Karena pengkhianatan suami dan adik tirinya, Lyara harus mati dengan menyedihkan di medan pertempuran melawan pasukan musuh. Akan tetapi, takdir tidak menerima kematiannya.
Di dunia modern, seorang gadis bernama Lyra tengah mengalami perundungan di sebuah ruang olahraga hingga harus menghembuskan napas terakhirnya.
Jeritan hatinya yang dipenuhi bara dendam, mengundang jiwa Lyara untuk menggantikannya. Lyra yang sudah disemayamkan dan hendak dikebumikan, terbangun dan mengejutkan semua orang.
Penglihatannya berputar, semua ingatan Lyra merangsek masuk memenuhi kepala Lyara. Ia kembali pingsan, dan bangkit sebagai manusia baru dengan jiwa baru yang lebih tangguh.
Namun, sayang, kondisi tubuh Lyra tak dapat mengembangkan bakat Lyara yang seorang jenderal perang. Pelan ia ketahui bahwa tubuh itu telah diracuni.
Bagaimana cara Lyara memperkuat tubuh Lyra yang lemah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Xavier!" Tanpa sadar lisan Lyra memanggil laki-laki itu, hatinya tiba-tiba merasa cemas melihat wajah pucat Xavier.
Sial! Kenapa perasaan seperti ini harus datang? Tubuhku tidak dapat melawannya. Oh, Lyra! Berhentilah, kumohon! Aku tidak mau peduli dengan laki-laki itu.
Lyra merutuk di dalam hatinya.
Tapi aku peduli padanya. Suara Lyra yang sebenarnya mengiang di telinga.
"Tuan!" Tian berteriak saat Xavier menjatuhkan diri di sofa, dari tangannya terus mengucur darah segar yang tak bisa berhenti.
"Kenapa kau diam saja! Cepat bawa dia ke rumah sakit!" titah Lyra spontan, sontak ia menutup mulutnya dengan tangan. Tanpa sadar jiwa Lyra mendominasi dalam dirinya.
"Ba-baik, Nyonya!"
Tian membantu Xavier berdiri, berjalan keluar rumah.
"Nyonya, Anda tidak ikut?" tanya Tian menoleh setelah berjalan beberapa langkah.
Tidak!
Dia sudah menyelamatkanmu, Lyra. Sebagai orang yang terhormat kau harus menunjukkan rasa terima kasih mu kepadanya.
Ah, sial! Aku tidak ingin berhutang budi seperti ini. Ini sangat merepotkan.
"Sudahlah, biarkan dia beristirahat saja di rumah. Cepat pergi!" lirih Xavier dengan suara yang lemah.
Sepertinya luka di tangan laki-laki itu cukup dalam. Tak mungkin Xavier berpura-pura lemah hanya untuk menarik simpati ku, bukan?
"Ah, sial! Baiklah, aku akan ikut." Akhirnya Lyra mengambil keputusan untuk ikut bersama mereka.
Padahal tubuhku sangat lelah setelah perdebatan tadi. Aku ingin sekali tidur. Lyra! Aku tidak dapat mengendalikan perasaanmu terhadap Xavier. Seberapa pentingnya laki-laki itu untukmu?
Lyra mengumpat sepanjang perjalanan menuju mobil yang terparkir. Diam-diam Xavier tersenyum tipis, itulah yang dia inginkan. Lyra berada di sisinya, entah mengapa? Sejak Lyra mengalami perubahan dia selalu ingin berada di dekatnya. Apalagi senyumnya di malam itu, mengingatkan Xavier pada sosok gadis kecil yang pernah menyelamatkan dia dulu.
Xavier duduk di bangku belakang, tapi Lyra justru memilih untuk duduk di kursi samping kemudi. Enggan berdekatan dengan laki-laki jahat itu.
"Nyonya, kenapa Anda duduk di sini? Sebaiknya Anda menemani Tuan, sepertinya Tuan sangat kesakitan," ucap Tian dengan wajah terkejut dan meringis ketika melirik Xavier yang tak terlihat kesakitan sama sekali.
"Dia baik-baik saja, kau tidak melihatnya?" tolak Lyra tanpa menoleh ke belakang.
Xavier berdesis berpura-pura kesakitan, memanfaatkan darah masih merembes dari telapak tangannya.
"Cepatlah! Kau ingin aku kehabisan darah!" sentak laki-laki dingin itu sembari melirik Lyra berharap ia akan duduk di sampingnya saja.
"Nyonya!" Tian memelas, dia tahu tatapan tajam Xavier sedang mengancamnya.
Lyra mendengus, keluar dari mobil dan masuk ke pintu belakang. Duduk berjauhan dengan wajah berpaling ke luar jendela. Sesekali dia melirik tangan laki-laki itu yang tak henti mengeluarkan darah. Dalam kepura-puraan, Xavier kembali tersenyum senang.
"Menyebalkan!" Lyra mengeluarkan sapu tangannya, dan menarik tangan Xavier.
"Argh!" Laki-laki itu menjerit.
"Diamlah! Jika tidak dibalut lukamu akan terus mengeluarkan darah," hardik Lyra membuat Xavier bungkam.
Ia mengunci rapat-rapat kedua belah bibir, membiarkan Lyra membalut lukanya. Xavier menatap lekat-lekat wajah manis dari gadis belia itu.
Maafkan aku, Lyra. Aku buta dan bodoh. Selama ini tidak bisa melihat kenyataan. Meski terpaksa menikahi mu, tapi aku sudah berjanji di hadapan nisan orang tuamu akan melindungi dirimu. Aku memang bodoh! Hanya karena Myra adalah gadis yang pernah menyelamatkanku, aku mengabaikan kewajiban sebagai seorang suami. Maafkan aku.
Xavier bergumam di dalam hati, menyesal karena terlambat mengetahui semua kenyataan. Tidak! Bukan terlambat, tapi dia sendiri yang tidak mau mempercayai apa yang dikatakan Lyra.
"Berhenti menatapku seperti itu! Aku bukan gundik manjamu!" hardik Lyra membuat Xavier salah tingkah.
"Argh!" Laki-laki itu kembali menjerit ketika Lyra menyentak ujung sapu tangan untuk mengikatnya.
Ia kembali berpaling pada jendela sambil bersedekap dada. Tak ingin hatinya terbawa perasaan oleh sikap aneh Xavier malam ini.
Maaf, Lyra. Aku akan melawan perasaanmu ini. Kini, tubuh dan perasaanmu sepenuhnya aku yang mengendalikan.
Lyra bergumam tegas, tak ingin terjebak dalam cinta yang tak berujung. Cinta satu sisi yang hanya akan menyakiti diri sendiri. Masa depan masih panjang, masih banyak yang harus dia lakukan. Lyra ingin menjelajahi dunia modern ini.
Sepertinya banyak hal yang dilupakan oleh Lyra, tapi aku akan menemukannya satu per satu. Eleanor! Seperti apa mereka?
makin greget jadinya /Hey//Hey/
ayo up lagi thor.. tar kl kelamaan nahan napas bs pingsan nih.. 😂😂😍😍
terungkap