BY : GULOJOWO NOVEL KE-7 😘
"Menikahlah dengan ku, aku pastikan ayah mu bisa melihat lagi."
Gluk!
"Dan jika kamu bisa membangunkan milik ku, maka aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan."
Gluk!
Lagi-lagi Kirana, gadis yang akrab dengan panggilan Kiran itu menelan ludahnya berkali-kali saat mendengar ucapan dari bosnya yang menurut rumor yang beredar di kantor tempatnya bekerja, bosnya itu mengidap impoten.
Apakah Kirana akan menerima tawaran bosnya itu dengan iming-iming yang dijanjikan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GuloJowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 15
Kirana sudah berdiri di depan pintu ruangan CEO dengan menenteng nampan yang berisikan 2 cangkir kopi untuk bosnya beserta sekretaris Niko. Namun dirinya masih berusaha mengatur degub jantungnya yang terasa dag dig dug. Entah mengapa setiap apapun yang berhubungan dengan ruangan CEO, detak jantungnya selalu bekerja lebih keras dari biasanya.
Setelah menarik dan menghembuskan nafasnya selama beberapa kali, Kirana memberanikan diri mengetuk pintu yang ada di depannya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk!" Seru sekretaris Niko dari dalam. Sebenarnya ruang kerja Arsen memiliki peredam suara. Namun peredam suara itu hanya diaktifkan saat Arsen sedang bersama wanitanya.
Kirana segera mendorong pintu ruangan tersebut. "Permisi Pak. Ini kopi pesanan bapak."
"Masuklah." Sekretaris Niko mempersilahkan Kirana yang masih berdiri di dekat pintu untuk masuk.
Arsen menoleh. Seulas senyum smirk terukir di bibirnya tanpa disadari oleh Kirana dan sekretaris Niko. Namun senyuman itu langsung pudar saat melihat Kirana membawa 2 cangkir kopi ke dalam ruangan.
"Kenapa dua?!" Tanya Arsen melirik tajam ke arah sekretaris Niko.
"Ini sama punya Pak Niko Tuan." Jawab Kirana. Sedangkan sekretaris Niko nampak ketar-ketir saat melihat lirikan tajam dari bosnya itu.
"Ma-maaf Tuan. Kemarin-kemarin memang saya selalu memesan dua kopi kepada Kirana." Memangnya apa yang salah? Kenapa bosnya itu malah semakin mendelik kepadanya? Aku kan hanya minta secangkir kopi? Sekretaris Niko bergelut sendiri dengan pemikirannya.
Sekretaris Niko langsung meraih salah satu cangkir kopi yang masih berada di tangan Kirana. "Sini punya ku biar aku bawa ke ruangan ku sendiri." Kirana pun mengangguk. "Yang satunya letakkan di atas meja Tuan Arsen." Lanjut sekretaris Niko.
Kirana pun segera melangkah mendekat ke arah meja kerja Arsen. Dan lagi, Arsen kembali menyunggingkan senyum smirknya. Kirana meraih cangkir kopi yang ada di atas nampan. "Kop-, aaaahh" Jerit Kirana saat kopi yang masih berada di tangannya tumpah mengenai tangan serta berkas-berkas yang ada di atas meja kerja Arsen.
"Br3n9$3k!" Maki Arsen, namun dalam hati ia bersorak. Yess berhasil! Ya, Arsen sengaja mengulurkan tangannya untuk berpura-pura mengambil bolpoin saat Kirana akan meletakkan cangkir kopi ke atas meja kerjanya. Alhasil tangannya itu menyenggol kopi yang masih berada di tangan Kirana hingga mengakibatkan kopi yang masih panas itu tumpah mengenai tangan Kirana dan juga berkas-berkas yang ada di mejanya. "CEROBOH!" Makinya lagi.
"Ma-maaf Tuan." Kirana hampir saja menangis karena merasakan tangannya yang melepuh ditambah dengan makian bosnya itu.
Sekretaris Niko yang melihat itu segera meletakkan kopi yang ada di tangannya ke atas meja dekat sofa lalu mendekati Kirana. "Kamu nggak papa Ran?" Tanya sekretaris Niko yang tanpa sadar menunjukkan perhatiannya membuat Arsen merasa mual. Sekretaris Niko segera meraih tisu kemudian membersihkan tangan Kirana yang nampak memerah.
"Apa bagi mu office girl itu jauh lebih penting daripada kontrak kerja yang ada di atas meja ku?!" Arsen mengeram marah melihat sekretarisnya itu lebih memperhatikan Kirana daripada dokumen kontrak kerja yang baru saja terkena tumpahan kopi.
"Ma-maaf Tuan." Sekretaris Niko segera menghentikan aktivitasnya kemudian berbalik. Diraihnya berkas-berkas yang ada di atas meja bosnya itu. Ya memang berkas itu terkena tumpahan kopi, namun tidak semuanya. Hanya yang ada di bagian teratas saja yang sudah dibuka oleh Arsen. Sedangkan yang berada di tumpukan bawah masih aman.
Sekretaris Niko berusaha membersihkan berkas itu dengan mengelapnya menggunakan tisu. Namun sayangnya usahanya itu tidak ada gunanya karena kopi itu tumpah tepat mengenai tanda tangan dari pimpinan perusahaan yang ada di luar negeri.
Arsen bangkit kemudian melangkah menghampiri Kirana yang sudah berlinang air mata. Tangan Arsen langsung terulur meraih dagu Kirana kemudian menariknya hingga kepala Kirana mendongak ke atas. Pandangan keduanya pun bertemu. "Apa kamu bisa mengembalikan kontrak kerja itu seperti semula?!" Arsen mengeram marah membuat Kirana semakin ketakutan.
"Ma-maaf Tuan. Sa-saya tidak sengaja." Terbata-bata Kirana berucap karena saat ini Arsen mencengkram rahangnya dengan kuat.
"SAYA TIDAK BUTUH MAAF DARI MU!" Bentak Arsen yang membuat air mata Kirana semakin mengalir deras.
"Ma-maaf!" Lirih Kirana sekali lagi, karena hanya kata maaflah yang mampu ia ucapkan.
"PERGI KE LUAR NEGERI SEKARANG JUGA UNTUK MEMINTA TANDA TANGAN KEMBALI!" Bentak Arsen lagi.
"Tu-Tuan, biarkan saya saja yang berangkat ke luar negeri untuk meminta tanda tangan kembali." Ucap sekretaris Niko yang tidak tega melihat Kirana diperlakukan seperti itu.
"DIAM! JANGAN IKUT CAMPUR!" Teriak Arsen menggema di dalam ruangannya.
Sekretaris Niko pun langsung mengatupkan bibirnya rapat. Ia menatap sendu ke arah Kirana yang terlihat menangis sesenggukan tanpa bisa melakukan apapun untuk membantunya.
"Bagaimana?" Arsen merendahkan nada suaranya.
"Tap-tapi saya belum pernah ke luar negeri Tuan. Mana saya berani pergi seorang diri." Jangankan ke luar negeri, keluar kota saja Kirana tidak pernah sendirian. Kalau tidak bersama orang tuanya ya bersama Mei temannya.
Arsen menghempaskan tangannya kasar hingga membuat Kirana tersungkur ke atas lantai. Melihat itu sekretaris Niko melangkahkan kakinya dan hampir saja menolong Kirana. Namun langkah kakinya itu langsung terhenti saat melihat Arsen mengangkat tangannya pertanda bahwa dirinya disuruh diam.
"Kalau kamu tidak mau pergi ke luar negeri untuk meminta tanda tangan kembali, maka kamu harus membayar ganti ruginya sebesar 100 miliar!" Ujar Arsen yang semakin membuat Kirana tergugu.
Darimana dirinya bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Jangankan 100 miliar, bahkan uang yang ada di tabungannya saat ini saja baru sekitar 20 jutaan. Hasil dari mengumpulkan sedikit demi sedikit gajinya selama dirinya bekerja di perusahaan itu.
"Tap-tapi saya tidak memiliki uang sebanyak itu Tuan, kasihanilah saya." Mohon Kirana.
"SAYA TIDAK PEDULI!" Bentak Arsen lagi. "Saya tunggu sampai nanti sore. Uang itu harus sudah ada di atas meja saya sebelum saya pulang! Sekarang keluar dari ruangan saya! KELUAR!"
Kirana langsung bangkit kemudian menyeret langkah kakinya keluar dari ruangan mengerikan itu. Dengan berjalan tertatih-tatih, Kirana masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke lantai bawah.
*****
*****
*****
Jangan lupa Like Komen dan Votenya, saweran kopi dan bunganya juga boleh ☕🌹 Tonton iklannya ya setelah membaca, terimakasih 🙏
Terimakasih
rasain luuu