Hampir separuh dari hidupnya Gisell habiskan hanya untuk mengejar cinta Rega. Namun, pria itu tak pernah membalas perasaan cintanya tersebut.
Gisell tak peduli dengan penolakan Rega, ia kekeh untuk terus dan terus mengejar pria itu.
Hingga sampai pada titik dimana Rega benar-benar membuatnya patah hati dan kecewa.
Sejak saat itu, Gisel menyerah pada cintanya dan memilih untuk membencinya.
Setelah rasa benci itu tercipta, takdir justru berkata lain, mereka di pertemukan kembali dalam sebuah ikatan suci.
"Jangan sok jadi pahlawan dengan menawarkan diri menjadi suamiku, karena aku nggak butuh!" ucap Gisel sengit
"Kalau kamu nggak suka, anggap aku melakukan ini untuk orang tua kita,"
Dugh! Gisel menendang tulang kering Rega hingga pria itu mengaduh, "Jangan harap dapat ucapan terima kasih dariku!" sentak Gisel.
"Sebegitu bencinya kamu sama abang?"
"Sangat!"
"Oke, sekarang giliran abang yang buat kamu cinta abang,"
"Dih, siang-siang mimpi!" Gisel mencebik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon embunpagi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7
Pada akhirnya, Gisel memilih untuk melanjutkan studinya di Paris setelah melalui banyak sekali pergolakan batin. Kini ia sudah memantabkan diri untuk pergi.
Gisel dan Gavin tengah bersiap menuju ke Bandara dengan diantar oleh keduaorang tua juga kakak dan kakak ipar mereka. David tidak bisa ikut mengantar karen ia harus menggantikan Alex meeting dengan klien penting. Sementara Amel, wanita itu memilih menangis di rumahnya, ia tak sanggup melepas Gisel. Terlebih lagi ia masih sedih atas tindakan Rega tempo hari.
"Gara-gara kamu, Gisel jadi pergi! Puas kamu sekarang?" omel Amel kepada putranya saat tahu keputusan Gisel ke Paris.
Untuk Rega, entahlah. Sejak hari itu, pria itu memghilang dari dunia Gisel, mungkin sengaja atau sedang menyesali tindakannya.
Gavin yang akan meneruskan kuliahnya di Australia, tempat dimana kedua orang tuanya juga menimba ilmu disana, akan pergi ke Paris terlebih dahulu bersama Kendra untuk menemani Gisel. Setelah memastikan Gisel aman dan nyaman di tempat itu, barulah Gavin akan ke Australia sesuai rencananya.
Sebenarnya, beberapa kali Gavin membujuk Gisel supaya ikut dengannya melanjutkan kuliah di Australia supaya ia bisa menjaga saudarinya tersebut dua puluh empat jam. Meski sering bertengkar dan menggoda adik kembarnya, namun sesayang itu Gavin dengan Gisel. Ia bahkan sempat ingin membuat perhitungan dengan Rega jika saja Alex dan Elang tidak mencegahnya.
Gisel menolak untuk pergi dengan Gavin. Bukan tanpa alasan ia menolak. Ia bertekad ingin menunjukkan kepada semua orang terutama Rega kalau dia juga bisa mandiri dan akan sukses dengan usahanya sendiri.
Anes sejak pagi tadi tak henti-hentinya menangis, ia masih belum rela di tinggal oleh kedua anak kembarnya. Senja yang akan ikut mengantar Gavin dan Gisel sedang berusaha menenangkan ibu mertuanya tersebut.
Tiba-tiba saja muncul Kendra yang menyembulkan kepalanya melaui celah pintu, yang pada akhirnya membuat pria yang pantas di juluki sad boy itu berdebat kecil dengan Senja. Dan perdebatan mereka tersebut mampu membuat Anes sedikit tersenyum.
"Nah, gitu dong mom, senyum. Senja ikut sedih kalau mommy sedih terus. Nanti Gisel juga akan sedih kalau mommy tidak ikhlas melepas kepergiannya," ujar Senja.
"Mommy hanya mengkhawatirkan anak itu, bagaimana nanti dia akan hidup di sana seorang diri. Adikmu itu tidak pernah pergi jauh sendiri, apalagi ini ke Paris dan lama. Kalau saja dia mau ke Ausy bersama Gavin, mommy akan sedikit lebih tenang karena ada yang menjaganya. Kamu tahu sendiri bagaimana manjanya Gisel, mommy khawarir, sayang," sebagai seorang ibu, banyak hal yang Anes khawatirkan tentunya dan Senja bisa memaklumi itu. Ia yakin jika sudah menjadi seorang ibu, pasti dia juga akan sama seperti mertuanya tersebut.
" Mommy harus yakin dan percaya sama Gisel. Jangan smpai dia kehilangan rasa percaya dirinya kalau kita sampai meragukannya. Semuanya pasti sudah dipikirkan matang-matang olehnya. Nanti di sana akan ada orang-orang kepercayaan Senja yang akan menjaga Gisel, mommy jangan khawatir. Kan, kalau kangen bisa ke sana, sekalian bulan madu sama daddy,"
"Bulan madu apanya, mommy sudah tua," Anes kembali tersenyum hal itu mmebuat Senja senang.
.
.
.
Iring-iringan mobil yang membawa keluarga Parvis tengah sampai di Bandara.
Sejak di mobil tadi, Anes kembali menangis tak henti. Ia begitu berat melepas kedua anak kembarnya tersebut. Ia memeluk Gavin dan Gisel bergantian.
"Mommy nggak usah khawatir, Gisel akan jaga diri baik-baik, makan dengan baik, tidur dengan baik dan belajar dengan baik. Udah, jangan nangis terus, nanti daddy marah sama Gisel karena udah buat mommy nangis begini," ucap Gisel seraya menahan isaknya. Matanya sesekali mengedar, berharap bisa melihat sosok yang seharusnya tak ia harapkan lagi untuk terakhir kalinya sebelum ia pergi.
" Kita bisa pergi sekarang?" tanya Kendra seraya melihat jam tangannya. Waktu keberangkatan tinggal sebentar lagi.
" Sel, ayo!" ajak Gavin, namun gadis itu masih bergeming, entah apa lagi yang ia harapkan.
" Sel!" Gavin menarik tangan Gisel hingga gadis itu tersadar dari lamunannya.
"Eh, iya," Gisel pun berjalan mengikuti Gavin setelah berpamitan kepada semuanya.
"Abang bahkan tidak datang mengantarku. Baiklah jika ini mau abang, mulai hari ini Gisel akan hapus abang dari hidup Gisel. Gisel nggak akan mengganggu abang lagi, semuanya berakhir! Gisel akan buktikan kalau Gisel mampu tanpa abang!" Batin Gisel, hatinya begitu sakit. Ia mengambil ponselnya, lalu memblokir nomor ponsel milik Rega. Tidak, bukan hanya nomornya saja, tapi ia bertekad akan memblokir pria itu dari hidupnya.
" Sayang, ayo pulang. Mereka akan baik-baik saja Gavin dan Kendra akan mengurus semuanya," ajak Alex setelah memastikan Gavin dan Gisel sudah berada di dalam pesawat jet pribadi milik Elang.
"Tapi mereka hanya beberapa hari di sana, mereka akan meninggalkan Putri semata wayang kita sendiri di sana," sergah Anes, ia terus menoleh ke belakang, terlalu berat untuknya berpisah dengan si kemabr terutama Gisel, anak gadisnya yang manja.
"Sudahlah, mom. Biarkan mereka belajar mandiri. Mereka cuma pergi Ke Paris, yang satunya akan ke Ausy. Kalau kangen tinggal datangi mereka. Jangan lupa Gisel itu anak mommy, bukankah dulu mommy juga kuliah di luar negeri, sendiri? Percayalah, Gisel juga akan mampu kayak mommy. Jangan pernah meragukan anak gadis mommy, dia bisa lebih sedih jika mommy meragukannya," Elang mencoba menasihati momminya.
"Kami tunggu di mobil, "Elang menggandeng tangan Senja dan meninggalkan mommy dan daddy.
" Sudah sudah, ayo pulang. Jangan nangis terus, kayak nganter anak ke medan perang aja. Lihat itu anak sulungmu udah badmood karena lihat mommy kesayangannya nangis terus," ucap Alex yang tahu betul jika Elang paling benci melihat ibunya menangis, apapun alasannya.
Alex menarik Anes ke dalam pelukannya," Hidup itu selalu ada pilihan, sayang. Dan ini pilihan anak kita, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik selama itu positif," ucapnya lembut, di kecupnya kening sang istri lalu menggiringnya untuk berjalan bersama dengannya menyusul Elang dan Senja.
Gisel terus berjalan mengikuti Kendra dan Gavin yang menuntun tangannya. Pertahanannya runtuh juga, kini gadis itu tak mampu lagi untul tidak menitikkan air matanya setelah seluruh keluarganya pergi.
Sementara itu, tampak seorang pria yang sedang menengadah, menatap pesawat yang melintas di atasnya dari dalam mobilnya.
"Selamat jalan, dik. Baik-baik di sana. Maaf abang hanya bisa melihatmu pergi dari sini. Abang nggak sanggup jika mengantarmu ke dalam, abang terlalu jahat sama kamu, maafkan abang, dik," gumamnya dalam hati.
Ia tersenyum kecut ketika mengetahui nomor ponselnya sudah di blokir oleh Gisel. Setelah ini ia juga harus bersiap jika gadis itu juga memblokir dirinya dari hidup gadis itu. "Mungkin ini lebih baik," lirihnya.
...****************...