Entah apa yang di pikirkan oleh ayah dan sang ibu tiri hingga tiba-tiba menjodohkan Karin dengan pria yang tak memiliki apapun, apa mereka sengaja melakukan itu untuk menyingkirkannya?
Matteo Jordan, pria tak berguna yang di pungut oleh keluarga Suarez menyetujui menikah dengan wanita yang tak ia ketahui hanya demi sebuah balas budi.
Akankah cinta tumbuh di antara keduanya? Sementara Karin masih mencintai mantan kekasihnya, sedangkan Matteo pria sedingin es yang penuh misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~05
''Karin !!''
Pagi itu Karin yang masih berada di kamarnya terlihat menghela napasnya kesal ketika mendengar teriakan ibu tirinya yang menggelegar, tidak bisakah wanita itu memanggilnya secara baik-baik tanpa harus tarik urat lehernya dulu. Ia bisa membayangkan bagaimana sinisnya wanita itu saat ini dan wajahnya pasti akan berubah total ketika menatap sang ayah juga saudara tirinya tersebut.
''Karin !!''
Mendengar teriakan ibunya kembali Karin yang sedang merapikan kasurnya langsung membanting bantal di tangannya itu lantas segera berlalu keluar.
''Karin !!''
''Iya Ma, iya.''
Karin pun langsung mendatangi wanita itu yang nampak sedang duduk bersama sang ayah di meja makan.
''Astaga, apa pendengaranmu sedang mengalami gangguan ?'' Tegur nyonya Kusuma saat melihat Karin yang baru datang padahal sejak tadi ia panggil.
Gadis itu hanya menatap malas ibunya tersebut. Ia gangguan telinga? Ia jadi mengingat perkataan pria asing yang ada di cafe kemarin juga mengatakan jika dirinya mengalami gangguan pendengaran. Sangat menyebalkan, mereka dua orang yang berbeda tapi sama-sama memiliki sifat yang sama.
''Selamat pagi.'' Tiba-tiba Risa datang bergabung, entah mau kemana wanita itu karena terlihat sudah rapi padahal kantor sedang libur di hari sabtu.
''Pagi sayang, mau kemana anak mommy pagi-pagi sudah cantik sekali ?'' Tanya sang ibu dengan senyuman mengembang menyambut kedatangan anak kesayangannya itu, perbedaan yang sangat mencolok ketika memperlakukan Karin.
''Aku ada janji dengan Daniel, Ma.'' Sahut Risa seraya menghempaskan bobot tubuhnya di sebelah wanita itu, sedangkan Karin yang sejak tadi hanya berdiri kini menarik kursi di sebelah ayahnya.
''Pacaran sewajarnya saja Risa, sebagai seorang gadis kamu harus bisa menjaga kehormatanmu.'' Nasihat sang ayah yang langsung membuat Karin yang sedang minum air putih nampak tersedak, entah tersedak beneran atau hanya ingin mengejek kakak tirinya itu. Karena Risa pun langsung menatapnya tajam, seakan ingin memperingatkan pada adiknya tersebut untuk tidak bermain-main dengannya.
''Benar kata papamu nak, lelaki akan bersikap semena-mena sama perempuan jika sudah mendapatkan kehormatannya yang berharga itu.'' Nyonya Kusuma pun ikut menimpali, meskipun ia bukanlah wanita suci ketika bertemu dengan suaminya saat ini tapi sebagai orang yang berpengalaman ia tak ingin putri kesayangannya itu akan mengalami hal yang sama dengannya.
''Mama dan papa tenang saja, aku takkan mempermalukan keluarga seperti Karin. Karena Daniel sangat mencintaiku dan aku yakin dia takkan bisa meninggalkanku karena katanya hanya aku satu-satunya wanita yang mampu ngertiin dia. Seperti yang papa bilang ke mama, jika hanya mama yang bisa ngertiin papa. Benarkan, Pa ?'' Sahut Risa seraya menatap ayahnya tersebut dan sontak membuat Karin langsung menatap sang ayah, begitu juga dengan ayahnya tapi pria paruh baya itu langsung membuang muka.
Terdengar miris di telinga Karin tapi seperti itulah keadaannya, karena nyatanya sang ayah lebih memilih ibu tirinya daripada ibunya sendiri.
''Hm.'' Pak Kusuma hanya berdehem kecil seakan ragu untuk mengatakannya, namun nyonya Kusuma langsung tersenyum mendengarnya.
''Oh ya Ris, desak Daniel dong untuk segera melamarmu. Masa kamu kalah sama Karin yang besok sudah mau lamaran.'' Ucap wanita itu kemudian yang tentu saja membuat Karin langsung melebarkan matanya tak percaya, sementara Risa senyumnya nampak merekah saat mendengar itu karena pada akhirnya bukan dirinya yang akan di jodohkan.
''La-lamaran ?'' Karin nampak syok, jadi mereka beneran menjodohkannya dengan pria yang bahkan hingga kini belum ia ketahui hanya demi menyelamatkan perusahaannya?
''Kenapa kalian tidak meminta pendapatku dahulu sebelum mengambil keputusan ?'' Protesnya tak terima, ia bukan barang yang bisa di jadikan transaksi.
Selama ini ia selalu mematuhi mereka dan kali ini ia akan melawan, pernikahan bukanlah sebuah permainan dan seumur hidup itu lama jadi ia takkan menjalaninya dengan orang yang salah.
"Untuk apa kami meminta pendapatmu, karena sebagai seorang anak itu sudah menjadi kewajibanmu patuh pada orang tua." Sahut nyonya Kusuma tanpa mau di bantah.
"Tapi menyelamatkan perusahaan bukanlah kewajibanku jadi aku pantas menolaknya, lagipula bukankah yang harus menjalani perjodohan ini Risa bukan aku." Karin menolak mentah-mentah, enak saja ia mau di jadikan tumbal oleh mereka.
''Kamu yang di minta oleh tuan Suarez bukan Risa jadi tak ada ada alasan untuk menolak.'' Tegas sang ibu tiri.
Karin yang merasa tak di hargai langsung beranjak dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan sarapannya yang sama sekali belum ia sentuh. Ia merasa dunia begitu tak adil karena sejak kecil kemalangan selalu menimpanya.
''Tuhan tidak lelah kah kau mengujiku, sungguh aku sangat capek.'' Teriaknya setelah menghentikan mobilnya di pinggir sebuah danau yang biasa ia kunjungi saat sedang galau.
Hari yang masih pagi membuat tempat tersebut nampak sepi hingga Karin bisa leluasa menuntaskan kekesalannya dengan berteriak sekencang mungkin tak peduli akan ada yang protes karena keberisikan.
''Aku membencimu papa, aku membenci istrimu. Aku benci semua.''
Gadis itu terus saja berteriak hingga lelah dan pada akhirnya terduduk di pinggir danau dengan menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya, bahunya nampak bergetar menandakan jika saat ini ia sedang menangis. Karena hanya di tempat inilah ia bisa menangis sepuasnya dan saat pulang ke rumah ia harus kembali kuat agar tidak semakin di tindas oleh ibu dan juga kakaknya tirinya itu.
''Berisik !!'' Ucap seseorang tiba-tiba hingga membuat Karin langsung mengangkat wajahnya lantas mengusap sisa-sisa air mata di wajahnya, kemudian gadis itu menoleh ke sumber suara di mana seorang pria juga nampak berdiri di pinggir danau tak jauh darinya tersebut.
Pria yang saat ini mengenakan kemeja berwarna biru laut dengan lengannya di gulung sampai siku itu terlihat menatapnya dari balik kacamata hitamnya.
''Kau ?'' Karin langsung mengernyit tak percaya ketika melihat pria yang sama dengan di restoran kemarin hanya saja kali ini jas hitam milik lelaki itu nampak di sampirkan di bahu sebelahnya.
Jujur pria itu memang bak malaikat yang sangat tampan dengan wajah mempesona dan juga di dukung oleh tubuh proposionalnya, sosok pria dewasa yang matang namun auranya terlalu dingin dan misterius hingga membuat Karin enggan menatapnya lebih lama.
Karin segera mengambil tongkatnya yang sebelumnya ia letakkan di sisihnya lantas gadis itu beranjak dari duduknya dengan perlahan, rasanya ia tak sabar menunggu kakinya sembuh total agar tidak kerepotan seperti ini.
''Jika ingin mati jangan menyusahkan orang lain, kenapa tidak pergi ke pemakaman lalu menggali kuburanmu sendiri.'' Ucap pria itu tenang namun sukses membuat Karin yang hendak pergi langsung besungut-sungut.
Kini ia tarik lagi pujiannya terhadap pria itu, karena bukan lagi sosok pria berparas malaikat tapi setan yang berkedok manusia.
''Kamu !!'' Karin langsung menunjuk pria yang kini jaraknya hanya tak lebih dari setengah meter tersebut, kemudian menghentakkan kakinya dengan kencang dan berlalu dari hadapannya. Rasanya malas sekali buang-buang energi hanya untuk meladeninya.
"Merepotkan.'' Gumam pria itu lirih, lalu pandangannya nampak menerawang jauh ke arah danau yang airnya sangat tenang namun ia yakin justru itu yang sangat membahayakan.