Dilema Cinta

Dilema Cinta

Bab 1: Pertemuan Tak Terduga

Aisha melangkah pelan di sepanjang trotoar basah yang dihiasi sisa-sisa hujan sore. Harum tanah yang basah bercampur dengan udara sejuk, membuatnya merasa lebih tenang setelah seharian bekerja. Rutinitasnya yang sederhana, berangkat dan pulang kerja tanpa banyak gangguan, selalu jadi penenang baginya. Namun, tanpa disangka, hari itu sesuatu yang tak biasa terjadi.

Ketika melewati sebuah kafe kecil di pinggir jalan, tanpa sengaja ia bertabrakan dengan seseorang. Aisha terhuyung sejenak, lalu buru-buru meminta maaf tanpa melihat wajah orang yang ia tabrak.

"Maaf, saya terlalu terburu-buru..." ucap Aisha kikuk.

"Hei, tak apa," balas pria itu sambil tersenyum tipis, suaranya dalam dan ramah.

Aisha tertegun sejenak, baru menyadari bahwa ia menumpahkan kopi pria itu. “Oh, kopi Anda... Saya benar-benar minta maaf. Biar saya ganti,” katanya canggung, sambil merogoh tasnya.

Pria itu tertawa kecil dan menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, hanya kopi. Lebih baik kita cari tempat duduk sebentar. Lagipula, tidak sering kan kita bertemu dengan cara seperti ini?"

Aisha menatapnya bingung, tapi akhirnya ia mengangguk. Pria itu menunjuk kursi kosong di dalam kafe, dan mereka pun duduk. Perlahan-lahan Aisha mulai merasa nyaman, meskipun masih ada rasa canggung yang menghinggapinya.

"Namaku Arya, kebetulan aku sering ke sini,” pria itu memperkenalkan diri sambil tersenyum hangat.

"Aisha," balasnya pelan, tidak berani menatap langsung ke mata Arya yang tajam dan memikat.

"Sibuk kerja?" tanya Arya, mencoba mencairkan suasana.

Aisha mengangguk, mencoba tersenyum. "Ya, begitulah. Rutinitas biasa."

“Hmm, rutinitas itu memang membosankan, ya. Kadang kita butuh sesuatu yang berbeda,” Arya berkomentar sambil menatapnya tajam.

Aisha tersipu. “Mungkin memang butuh sedikit kejutan kecil, seperti bertemu dengan orang baru yang tidak disangka-sangka?”

Arya tertawa kecil. “Seperti sekarang ini? Kalau begitu, siapa tahu kejutan itu memang datang untukmu.”

Aisha merasakan pipinya semakin memerah. “Bisa saja Anda ini,” ujarnya sambil tersenyum, masih merasa tak percaya dengan situasi yang sedang ia alami.

Percakapan ringan itu terus berlanjut. Arya berbicara dengan santai, penuh humor dan misteri, membuat Aisha tak henti-hentinya menebak-nebak siapa dia sebenarnya. Tanpa ia sadari, waktu berjalan cepat, dan kafe mulai sepi. Aisha menatap jam tangannya.

"Saya harus pulang sekarang. Sudah malam," katanya dengan sedikit berat hati.

Arya tersenyum dan mengangguk. "Tentu saja, kita bisa bertemu lagi. Kapan-kapan datang ke sini lagi, siapa tahu kita berpapasan."

Aisha hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Setelah melambaikan tangan, ia berjalan menjauh dari kafe, namun sosok Arya dan percakapan mereka terus terngiang dalam benaknya.

Saat tiba di rumah, Aisha disambut oleh Dani, sahabatnya yang sudah seperti saudara. Mereka sudah mengenal sejak kecil, dan Dani adalah tempatnya berbagi segala cerita, termasuk hari-hari biasa yang monoton. Namun, malam itu, Aisha sedikit bingung ingin berbagi atau menyimpan cerita pertemuannya dengan Arya.

"Ada apa? Kamu terlihat sedikit aneh," kata Dani sambil memperhatikannya.

Aisha tersenyum samar. "Oh, tidak ada apa-apa. Cuma sedikit kelelahan, mungkin."

Dani mengerutkan kening. "Lelah atau lagi kepikiran sesuatu, nih? Biasanya kamu cerita apa saja. Jangan-jangan ada yang spesial hari ini?"

Aisha tertawa kecil, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Enggak kok, Dan. Cuma hari yang biasa."

Dani memperhatikan Aisha dengan tatapan curiga. "Aisha, kamu tahu aku bisa baca wajahmu, kan? Kalau kamu enggak mau cerita, ya enggak apa-apa. Tapi aku tahu ada sesuatu yang kamu sembunyikan."

Aisha terdiam sejenak, merasa kikuk. "Iya, ada sedikit cerita, sih. Tapi cuma kejadian kecil, kok."

Dani tersenyum, tampak puas. "Nah, ceritain dong, jangan bikin aku penasaran."

Aisha akhirnya mengalah. “Tadi aku ketemu orang di kafe, enggak sengaja nabrak dia, dan kami ngobrol sebentar.”

Dani tertawa kecil. "Wah, jadi kamu udah mulai tabrak-tabrak orang sekarang? Siapa orangnya?"

“Aku enggak tahu banyak tentang dia, namanya Arya,” jawab Aisha dengan pelan. “Dia ramah, menyenangkan, tapi juga agak misterius.”

Dani mengangguk. "Arya, ya? Jangan-jangan dia salah satu dari cowok keren yang cuma muncul di film?"

Aisha tertawa, meski dalam hatinya, ia tak bisa menepis kenyataan bahwa pertemuan itu memang terasa berbeda. "Mungkin cuma kebetulan. Lagipula, aku enggak tahu apa-apa tentang dia."

Dani menatap Aisha, seakan ingin tahu lebih banyak. “Kamu tertarik, kan?”

Aisha menggigit bibirnya, sedikit ragu. "Enggak tahu juga. Aku cuma merasa... penasaran.”

Dani hanya tersenyum, tapi di dalam hatinya ada kekhawatiran. Ia tak pernah melihat Aisha begitu antusias tentang seseorang. Meski mereka berbicara ringan, Dani bisa merasakan ada sesuatu yang berubah.

Keesokan harinya, ketika Aisha kembali ke kafe yang sama, ia tak sengaja melihat Arya lagi. Kali ini, Arya duduk sendirian di sudut kafe sambil membaca buku. Aisha ragu-ragu, tapi Arya sudah melihatnya lebih dulu dan melambaikan tangan.

"Aisha! Ke sini lagi?" sapanya hangat.

Aisha mendekat dengan canggung. "Kebetulan lewat saja."

Arya tersenyum. "Kebetulan yang menarik, ya. Ayo duduk."

Tanpa sadar, Aisha duduk dan mereka pun kembali terlibat dalam percakapan. Arya memimpin pembicaraan, bertanya banyak tentang Aisha, pekerjaannya, hal-hal yang ia sukai, bahkan mimpi-mimpinya.

"Apa yang kamu cari dalam hidup, Aisha?" tanya Arya dengan serius.

Pertanyaan itu membuat Aisha terdiam sejenak. "Aku... enggak tahu, mungkin kebahagiaan yang sederhana. Hidup damai, enggak banyak drama."

Arya mengangguk pelan, namun di matanya ada kilatan misterius. "Terkadang, drama adalah bumbu yang membuat hidup lebih menarik, kan?"

Aisha tersenyum ragu. "Mungkin, tapi aku lebih suka yang tenang."

Arya menatapnya intens. "Siapa tahu kamu akan menemukan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang mengubah cara pandangmu."

Obrolan mereka terhenti sejenak saat Dani datang dan melihat Aisha bersama Arya. Tatapan Dani menjadi serius. Ia mendekati meja mereka dengan ekspresi bingung.

"Hey, Aisha," sapanya pelan, sambil menatap Arya seolah ingin mencari tahu siapa dia.

"Oh, Dan! Ini Arya, orang yang aku ceritain kemarin," kata Aisha memperkenalkan mereka berdua.

Arya mengulurkan tangan dan tersenyum pada Dani. "Senang bertemu, Dani."

Dani menjabat tangan Arya, tapi wajahnya tetap serius. "Senang bertemu juga."

Di tengah percakapan singkat mereka, Dani merasakan sesuatu yang aneh. Tatapan Arya yang begitu penuh misteri dan perhatian berlebihan pada Aisha membuat Dani tidak nyaman. Ia mulai merasa bahwa Arya bukan orang biasa, dan kekhawatirannya semakin besar.

Dngan perasaan campur aduk yang melanda Aisha, Arya, dan Dani. Di balik senyuman Arya, ada sebuah misteri yang tersimpan, dan Aisha tak bisa menahan rasa penasaran yang semakin kuat. Dani, di sisi lain, merasa perlu melindungi Aisha dari seseorang yang bisa jadi hanya memberikan ketidakpastian dan risiko. Ketiganya kini terjebak dalam jalinan perasaan yang rumit, dan jalan cerita mereka baru saja dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hallo semuanya, ketemu sama cerita baru mommy lagi ya. Mohon dukungannya, kalau suka bisa lanjut dan kasih rating ⭐⭐⭐⭐⭐. Kalau ga suka tinggalin aja ya atau skip.

Terima kasih.

Terpopuler

Comments

ziear

ziear

salam kenal juga kak, oke mampir ya

2024-11-13

1

Delita bae

Delita bae

salam kenal 👋jika berkenan mampir juga👍👍👍💪💪💪🙏

2024-11-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!