Malika Anggraini 19 th yang di paksa menikah oleh keluarga angkatnya dengan laki laki cacat yang duduk di kursi roda karena sebuah kecelakaan.
Demi membalas budi keluarga angkatnya dan juga ingin keluar dari rumah yang seperti neraka bagi Malika, dia menyetujui permintaan Ibu angkatnya, berharap setelah keluar dari rumah Keluarga angkatnya Malika bisa mendapatkan kehidupan bahagia.
Bagaimana kisah Malika, yukkk.... ikuti cerita selanjutnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Pakai baju ini, jangan bikin malu kami" Bu Sulatri melemparkan gaun bagus untuk Malika pakai.
"Untuk apa Bu...?" ujar Malika pura pura bertanya, padahal dia sudah tau tujuan orang tua angkatnya itu.
"Ngak usah banyak tanya kamu, nanti kamu juga tau!" bentak Bu Sulastri dan berlalu keluar dari kamar Malika.
"Huuff.... Tuhan, klau ini memang yang terbaik untuk ku, aku ikhlas Tuhan" ujar Malika melihat gaun yang ada di tangannya.
"Malah bengong buruan ganti baju loe!" bentak Sabrina yang memergoki Malika yang masih diam terpaku memandangi baju di tangannya.
"Iya..." ujar Malika pelan dan menutup pintu kamarnya, dia memakai gaun yang di berikan oleh ibu angkatnya, walau gaun itu sederhana, namun di pakai oleh Malika terlihat bagus dan kecantikan Malika semakin bersinar, Malika juga mengoles bibir nya dengan lip tin, memakai bedak tabur, dan menyisir rambut panjang sebatas bawah bahu, Malika mengepang ujung ujung Rambutnya dan menyatukan ke dua kepangannya.
Sedangkan di luar sana sudah ada tamu orang tua angkatnya, yang tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga Refandi.
"Bagaimana jeng... Mana anak jeng yang mau jeng jodohkan dengan anak saya" ujar Mama Renfandi yang sudah tidak sabat dan melihat ke dua gadis yang duduk berdampingan di kursi tamu itu.
"Tunggu ya Jeng, sebentar lagi juga keluar kok, dia memang sedikit lelet, maklum lah mau ketemu calon suami" kekeh Bu sulastri.
Refandi hanya diam, dia tidak mau banyak bicara, hanya memperhatikan orang orang di sana satu persatu, tidak ada satu pun yang menarik di antara mereka, hanya terlihat wajah wajah munafik.
Apa lagi melihat Bu Sulastri demi uang mau menukar kebahagian sang anak "Dasar menjijikan" gumam Refandi.
"Sandra, coba kamu lihat Malika, lama banget dandannya, padahal calon suaminya sudah ngak sabar mau bertemu sama dia" kekeh Bu Sulastri.
Refandi hanya memutar mata malas, namun tidak dengan keluarganya yang tertawa riang, seolah olah semua memang benar adanya, membuat Refandi kesal "Munafik..." gumam Refandi yang tidak menyukai ucapan keluarganya itu.
Sabrina berlenggak lenggok masuk ruang dalam untuk memanggil Malika, sebenarnya dia kesal di suruh memanggil Malika, namun apa daya, biarlah untuk sementara tidak apa apa, sebentar lagi benalu itu akan pergi dari rumah ini, pikir Sabrina.
"Heh...." belum sempat Sabrina membuka mulutnya, dia terbengong melihat ke cantikan Malika, namun kemudian kembali menatap sinis ke arah Malika.
"Ada apa kak?" tanya Malika sopan, walau sebenarnya malas berbasa basi.
"Buruan kek lama banget loe dandan, kudu gue yang nyamperin loe, ngak guna juga loe dandan cantik cantik, secara nikah sama orang lumpuh ini!" sinis Sabrina yang sebenarnya iri dengan kecantikan yang di milik oleh Malika.
Malika hanya diam tanpa mau membalas ucapan Sabrina, dia mengikuti langkah Sabrina dari belakang.
"Nah... iti dia yang jadi calon mantu jeng" basa basi bu Sulastri.
Refandi lansung menatap Malika dengan tatapan sulit di artikan.
"Dia cantik, tapi seperti tertekan, matanya seperti menanggung luka" gumam Refandi.
"Sini sayang" ujar Bu Sulastri pura pura baik mengulurkan tangan akan memegang tangan Malika.
Malika hanya menurut dan duduk di samping bu Sulastri.
"Jadi gimana jeng?" tanya Bu Sulastri.
"Hari ini juga saya bawa dia kerumah saya, dan kalian ngak usah menghadiri pernikahan, secara kalian kan menjual dia bukan menikahnyannya" sinis mama Refandi itu.
"Ouh.... Tentu saja, silahkan bawa dia saya tidak perduli, namun bayar dulu apa yang Jeng sepakati kemaren" ujar Bu Sulastri yang memang tidak ingin melihat pernikahan Malika tersebut.
Malika tetap menunduk menatap lantai sambil menggigit bibirnya, meratapi nasibnya yang malang.
Refandi Juga menatap Malika dengan tatapan sulit di arti.
"Ini cek nya, sudah lunas kan" ujar mama Refandi memberikan cek dengan menulis berapa angka di cek tersebut.
"Ok... silahkan bawa dia" ujar Bu Sulastri tanpa rasa bersalah.
Malika hanya bisa menahan sesak di dadanya, hargadirinya di cabik cabik oleh kelurga angkatnya, dengan tega menjual dirinya seperti binatang.
"Ayo....kamu ikut kami?!" ujar mama Refandi.
"Sebentar nyonya, saya mau ambil barang barang berharga saya" ucap Malika.
"Baik lah..." ujar Mama Refandi dan membiakan Malika mengambil keperluannya, itu tidak penting bagi mama Refandi itu, yang terpenting dia bisa membawa Malika saat ini juga.