BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat perjanjian
Tanpa Eca sadari sejak tadi ada seseorang yang terus memperhatikannya. Bahkan orang itu bisa melihat dengan jelas saat Eca mengakhiri hubungannya dengan Efan.
Ada rasa senang dalam hatinya karena akhirnya hubungan keduanya berakhir, tapi dia juga merasa kasihan melihat Eca menangis tersedu-sedu seperti itu.
Kakinya yang panjang itu akhirnya melangkah mendekati Eca setelah cukup lama berdiri di agak jauh dari Eca.
Eca yang sejak tadi menunduk menyembunyikan wajahnya. Kini di kejutkan dengan kedatangan seseorang di depannya. Matanya menangkap sepatu milik orang itu yang hitam dan mengkilap.
Perlahan Eca mengangkat kepalanya. Melihat wajah pria yang berdiri tegak di depannya dengan kedua tangan berada di dalam saku celananya.
"Mau pulang sekarang?"
Eca langsung memalingkan wajahnya. Kenapa juga pria itu ada di sana di saat dia sedang dalam keadaan seperti itu.
"Ngapain di sini? Mas Bara puas sekarang?" Eca masih tak mau menatap Bara. Baginya pria itu adalah salah satu penghancur hidupnya.
"Puas gimana?" Bara terlihat bingung.
"Puas kan sekarang lihat aku hancur? Ini kan yang Mas Bara mau?" Eca yakin kalau Bara pasti sudah melihat dirinya yang baru saja bertemu dengan Efan.
Bara menarik celana pada bagian lututnya lalu berjongkok di hadapan Eca.
"Kenapa kamu justru menyalahkan ku? Bukannya sejak awal aku sudah menyuruhmu mundur, tapi kamu mengambil keputusan ini sendiri kan?" Bara menatap Eca dengan tajam.
"Masalah hubunganmu yang berakhir dengan dia, itu sudah resiko kan? Apa kamu juga mau terus berhubungan sama dia meski kamu sudah menikah?"
Eca terdiam. Dia sadar kalau yang Bara ucapakan itu ada benarnya, pada dasarnya Bara tak salah dalam hal ini. Dia sendiri yang mengambil keputusan sejak awal. Lalu kenapa sekarang Eca justru terlihat melampiaskan semuanya pada Bara.
"Tapi kenapa sekarang kamu kaya gini Mas? Bukannya dari awal kamu membenciku?"
Kini Bara yang di buat gelagapan. Dia tak bisa menjawab pertanyaan Eca. Pria beristri dua itu langsung berdiri untuk menghindar dari Eca.
"Ayo pulang. Nola sudah pulang dari Bali dan aku nggak mau buat dia menunggu kita berdua!" Bara berjalan lebih dulu meninggalkan Eca.
Sementara Eca hanya menatap punggung Bara yang mulai menjauh. Dia masih belum mendapatkan apapun dari Bara atas pertanyaannya.
Sikap Bara sungguh aneh baginya. Pada awalnya Bara begitu membencinya. Sikapnya dingin dan selalu menjaga jarak darinya. Pria itu juga dengan terang-terangan mengatakan jika dia tidak nyaman dengan keberadaan Eca. Pada saat itu Eca merasa dirinya seperti virus bagi Nara yang harus di singkirkan.
Tapi sekarang, Bara terlalu jauh berubah. Bara menjadi pria yang banyak omong bahkan menyentuhnya tanpa ragu.
Itu membuat Eca semakin heran. Kalau Bara mencintai Kakaknya dan menikah dengannya hanya karena terpaksa, harusnya Bara tak semudah itu menyentuhnya, menciumnya bahkan menjamahnya sampai jauh seperti tadi malam.
Kalau dari novel-novel yang Eca baca, pemeran pria dalam pernikahan tidak di inginkan pasti akan sangat susah menyentuh istri istrinya. Pasti ada yang menunggu berbulan-bulan dulu atau bahkan menyentuh istrinya dalam keadaan mabuk. Tapi Bara, dia berbeda...
Eca jadi berpikir apa sebenarnya Bara sudah terlalu sering menyentuh wanita lain selain Nola sehingga dia terbiasa. Tapi kalau melihat betapa cintanya Bara pada Nola membuat Eca tak percaya. Tapi pada kenyatannya justru seperti itu, Eca jadi ragu kalau Bara benar-benar pria yang setia.
🍀🍀🍀
Benar saja, Nola memang sudah tiba di rumah saat Eca dan Bara pulang. Eca bisa melihat mobil kesayangan Kakaknya terparkir di pekarangan rumah besar milik Bara dan Nola.
Eca di sadarkan akan hal itu, jika dirinya hanyalah sebagai istri ke dua dan statusnya hanya menumpang di sana selama perjalanan mereka berakhir.
Eca turun lebih dulu dari mobil, meninggalkan Bara. Sejak tadi di dalam perjalanan mereka juga tak terlibat perbincangan apapun karena Eca lebih memilih memejamkan mata seolah-olah tertidur demi menghindari Bara.
Suasana rumah yang sepi langsung menyambut Eca. Inilah yang menjadi titik kesedihannya dari dulu. Biarpun Eca di luar kota atau di rumah Kakaknya, dia tidak pernah merasakan kehangatan sebuah keluarga.
Impian Eca adalah membangun semua itu dengan Efan. Keluarga kecil yang hangat dan bahagia. Tapi semua itu tampaknya telah di pupuskan kenyataan yang saat ini Eca jalani.
"Kalian sudah pulang?"
Eca yang ingin langsung menuju kamar di hentikan dengan suara Kakaknya.
"Mbak Ola sampai jam berapa?" Tanya Eca basa-basi karena sebenarnya dia masih begitu malas dengan Kakaknya itu.
"Tadi sekitar jam lima. Oh ya, ada yang mau aku bicarakan sama kalian berdua"
Eca menoleh ke belakang untu memastikan siapa yang akan di ajak bicara oleh Nola bersama dengan dirinya. Ternyata Bara sudah di sana, berdiri beberapa langkah dari Eca.
"Ada apa?" Tanya Bara.
"Ayo duduk dulu!" Nola mengajak Eca dan Bara untuk duduk di sofa ruang tengah.
Di atas meja juga sudah terletak sebuah map yang mungkin telah di siapkan oleh Nola.
"Jadi begini" Nola meraih map yang tadi.
"Maaf kalau aku tiba-tiba melakukan ini. Bukannya aku tidak percaya dengan kalian berdua. Aku hanya ingin semua yang kita lakukan ini memiliki dasar yang jelas agar nantinya kita tidak saling melupakan apa yang pernah kita sepakati"
"Apa maksud kamu sayang? Katakan dengan jelas dan langsung pada intinya saja!" Pinta Bara.
"Oke baiklah, ini adalah surat perjanjian yang aku buat untuk kalian berdua. Bara sebagai pihak pertama dan Eca pihak ke dua. Semua isinya sudah sesuai dengan apa yang kita sepakati sebelumnya. Silahkan kamu baca dan tandatangani Ca!"
Tadi malam setelah Nola mempertimbangkan omongan temannya di Bali, Nola akhirnya memutuskan membuat surat perjanjian itu.
"Apa Mbak, surat perjanjian?"
"Iya Ca. Biar kita semua enak dan tidak saling mengingkari janji nantinya. Tapi aku percaya kok sama kamu Ca. Aku cuma jaga-jaga aja"
Eca tersenyum kecut. Kakaknya itu jelas sekali takut jika kelak Eca akan mengambil suaminya.
"Seharusnya perjanjian macam ini tidak perlu Nola. Semua ini akan berakhir jika waktunya tiba" Berbeda dengan Bara yang terlihat keberatan dengan keputusan Nola.
"Aku akan menandatanganinya Mbak"
Bara terlihat menatap Eca tajam saat istri keduanya itu justru menyetujui permintaan Eca dengan cepat.
Eca bahkan langsung meraih perjanjian itu dan membubuhkan tanda tangannya di sana dengan begitu ringan seperti tanpa berpikir sama sekali.
Srett srett...
"Kenapa kamu mencoret poin itu Ca, itu kompensasi yang akan kamu terima setelah kalian bercerai?"
"Bukannya Mbak Eca memintaku menikah sama Mas Bara untuk balas budi? Jadi untuk apa aku menerimanya. Anggap saja semua hutang budiku sama Mbak dan juga Ayah Ibu sudah lunas. Mbak juga jangan lupa untuk menepati janji Mbak kalau Mbak akan memberikan aku barang yang mungkin jadi petunjuk tentang keberadaan orang tuaku. Itu saja yang aku minta Mbak. Aku masuk dulu"
Eca pergi ke kamarnya meninggalkan Bara yang menatap Nola penuh tanda tanya.