Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 : Ikatan Diatas Kertas.
Pikiran Monica saat ini sedang benar-benar kacau. Dia yang melaju kencang mobilnya sampai dibuat membunyikan klakson berkali-kali karena menganggap kendaraan-kendaraan didepannya sudah menghalangi jalannya. Bukan tak sayang nyawa, namun dia sangat butuh penjelasan untuk menenangkan hatinya yang sedang genting.
Dari kejauhan, bagian atas gedung Alva Group sudah terlihat, ketika hendak memasuki halaman gedung tersebut, Monica mengerem mobilnya mendadak tatkala melihat banyak wartawan tengah berbondong-bondong berdiri di depan pintu utama gedung, beberapa security dan orang-orang kepercayaan bahkan sudah dikerahkan untuk menghalangi dan membubarkan.
Monica memukulkan tangannya pada setir mobil, "Sial! Aku tidak bisa masuk!"
Akan sangat berbahaya memang jika dia sampai memaksa masuk dan berhadapan dengan para wartawan, selama ini hubungannya dengan Bara memang belum sampai diketahui oleh publik, semua ini dilakukan demi menjaga karir mereka masing-masing dan juga karena tidak mendapatkan restu dari Tuan Abian.
_
_
_
Siang ini Arumi sedang sibuk didapur, gadis itu sedang memasak untuk makan siang bersama dengan dua asisten rumah tangga disana. Bara yang sedang duduk di salah satu bangku dimeja makan pun terus memandang ke arahnya, membuat Arumi merasa tak nyaman karena geraknya terus diawasi.
Hari ini Bara memang sengaja tidak berangkat ke kantor dan memasrahkan semua pekerjaan untuk dihandle asistennya. Walaupun sudah semalaman memandang paras cantik istrinya, rasanya masih belum puas hingga dia sengaja meliburkan diri demi bisa melihat wajah cantik itu lebih lama.
Merasa tidak tahan lagi karena terus ditatap, akhirnya Arumi berjalan menghampiri suaminya itu.
"Mas..."
"Hmmm,"
"Mas sehat kan?"
"Sehat," jawabnya dibarengi anggukan kecil.
Bara menatap cangkir kopinya yang sudah kembali kosong, entah sudah habis berapa cangkir sejak dia duduk disana memandangi istrinya yang sedang masak, dia tidak sampai menghitungnya.
"Kopi Mas sudah habis, tolong buatin lagi ya Rum?"
"Lagi? Tapi ini sudah cangkir kelima yang kamu minum lho Mas, apa nanti gak sakit perut kamu?" Arumi sedikit khawatir.
"Masa sih lima, kok gak berasa ya," ucapnya yang memang sama sekali tidak mengingat berapa cangkir kopi yang sudah dia minum.
Arumi menghela nafas panjang, "Mending kamu istirahat deh Mas, kayaknya kamu sakit. Ayo aku antar kamu ke kamar,"
Bara meraih pergelangan tangan Arumi sebelum gadis itu sempat melangkah pergi, tubuh gadis itu kini jatuh terduduk di pangkuannya.
"Mas!"
Bara mengedipkan sebelah matanya, "Jangan berisik, kakek lewat Rum," tunjuknya dengan dagunya ke arah kakek Abian yang berjalan lewat dari teras depan dan hendak menuju ke kamarnya.
Melihat kemesraan cucu dan cucu menantunya, wajah Tuan Abian langsung tersenyum lebar. Kini dia memiliki alasan untuk tetap sehat dan keinginan untuk berumur panjang.
Arumi kembali mengarahkan pandangannya pada wajah Bara saat kakek Abian sudah pergi. Dua pasang mata itu saling menatap lekat. Mbak Marni dan Mbak Susi yang melihat mereka duduk berpangkuan pun dibuat senyum-senyum sendiri melihatnya.
"Foto dan video semalam sudah tersebar di media Mas, apa kamu sudah melihatnya?" tanya Arumi.
Bara menggeleng, "Belum, Mas sengaja tidak menyentuh handphone hari ini,"
"Kenapa? Apa Mas tidak khawatir jika pacar Mas melihatnya? Mas tidak ingin memberikan penjelasan padanya?"
"Mas tidak akan menelfon, tapi Mas akan menemuinya langsung. Ada hal penting yang harus Mas bicarakan berdua dengannya. Tidak apa-apa kan kalau Mas pergi menemuinya?"
Arumi tidak langsung menjawab, hanya sebuah senyuman tipis yang dia tunjukkan diwajahnya.
"Mas meminta izin karena kamu adalah istri Mas, kamu jauh lebih berhak atas diri Mas, Rum."
Kening Arumi mengernyit, sejak kapan lelaki ini bisa bicara seserius ini? Biasanya dia akan langsung mengelak dengan membicarakan isi surat perjanjian sebagai penegasan hubungan mereka.
Dengan jantung dag dig dug Bara menunggu jawaban dari bibir istrinya, berharap istrinya itu akan melarangnya pergi menemui Monica.
"Pergi saja Mas! Aku tidak keberatan kok," tegas Arumi, tidak ada niatan dia ingin melarang-larang Bara menemui kekasihnya itu.
Jawabannya sungguh diluar ekspektasi Bara, hatinya mendadak dongkol.
"Astaga Rum, Rum, paling tidak bilang jangan pergi kek. Huh... Sepertinya aku harus Googling lagi nih di mbah google, bagaimana cara meluluhkan hati seorang wanita dengan cara instan,"
Bara menurunkan tangannya dari pinggang Arumi. Sadar masih terduduk di pangkuan Bara, Arumi pun bergegas bangun dan kembali berdiri dengan tegak.
"Kamu mau kemana Mas?" tanya Arumi saat melihat Bara yang juga ikut bangun dari duduknya.
"Mas mau mandi, tiba-tiba gerah! Panas luar dalam!"
Bara meninggalkan meja makan. Arumi mendadak khawatir melihat ekspresi wajah suaminya yang tiba-tiba berubah.
"Apa tadi aku salah bicara ya?" gumam Arumi.
Sesampainya di dalam kamar, Bara langsung meraih ponselnya dari atas nakas dan menyalakannya. Beberapa panggilan masuk dan pesan dari Monica sudah memenuhi layar ponselnya.
Namun, tujuan utama Bara mengambil ponsel bukan untuk menghubungi Monica balik, dia memang ingin bicara dengan wanita itu, tapi nanti. Bara mendudukkan dirinya di atas ranjang dan menyenderkan punggungnya pada headboard. Tangannya mulai sibuk menuliskan sesuatu di kolom pencarian mbah google.
"Cara cepat menjinakkan wanita,"
...🍁🍁🍁...
sembur aja semburrr☕️
thor kangen vio+Raka💜💜