pernah peduli." Keyla menangis.
Keyla menundukkan kepalanya. "Lalu sekarang apa? kalian semua memintaku untuk memberikan ginjalku untuk adik kesayangan kalian." Ucap Keyla.
"Kami hanya meminta satu ginjalmu. Dan kamu masih bisa hidup dengan satu ginjalmu yang lain." Jawab papanya.
"Apa susahnya si? Zia hanya butuh satu ginjal darimu." Keyla mengalihkan pandangannya. Air matanya mengalir semakin deras. Ia tidak menyangka perkataan itu akan keluar dari mulut papa dan kakak- kakaknya.
"Kakak mohon Key. Hanya kamu satu- satunya harapan kami." Mahen kembali memohon tanpa menyadari perkataanya itu telah semakin menyakiti hati Keyla.
Keyla mengusap kasar air matanya. Cukup lama menatap lekat wajah Mahen yang masih memohon kepada dirinya. Kakak yang beberapa bulan ini yang sudah memberinya kasih sayang. Kakak yang sudah peduli dan selalu ada untuk dirinya.
"Apa kakak akan bahagia jika aku mendonorkan ginjalku? Apa kakak akan sangat bahagia jika aku menyelamatkan nyawa Zia?" Tanya Keyla lirih yang langsung mendapatkan anggukkan kepala dari Mahen.
Keyla menghela nafasnya. "Baiklah." Ucap Keyla masih dengan air mata yang mengalir. "Jika dengan mendonorkan ginjalku bisa membuat kakak bahagia. Tapi aku punya satu syarat dan ini berlaku untuk kalian semua." Ucap Keyla yang langsung membuatnya mendapatkan tatapan tajam.
"Kenapa harus dengan syarat ?" Tanya Mahesa.
"Apa kakak merasa keberatan. Apa kakak pikir aku akan memberikan ginjalku secara cuma- cuma?" Keyla balik bertanya. "Aku bisa menjamin syarat dari ku tidak akan merugikan kalian semua." Lanjut Keyla yang membuat perasaan Mahen sedikit tidak enak.
"Setelah aku mendonorkan ginjalku, bebaskan aku. Aku tidak ingin lagi berhubungan dengan keluarga kalian. Aku tidak mau lagi merasakan sakit hati. Aku lelah. Aku sakit. Aku ingin bebas." Ucap Keyla sambil berusaha menahan tangisannya.
Mahen berjalan mendekat ingin merengkuh tubuh lemah sang adik. "Key."
Keyla mengangkat tangannya didepan Mahen untuk menghentikan langkah kaki Mahen. "Syarat ini berlaku juga untuk kakak." Ia menatap sendu Kakak kesayangannya. Keyla menatap Mahen dengan tatapan kecewa. "Kakak." Ulang Keyla lirih. "Masih pantaskah kamu ku panggil kakak?" Ucap Keyla sambil memundurkan kembali langkah kakinya.
"Hubungi aku jika sudah waktunya untuk melakukan operasi." Ucap Keyla lalu membalikkan tubuhnya. Ia menghentikan langkah kakinya saat ada yang menahan tangannya.
"Key. Maafkan kakak." Ucap Mahen.
Keyla menghempaskan tangan Mahen. "Mungkin ini terakhir kali kita bertemu. Setelah aku memberikan ginjalku jangan ada di antara kalian yang menghubungiku bahkan sampai mencari keberadaanku." Ucapnya tanpa membalikkan badan lalu memilih untuk melanjutkan langkah kakinya.