Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21.
Setelah Bastian memperkenalkan dirinya, kepada orang-orang penting di dalam grup Miller, Carla menyelinap pergi di saat Bastian sedang sibuk berbicara dengan para kolega grup Miller.
Carla sangat pusing sekali, kalau membahas soal bisnis, karena ia tidak tahu sama sekali dalam bidang itu.
Ayahnya dulu mengetahui pengetahuan nya kurang dalam dunia bisnis, karena itulah Ayahnya memberikan sepenuhnya grup Miller kepada Bastian.
Ayahnya sangat menyayangi adik angkatnya itu, karena mengagumi kinerja Bastian dalam dunia bisnis.
Carla bernafas lega setelah keluar dari aula pesta, ia berjalan dengan cepat di lobby hotel.
Malam ini ia putuskan akan tidur di apartemen barunya, karena ia tidak ingin bertemu dengan Bastian.
Bruk!!
Tiba-tiba Carla menabrak seseorang saat akan keluar dari lobby.
"Maaf.. maaf, saya tidak sengaja!" Carla buru-buru minta maaf.
"Ah, tidak apa-apa, saya juga yang kurang memperhatikan jalan!" suara seorang pria, dengan ramah tidak mempermasalahkan Carla menabrak dirinya.
Carla mengangkat wajahnya, melihat lelaki itu, dan tiba-tiba Carla terdiam di tempatnya.
Lelaki itu yang pernah mencoba membantunya di kehidupan yang lalu, dan ia di kehidupan yang lalu, ia tidak pernah berpapasan dengan pria itu, di lobby hotel pada malam pesta itu.
"Saya yang tidak melihat jalan!" kata Carla, lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Ia berdiri di pinggir jalan untuk memanggil taksi, ia harus segera pergi sebelum Bastian menyadari dirinya tidak berada di dalam pesta.
"Apakah Nona tidak membawa kendaraan? mobil saya kebetulan belum parkir, bagaimana kalau saya antar anda pulang?"
Tiba-tiba pria tadi, telah berdiri di sampingnya menawarkan diri, untuk mengantar Carla pulang.
Carla sungguh kaget, karena pria itu ternyata mengikutinya, membuat Carla jadi merasa heran.
Di kehidupannya yang lalu, pria itu berupaya mengejar dirinya, saat pergi meninggalkan aula pesta saat itu.
Saat itu ia menolak bantuan pria tersebut, lalu pergi meninggalkan aula pesta, lalu menghentikan sendiri taksi untuk kembali ke Mansion.
Di kehidupan ke duanya ini, sepertinya ada perubahan yang sangat mencolok, yang membuat Carla jadi bingung.
"Saya naik taksi saja, terimakasih bantuannya, Tuan!" jawab Carla.
"Jangan panggil saya Tuan, namaku Andrian... Andrian Stephen!" pria itu mengenalkan namanya.
"Oh, iya... Tuan Andrian, terimakasih bantuannya, tapi saya bisa pulang sendiri!" tangan Carla melambai, menyetop sebuah taksi yang lewat.
Mobil taksi berhenti, dan kembali pria itu, Andrian, beraksi tidak terduga, membuka pintu taksi untuk Carla.
"Terimakasih!" ucap Carla tersenyum ramah, lalu masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati mengemudinya, Tuan!" sahut Andrian pada sopir taksi tersebut.
Setelah itu, Andrian menutup pintu mobil, dan masih berdiri di sana memandang taksi yang membawa Carla pergi.
Sementara itu di sisi lain, di sebuah Mansion.
Prang!!
Ivanka ketakutan melihat Ayahnya, membanting vas bunga kesayangan Ibunya ke lantai, dengan wajah yang merah padam.
"Dasar bodoh! menangani Bastian saja kamu tidak bisa! kenapa begitu lama kamu mendapatkannya!!" teriak Ayah Ivanka dengan amarah yang memuncak.
"Reinhard! sudahlah! Ivanka sudah berusaha untuk membuat Bastian menyukainya, semuanya karena keponakannya yang bodoh itu!!" sahut Ibu Ivanka, Iriana, untuk meredakan amarah suaminya tersebut.
"Kamu bilang sudah dapat mengendalikan Bastian, dan ia sudah menaruh rasa suka padamu, dengan menjadi kaki tangannya untuk mengatur Carla, sekarang kenapa Carla tidak juga bisa kamu atasi?!" teriak Reinhard dengan penuh emosi.
Prang!!
Kembali benda lainnya di banting ke lantai, "Grup Miller seharusnya milikku, kamu harus lebih agresif lagi mendapatkan Bastian, kita harus menyingkirkan yatim piatu itu secepatnya, dia sudah harus berada dalam genggaman tanganmu, kalau bisa... kamu harus singkirkan terlebih dahulu putri si Frederick yang tidak berguna itu, kamu harus lebih keras memprovokasinya, agar dia meninggalkan Mansion Miller!!"
Ivanka dan Ibunya, Iriana, hanya bisa mendengarkan arahan Reinhard.
"Pa.. aku tulus mencintai Bastian, aku ingin Papa jangan menyingkirkan nya!" sahut Ivanka dengan nada memohon.
"Tidak bisa! dia sangat pintar, kalau tidak disingkirkan, kamu nanti yang dia singkirkan!!" Reinhard semakin marah, mendengar apa yang di katakan Ivanka.
"Tapi, Pa...!"
"Tidak ada tapi-tapian... ingat besok kamu taruh ini ke dalam minumannya, Papa akan kabulkan kamu menikmati sebentar bersama Bastian, setelah kamu menikah dengannya, Papa yang akan mengendalikannya, mengerti kamu?!" mata Reinhard tajam memandang putrinya tersebut.
Ivanka menelan ludahnya ketakutan, "I.. iya, Pa" jawabnya takut.
"Bagus!"
Reinhard kemudian berlalu dari sana, meninggalkan Ivanka dan Iriana dengan perasaan takut, karena Reinhard sangat mengerikan kalau sudah emosi.
Bersambung.....