Keluarga Wezumo adalah salah satu keluarga paling berkuasa di Asia. Mereka menguasai pasar bisnis dan memiliki perusahaan raksasa yang bergerak di bidang otomotif, Fashion dan properti.
Darrel, putra sulung keluarga Wezumo terpaksa menikahi Hope Emilia, putri seorang sopir keluarganya. Dua tahun menikah, Darrel tidak pernah menyentuh Hope, hingga Darrel tidak sengaja meminum obat perangsang malam itu.
Hubungan keduanya makin dekat saat Darrel mengangkat Hope menjadi asisten dikantornya. Namun kemunculan seorang pria tampan yang amat berbahaya di dekat Hope memicu kesalahpahaman di antara keduanya.
Belum lagi Hope tidak sengaja mendengar fakta sebenarnya dibalik pernikahan mereka. Membuatnya berada dalam pilihan yang sulit. Meninggalkan Darrel, atau mempertahankan pria itu bersama anak Darrel yang ada dalam kandungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Hope membaringkan tubuhnya ke kasur. Ia sudah membaca jadwal kegiatan yang Darrel buat untuknya. Dan hanya ada dua hari waktunya bersantai.
Wanita itu tertawa. Dia akan makin sibuk mulai sekarang. Bukan hanya sibuk melayani dan bekerja untuk suaminya. Tapi sibuk mengasah otak untuk kembali belajar.
Hufftt ...
Nggak apa-apa deh. Lagian suaminya yang ingin dia belajar, untuk menambah wawasan. Ini demi kebaikannya sendiri.
"Tempatmu ini bagus juga. Tidak sia-sia kau membeli gedung besar ini. Sangat mewah dan nyaman. Aku akan menyewa satu di sini saja, biar kita dekat."
Hope bangun. Ia mendengar suara laki-laki lain di luar. Suara itu cukup kencang.
"Temannya mas Darrel?" wanita itu berbicara sendiri.
Ia berdiri dan berjalan mendekat ke pintu.
Waktu di rumah keluarga mereka, mas Darrel tidak pernah bawah teman. Itu sebabnya Hope tidak kenal satu pun teman-teman suaminya. Tapi hari ini, hanya dalam sehari sudah ada dua orang teman pria itu yang berkunjung ke sini. Apa karena ini apartemennya sendiri?
"Kemana istrimu? Aku belum pernah melihatnya lagi setelah pernikahan kalian."
Laki-laki itu bicara lagi. Kali ini bertanya tentang Hope. Kayaknya temannya Darrel pernah hadir di acara pernikahan mereka. Padahal seingat Hope, pernikahannya dan Darrel hanya di hadiri oleh kerabat dekat keluarga Darrel. Kak Lina yang tadi pagi pun bilang pernah datang ke pernikahan mereka juga.
Berarti orang-orang itu termasuk sahabat dekat suaminya. Karena di luar sana, banyak yang tidak tahu Darrel sudah menikah.
Apa aku keluar saja dan menyapa temannya mas Darrel? Kurang sopan kalau diam di dalam kamar kan? Mereka pasti butuh kopi.
Hope berpikir menimbang-nimbang. Sekitar satu menit kemudian ia benar-benar keluar. Pandangan Darrel dan tamu laki-lakinya sama-sama tertuju padanya. Hope tersenyum pada laki-laki berwajah asing itu.
"Kau Hope, istri Darrel?"
Pria itu bahkan tahu namanya. Hope mengangguk. Dan pria berparas lumayan tersebut pun cepat-cepat berdiri.
"Perkenalkan, aku Keno. Sekretaris sekaligus sahabat dari suami kamu." Keno mengulurkan tangannya ke depan Hope.
Hope menyambut uluran tangan Keno dengan senyuman manisnya, namun senyuman tersebut menghilang dengan cepat dari wajahnya ketika ia melihat tatapan Darrel yang dingin. Hope buru-buru melepaskan salaman dari Keno karena suaminya menatapnya bak pedang bermata dua.
"Mm ... Mas Keno,"
"Panggil dia bapak, bukan mas." Darrel memotong. Suaranya datar namun sanggup membangkitkan rasa takut Hope. Tentu saja karena dia selalu tidak bisa berkutik di depan suaminya.
"Pak Keno," ralatnya mengikuti apa kata suaminya.
"Aku belum menikah, dan belum setua itu sampai harus dipanggil bapak. Panggil aku kakak saja." kata Keno mengedipkan sebelah matanya ke Hope. Ia memang tidak suka dipanggil bapak.
Dia juga heran pada Darrel yang tidak mengijinkan istrinya memanggil dia dengan sebutan mas. Tapi selanjutnya Keno langsung menyadari satu hal. Darrel ini lain di mulut lain di hati. Tatapannya walaupun dingin, tapi tidak bisa menutupinya dari Keno. Keno tahu. Dan laki-laki itu tertawa geli. Darrel, Darrel.
"Nngh ... Kak Keno mau aku buatin kopi?"
"Yap, mau sekali. Aku dan suamimu akan lembur malam ini. Jadi kami butuh kopi agar tetap terjaga."
"Baiklah, kalau begitu aku bikinin." setelah melirik sebentar ke suaminya, Hope pun beranjak pergi ke dapur.
"Terimakasih manis!" Keno berseru kuat. Ia sengaja melakukannya untuk mengetes sejauh mana kesabaran seorang Darrel.
"Jangan bicara sembarangan dengan istriku." ucap Darrel ketika Keno sudah kembali duduk. Mata Darrel tetap fokus di depan tumpukan kertas.
"Kenapa, kau merasa terganggu?"
"Dia bukan seperti kebanyakan wanita yang kau kejar."
"Benarkah?" Keno menatap pria itu dengan alis naik turun, lalu terkekeh.
"Kau benar. Dia lebih dekat dengan tipemu. Kurang elegan, tapi manis. Cukup menawan dan berkarakter. Cocok denganmu. Tapi kalau sikapmu dingin terus seperti itu, seseorang mungkin bisa merebutnya darimu."
Perkataan Keno berhasil membuat Darrel menoleh.
"Pikirkan saja urusanmu sendiri. Fokuslah bekerja kalau kau tidak ingin aku memotong gajimu bulan ini." ancam Darrel.
"Baiklah bos besar." ujar Keno tertawa. Dasar kekanakan.
"Aarghh!!"
Teriakan kencang Hope sontak membuat Darrel dan Keno kaget. Darrel langsung berlari secepat kilat ke arah dapur. Keno mengikutinya dari belakang.
"Ada apa?" tanya Darrel begitu mencapai dapur. Ia melihat wajah takut Hope yang terpampang jelas di wajahnya. Wanita itu tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri, dan tangannya memegangi bagian dadanya sebelah kiri.
Darrel bingung kenapa isterinya sampai ketakutan begitu.
"Ma ... Mas ..."
"Katakan ada apa Hope?"
"A ... Ada cecak masuk ke dalam baju aku," jawab Hope sedikit merengek. Ekspresinya lucu, Keno yang berdiri di belakang Darrel menahan tawa. Dia pikir ada kejadian besar apa, eh ternyata kemasukan cecak doang. Memang dasar perempuan ya, hal sekecil itu saja hebohnya bisa kayak orang yang mau di perkosa.
Darrel menatap ke tangan Hope yang terus menempel di bagian dadanya. Sepertinya cicaknya masuk ke dalam sana.
"Mas ..." Hope kembali merengek memanggil Darrel. Bukan hanya takut, dia juga merasa jijik dengan hewan sejenis cecak dan saudara-saudaranya itu.
Darrel berbalik menatap Keno sebentar. Tatapannya seolah menyuruh pria itu pergi dari situ. Karena area kemasukan cicaknya berada di tubuh Hope yang sensitif, tentu Darrel tidak mau ada orang lain yang melihat.
Keno yang mengerti pun berbalik pergi. Meninggalkan pasangan suami istri tersebut.
Darrel melangkah lebih dekat. Lalu tangannya menelusup masuk ke dalam kaos Hope.
"Di bagian mana?" tanyanya karena belum mendapatkan hewan yang ingin dia keluarkan.
"A ... Ada di dalam bra aku ..." jawab Hope malu. Tangan Darrel pun tanpa pikir panjang masuk ke sana. Jemarinya bersentuhan dengan pu-ting Hope, bohong kalau pria itu tidak merasa tegang. Namun dia berusaha bersikap biasa saja di depan Hope.
"Lepaskan tanganmu." perintah Darrel begitu menemukan apa yang dia cari. Hope ragu.
"Tapi kalau cecaknya berjalan g ... Gimana?" wanita itu takut.
"Sudah aku pegang. Dia tidak akan bisa kemana-mana lagi."
Hope masih ragu.
"Aku bilang lepas, Hope ..."
Mau tak mau Hope pun mengikuti perintah Darrel. Barulah Darrel berhasil mengeluarkan hewan tersebut hingga Hope bernapas lega. Jantungnya hampir copot tadi.
Dia pikir di tempat semewah dan sebersih ini tidak akan ada hewan-hewan begituan. Eh, salah besar.
"Kenapa bisa masuk ke situ?" tanya Darrel habis membuang cicak tadi.
Hope menggeleng.
"Aku nggak sadar, nanti sadar waktu aku merasa ada yang gerak-gerak tadi."
Mas Darrel nggak akan nuduh kalau aku sengaja masukin binatang itu ke dalam baju aku kan?
Hope berharap tidak.
"Ya sudah, sekarang kamu masuk saja ke kamar. Mandi, dan tidur. Jangan tidur terlalu malam." kata Darrel kemudian.
"Tapi kopinya?"
"Biar aku yang buat. Pergilah."
Hope pun menurut.