Niat menerjemahkan bahasa, berujung fucking!!
Cinta gelap seorang mafia Italia bernama Almo Da Costa pada seorang wanita sederhana bernama Luna Diaz yang berprofesi sebagai penerjemah bahasa.
Pertemuan yang tidak diinginkan harus terjadi sehingga Luna kehilangan mahkota berharganya bagi seorang wanita. Hingga 2 tahun mereka berpisah dan bertemu kembali namun hal yang mengejutkan bagi Luna adalah saat Mr. Mafia itu bertanya.
“Where is my child?”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon Dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
M'sDL — BAB 23
KEMBALI KE SISILIA
Pria dengan kaos hitam yang masih berdiri menatap Luna yang mencoba menapakkan kakinya perlahan-lahan agar bisa berdiri dengan baik, namun hasilnya dia tak kunjung berdiri karena rasa kemang di pahanya. -‘Aku rasa tidak bisa, jika dipaksa pria itu akan mendekatiku dan berpura-pura menolongku. Kenapa dia tidak pergi saja.’ Batin Luna yang mencuri-curi pandang ke arah Almo.
“Why? Tidak bisa berdiri?” sindir Almo yang masih menatap santai dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana.
Luna hanya menghela napas panjang, lalu menoleh ke pria itu dan mengangkat kedua kakinya untuk kembali ke atas ranjang.
“Aku berubah pikiran.” Ketusnya berbohong.
Tentu, Almo tahu itu. Saat pria tampan dengan mata hijaunya itu mulai bergerak maju— Luna langsung menarik selimutnya dan menutupi tubuhnya hingga menahan rasa nyeri saat lukanya tertekan oleh selimut tebal tadi.
Kewaspadaan Luna benar-benar memancing Almo. Pria itu duduk di sisi ranjang menatap tak henti ke wanita dengan rambut panjang berantakan nan lurus.
Tentu saja Luna berpaling ke arah lain, hingga tangan Almo langsung menarik selimutnya dalam satu tarikan dan memperlihatkan kegugupan Luna saat dia hanya mengenakan baju tidur yang hampir menyerupai bathrobe.
“Hey!" kesalnya saat selimut ditarik tiba-tiba.
“Selama kau di sini, aturan, perintah adalah milikku. Jika kau berani melanggar keduanya— ” Almo menatap lekat Luna yang juga menatapnya.
“Kau tidak akan pernah menyangka hukuman yang kau dapatkan.”
“Kau bukan Tuhan. Aku tidak perlu takut.” Balas Luna sama sekali tidak peduli meski jantungnya berdegup kencang.
“Tidak perlu menjadi Tuhan untuk menakuti seseorang. Akan aku ingat ucapan mu!” kata Almo yang kini dia beralih ke luka Luna.
Seketika Luna menutupi lukanya dengan kedua tangannya. “Biarkan saja, jangan mengobatinya.” Ucap Luna yang tak ingin lagi diobati oleh si Almo Da Costa itu.
Sungguh! Dia benar-benar gila saat mengobati seseorang.
“Kenapa aku harus mengobatinya?” pria itu menyeringai saat tangannya yang nakal mulai bergerak masuk dari luka ke atas dibalik jubah yang Luna kenakan. Tentu saja wanita itu mencegahnya. ”Hentikan!" gertak Luna menakan kalimat yang dia lontarkan.
“Kau bilang tidak takut kan. Lalu kenapa kau terlihat gugup?” ucap pria itu membuat Luna kembali berdegup dan tangannya masih menahan pergelangan tangan Almo yang sudah menyentuh paha atasnya tepat disampingnya sehingga Almo bisa merasakan tangannya menyentuh garis celana dalam Luna.
“Itu hal lain.” Ucap Luna dengan suara pelan sedikit memburu.
“Hal lain seperti apa?”
Almo mulai mendekatinya namun tiba-tiba sebuah ketukan di pintu memudarkan semuanya. Tok! Tok!
Tentu saja pria itu memejamkan matanya dan menggertak pelan. “Chi? (Siapa)?" suara yang keras dan penuh kekesalan saat dia tengah diganggu.
Pintu dibuka dan Enzo berdiri memberikan sapaan hormat seperti biasa. “Maaf Tuan Almo. Ada pesan dari Lorella! Sergio akan datang ke Sisilia untuk bertemu dengan Anda.” Jelas Enzo si pria dingin dan Badas seperti bosnya.
“Maledetta donna (Wanita sialan)!" umpat pelan Almo yang masih dapat Luna dengar.
Tanpa mengatakan apapun, Almo langsung pergi begitu saja bersama Enzo. Sementara Luna merasa lega saat dia tidak jadi dijamah oleh pria itu.
“Sangat memalukan!” gumam Luna yang berbaring seraya menutup kedua matanya dengan telapak tangan kirinya. Sungguh! Almo menjadikan nya seperti pelacur yang hanya membuat birahinya terpenuhi. Sialan!
“Siapa wanita sialan yang dia maksud?" tanya Luna dengan penuh keheranan.
.
.
.
“Mereka hanya menginginkan bagian di Milan. Ayahku masih menyembunyikan kebenaran yang terjadi dan aku yakin Lorella juga sudah tahu.” Ujar Almo yang kini berdiri bersama Enzo.
“Jadi. Apakah Anda akan menemuinya?” tanya Enzo yang masih berdiri di belakang bosnya dengan berjarak.
Beberapa detik Almo berpikir, lalu dia berkerut alis. “Ya!” jawabnya.
“Bagaimanapun Da Costa akan menjadi milikku. Aku adalah keturunan terkahir, jadi aku harus merebut hak ku.” Lanjutnya penuh ambisi serius.
Sungguh! Da Costa adalah keluarga mafia yang sudah sangat lama berdiri. Kini Almo harus bisa mempertahankannya, mengambil apa yang Morrone berikan kepada Sergio dan Lorella dan mencari kebenarannya.
“Bagaimana dengan nona Luna?"
“Dia akan ikut. Aku masih membutuhkannya." Jawab Almo. Enzo akan menyiapkan semua keperluan selama di perjalanan, bahkan jet pribadi pun akan siapa dalam waktu singkat.
...***...
Luna terdiam saat dia melihat Almo berdiri didekat mobil dan menunggunya. Sedangkan dia tengah didorong oleh pelayan menggunakan kursi roda. Sungguh! Luna terlihat seperti orang lumpuh, dia sama sekali tidak menginginkan ini semua.
“Ekspresi yang cantik!" ucap Almo ketika dia melihat wajah Luna yang nampak kesal bercampur cemberut. Pria itu memakai kacamata hitam sehingga Luna tak bisa melihat warna mata indahnya.
“Masukkan dia." Pinta Almo kepada anak buahnya yang lain sementara dia sendiri akan masuk ke pintu mobil yang lain.
Membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai di Sisilia. Luna hanya duduk di kursinya tanpa berdiri maupun pergi ke kamar mandi. Itu sangat membosankan, dan Almo— jangan tanyakan dia. Entahlah pria itu sedang berbuat apa saat dia beranjak dari duduknya.
“Aahhhh~ " geraman seorang pria yang saat ini tengah berhubungan intim dengan wanita cantik bernama Rebecca.
Sergio menciumi lehernya tanpa henti, meski kini mereka berada di jet pribadinya, tetap saja— tidak ada yang menghalanginya untuk berhubungan intim bukan.
Berbeda dengan Luna dan Almo saat ini. Mereka hanya saling berdiam diri, tak sesekali Almo memperhatikan wanita yang duduk di sebelahnya itu.
Luna yang masih diam menatap ke jendela hingga ke depan, sampai Almo bersandar dan mengumpankan. “Shit!"
Tentu saja Luna menoleh saat dia mendengar umpatan tersebut. Dia tidak tahu bahwa Almo tergiur hanya melihat lehernya yang terlihat jelas karena memang pakaian yang Luna kenakan tidak terdapat kera.
Almo memilih diam dan menutup matanya.
-‘Dia lebih baik menutup matanya, itu membuatnya terlihat tidak menjengkelkan.’ Pikir Luna saat dia benar-benar menyukai hidung Almo yang mancung dan mata indahnya. Jujur saja, Luna menyukai keduanya.
...***...
Sisilia — Italy
Mansion Al'Dacosta
“Bawa dia ke kamar.” Pinta Almo kepada pelayan di sana.
“Aku di sini saja." Ucap Luna membuat Almo menatapnya dengan kedua alis berkerut.
“Maksudku... Aku ingin di sini dulu, nanti saja ke kamarnya.” Jelas wanita itu yang merasa bosan hanya berada di kamar.
“Pergilah." Pinta Almo menyuruh pelayannya pergi dari sana dengan patuh.
Kini Almo sendiri yang tiba-tiba bergerak meraih Luna dan menggendongnya ke arah sofa panjang yang ada di ruang perapian. Sofa putih yang sangat empuk.
Wanita itu nampak gugup saat Almo menggendongnya hingga menurunkannya ke sofa. “Ada banyak penjaga di sini, jika kau berbuat macam-macam, mereka tidak segan akan berlaku kasar." Ujar Almo sehingga Luna hanya diam saat ia mulai melepaskan kedua tangannya dari leher Almo.
“Mereka meniru bosnya." Gumam Luna yang didengar oleh Almo sendiri.
Ya! pria itu hanya menatapnya saja tanpa berkomentar. “Patuhi saja.”
monic kesel pakai bingiittt 😀😁😆
monic pastinya kecewa krn ada gangguan ketika menggoda Almo 😀😁🫢🤭
kita lht reaksi monic ketika melihat luna Diaz 🙂😁🫢🤭
tunjukan luna bahwa km adalah istri sah Almo 😀😁😆🤣🫢🫢
Resiko hidup sama mafia, spot jantung