Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jealous
Diruang pakaian mewah rumah Leon, ia sedang mengancing lengan kemeja putihnya tatapan tajamnya tertuju pada cermin didepannya.
Rambutnya sudah ditata rapih, tangan nya membuka laci memilih jam tangan Rolex mahal miliknya ia memakainya sambil melihat ke cermin.
Hana mengintip ia melebarkan matanya melihat pakaian formal Leon.
"Apa kau ingin pergi ke acara?" Tanya Hana penasaran sambil menghampiri Leon.
"Aku ada urusan sebentar" singkat Leon sambil membetulkan dasi nya dan Jaz nya.
"Iya.. Aku tahu, kenapa pakaian nya begini? Mau ketemu wanita? Kencan?" Tebak Hana bertanya begitu saja.
"Mau ketemu wanita atau tidak bukan urusanmu" celetuk Leon sambil memastikan dasinya tidak miring.
Jengkel Hana mengulum bibirnya.
"Asal kau tahu, wanita tidak suka pria dengan pakaian seperti ini. Itu sangat kuno tahu! Heum!" Dengus Hana dengan jengkel sebelum ia pergi dari ruang pakaian.
Leon melihat Hana yang keluar.
"Kenapa dia?" Leon tersadar sedetik kemudian ia tersenyum miring tahu kalau Hana cemburu.
Setelah percakapan itu ia bersiap-siap akan pergi ke suatu tempat, hampir selesai Leon dengan sentuhan terakhir adalah parfum aroma manly nya sangat kuat.
Sepatu hitam mengkilat menuruni tangga, tangannya ia masukkan satu di saku celana nya.
Di dapur Hana yang sedang memakan buah strawberry matanya terus tertuju oleh Leon yang menuruni tangga, dia terlihat sangat sempurna.
Sampai pada tangga terakhir Leon mendekat ke arah pantry.
"Nanti bodyguard ku akan mengantarmu untuk mengambil barang, mengerti" tutur Leon sambil melihat jam tangan Rolex nya.
"Hm" dehemman Hana sambil menuju kulkas.
Leon kembali berjalan ingin pergi padahal belum terlalu jauh, bersamaan Hana lagi membuka kulkas bibir nya komat kamit menjulid Leon.
"Wanita?? Hah. Konyol sekali" julid Hana pelan yang membuka kulkas.
Leon menghentikan langkah nya.
"Aku lupa sesuatu" Leon berbalik disaat Hana menaruh beberapa buah strawberry ke kulkas.
Mata Hana melihat Leon berjalan berbalik, namun langkahnya malah menuju ke dapur tepatnya ke arah Hana, Hana melebarkan matanya disaat Leon berjalan ke arah nya dengan langkah lebarnya.
"Apa dia dengar?" Ucap pelan Hana.
Leon semakin mendekat ke arah Hana, Bukannya marah namun Leon meraih pipi Hana dan mengecup lembut bibir Hana.
Hana melangkah mundur karena Leon mendorong pelan pundaknya sampai pintu kulkas tertutup karena ciûmàn Leon yang menuntut.
Tub
Suara pintu kulkas tertutup, disaat tubuh Leon menghimpit tubuh Hana ke arah kulkas yang tertutup, sambil bibir mereka saling bertaut.
Leon menyesap bibir Hana dengan lembut, bahkan ia menikmati nya hingga memejamkan mata sipitnya.
Sampai Leon melepaskan cûmbúan nya, dan menatap Hana dengan jarak yang dekat.
"Rasa strawberry.. Rasa yang kusuka" pungkas Leon yang menyeka sudut bibirnya dengan jari tengah nya.
Tatapan tajamnya tertuju pada Hana yang terbengong membuat bibirnya terbuka menatap Leon.
"Selepas dari rumahmu, kembali kesini dan tunggu aku dirumah, mengerti" perintah Leon pada Hana.
"Hm" angguk pelan Hana.
"Good girl" smirk Leon ibu jarinya menyeka sudut bibir Hana dengan lembut sebelum pergi.
Dan kali ini Leon sukses menggoda Hana, sambil berjalan keluar Leon senyam-senyum karena terus membayangkan wajah Hana terlihat gemas ketika salting.
...
Mobil nya berhenti di sebuah rumah mewah, sepatu hitamnya menapak dengan percaya diri, itu Leon yang berjalan menuju rumah kakeknya lalu masuk ke dalam.
Tak disangka ternyata dalam ruangan kakeknya juga ada Jey disana. Leon masuk begitu saja tanpa memperdulikan mereka sedang berbicara penting.
"Oh.. Apa aku menggangu?" Tanya Leon dengan melihat kakek serta Jey bergantian.
"Aku tidak akan basa-basi, aku akan pergi dari negara ini dengan Hana, kakek tidak perlu mengurusi kehidupan ku, jadi jangan mendekati Hana lagi apalagi membuat kesepakatan dengan nya" terang Leon yang berdiri tanpa duduk.
"Kau yakin itu pilihan Hana?" Pungkas Jey yang tidak ingin Hana pergi.
"Mau keputusan nya atau tidak, dia tetap akan ku bawa" smirk Leon lalu pergi dari sana dengan langkah lebar nya.
...
Disebuah gudang bekas, mobil hitam milik Leon berhenti, ia memasuki gudang tersebut, dan saat didalam terlihat beberapa anak buahnya serta dua pria dengan kondisi memprihatinkan karena luka diwajah serta masih ada peluru bersarang dibahu nya, tanpa ada tindakan apapun betapa rasa sakit itu sangat menyiksa.
Leon dengan wajah dingin nya membuka jas hitamnya dan memberikan ke anak buahnya, hanya kemeja putih serta rompi hitam dikenakannya kini dia terlihat sangat cool serta menakutkan.
"Apa dia mengatakan sesuatu?" Tanya Leon yang menggulung lengan kemeja nya sampai ke siku.
"Tidak bos" jawab anak buahnya yang membiarkan Leon mendekat.
"Benarkah" Leon berjongkok didepan pria tersebut dengan mata tajamnya, tangannya menekan bahu pria tersebut yang masih bersarang peluru disana.
"Aaarrrrkkkkkk!!!" Erang teriakan kesakitan pria tersebut menggema diruang gudang, mereka adalah orang suruhan yang menculik Hana kemarin.
"Bunuh aku!!! Aku tidak sanggup lagi" rintih lagi pria tersebut.
"Jangan khawatir, kau akan mati karena infeksi luka, jadi sebelum itu terjadi aku yang akan mengantar mu ke neraka" ujar Leon menekankan kata neraka didepan wajah pria tersebut.
"Pegang dia" perintah Leon pada anak buah nya langsung memegang tubuh pria tersebut agar tidak bergerak.
Brrreeeeekk
Tangan Leon merobek kemeja lengan pria tersebut memperlihatkan bagian luka bersarang peluru disana.
Pria itu panik, apa yang ingin dilakukan Leon padanya.
"Katakan, dimana bos mu? Siapa yang menyuruh mu?" Tanya lagi Leon dengan masih tenang.
"Tidak ada" jawab pria tersebut santai.
"Jawaban mu adalah penentu masa depanmu, aku tidak bisa pergi karna masih ada hutang balas dendamku yang belum terwujud" ujar Leon yang bangkit mengambil cairan disinfektan.
Leon berjongkok lagi didepan pria tersebut, lalu menuangkan cairan disinfektan ke luka tersebut.
Cururruukkk
"Eaaarrggghhh" jerit kesakitan terdengar menyakitkan, rasa perih menjalar keseluruh tubuhnya hingga ke kepalanya.
"Tahan. Ini akan sangat sakit. Pisau bedah" ujar Leon dengan serius lalu berbicara pada anak buahnya.
Sadar Leon akan membuka kulitnya, tanpa anastesi, tak kebayang rasa sakit itu.
"Kita tidak punya pisau bedah" jawab anak buahnya.
"Benarkah? Kalau begitu pakai pisau biasa saja" Leon bangkit dan mengambil pisau, beberapa anak buahnya melihat itu memang sangat menakutkan.
Pria tersebut menggeleng, disaat Leon berjongkok kembali melihat luka pistol tersebut.
"Hm..kurasa pelurunya masuk sangat dalam, kau tidak keberatan bukan, kalau daging mu ku sayat sedikit?" Enteng Leon dengan senyum smrik nya itu.
"Tidak!! Jangan" geleng pria tersebut yang ketakutan.
Leon tak memilih ampun apalagi mendengarkan pria tersebut, ia mengambil handuk kecil, dan mengcengkram mulut pria tersebut supaya terbuka, Leon memasukkan handuk dimulutnya, hingga suara nya meredam.
"Pegang dia" perintah Leon dengan wajah datarnya, dua anak buah nya patuh memegang agar pria tersebut tidak bergerak-gerak, tangan kiri nya memegang pundak pria tersebut, sedangkan tangan kanan nya memegang pisau yang siap ia tusukkan ke pundak.
"Mmmghhhhh" suara nya meredam serta matanya melotot ketika Leon tangan nya bersiap, pisau sudah diarahkan ke pundak pria tersebut. Dengan gerakkan tangan cepat nya mengarahkan pisau.