Kehidupan rumah tangga Chatlea dan Hendra sangatlah harmonis apalagi setelah mereka di karuniai dua anak kembar. Namun saat memasuki tahun ke lima, bencana rumah tangganya mulai menerjang.
Suami yang selama ini dia sayangi dan cintai ternyata menyimpan wanita lain di belakangnya.
"Aku ingin menikah lagi. Kamu setuju atau tidak, aku tetap akan menikah dengannya." Ucap Hendra.
Dunianya seakan runtuh saat itu juga mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya.
Hatinya menjerit ingin berteriak sekencang-kencangnya namun lidahnya keluh.
Air matanya terus mengalir tanpa henti menunjukkan betapa sakit, perih, dan kecewa yang teramat dalam yang ia rasakan.
Setelah suaminya menikah, dia malah dijadikan pembantu dan baby sitter di rumahnya sendiri.
Mampukah Chatlea bertahan tinggal seatap dengan madunya?
Ataukah Cathlea memilih mundur dari pernikahan yang sudah dia jalani selama bertahun-tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Kerja
Ririn sedang berpikir.
"Gini aja, untuk sementara gimana kalo Lo bantuin gw di butik. Gw kan sering keluar karena banyak urusan, jadi, kalo ada Lo yang stand by di sana gw bisa tenang tinggalin butik, Gimana mau nggak?" Tawar Ririn.
Cathlea berhambur memeluk Ririn.
"Alhamdulillah, mau banget Rin. Terima kasih banyak, Lo selalu bantuin gw saat gw butuh, gw berutang banyak dengan Lo." Ucap Cathlea
"Sekarang jangan menangis lagi. Mulai besok Lo bisa masuk kerja. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Setiap musibah pasti ada hikmahnya, lupakan Hendra brengsek itu, mungkin jodoh Lo dengan dia hanya sampai disini, dan mungkin juga Tuhan sudah menyediakan jodoh yang lebih baik darinya. Kamu hanya perlu berdoa semoga Tuhan memberikan Lo jalan yang terbaik untuk setiap masalah Lo." Nasihat Ririn.
"Makasih Rin, sekarang gw lebih tenang, gw merasa ada sedikit harapan untuk hidup bersama anak-anak gw. Setelah hari ini bagiku mas Hendra sudah mati bersama penghianatan yang dia lakukan. Cinta dan perasaan ku juga akan aku kubur dalam-dalam." Ucap Cathlea.
"Itu baru sahabat gw, Lo harus bangkit. Ingat! jangan biarkan dia menyakiti fisik Lo dan anak-anak Lo, Lo harus melawan jangan diam saja seperti kemarin, Oke?" Nasihat Ririn.
Chatlea mengangguk.
"Masalah perceraian Lo, nanti kita pikirkan lagi, gw juga nggak tega melihat lo di perlakukan seperti ini oleh Hendra." Kesal Ririn.
"Mommy." Teriak Zidan dan Zarah sambil berlari dari kamar.
"Sini sayang ada Aunty Ririn." Panggil Cathlea.
"Hai sayang, peluk Aunty dulu dong!" Seru Ririn.
lalu memeluk Zidan dan Zarah.
"Liat, Aunty bawa apa? bawa mainan untuk kalian sayang." Semangat Ririn.
"Wahhh, banyak sekali Aunty!" Seru Zarah.
"Aunty juga bawa kue brownies kesukaan kalian." Ucap Ririn.
"Thank you Aunty." Ucap Zidan.
"Tunggu sebentar ya, Mommy potong dulu kuenya." Cathlea mengambil kue brownies ke dapur lalu memotongnya. Setelah itu membawanya kembali ke ruang tamu.
"Ayo kita makan." Ajak Ririn.
Mereka mengambil satu persatu lalu menikmatinya.
"Kuenya enak banget Aunty, lain kali bawa lagi ya?" Ucap Zarah.
"Hehehehe, Ia sayang, itu pasti." Ririn mengusap kepala Zarah.
"Lea, kata Ibu mereka dapat beasiswa ya?" Tanya Ririn.
"Ia, Alhamdulillah bangettt, gw nggak perlu lagi memikirkan biaya pendidikan mereka." Ucap Cathlea.
"Baguslah, mereka memang anak-anak yang pintar. Gw bangga dengan Lo, bisa mendidik mereka dengan baik." Kagum Ririn.
"Gw sendiri juga bingung dengan mereka, gw nggak pernah temenin mereka belajar tapi IQ mereka diatas rata-rata." Heran Cathlea.
"Itu anugerah dari Tuhan Lea." Ucap Ririn.
"Kamu bener Rin. Gw sangat bersyukur memiliki mereka dalam hidup gw." Chatlea menatap anak-anaknya yang sedang bermain.
Tanpa terasa waktu malam sudah tiba, mereka makan malam bersama lalu kembali duduk di ruang tamu sambil bermain.
"Zidan, Zarah, Aunty pulang dulu ya? Besok kita ketemu lagi." Ucap Ririn.
"Oke Aunty." Ucap keduanya.
"Lea, gw pulang dulu, jaga diri Lo baik-baik dan jangan biarkan Hendra menindas Lo." Tegas Ririn.
"Iya, hati-hati dijalan." Ucap Chatlea saat mengantar Ririn keluar dari rumah.
Chatlea mengunci pintu rumah lalu berjalan menuju kamar bersama Zidan dan Zarah untuk istirahat.
Keesokan harinya mereka berangkat ke sekolah diantar Cathlea, setelah mereka sampai di sekolah Cathlea menuju butik Ririn dan mulai bekerja di sana.
Cathlea langsung menuju ruangan Ririn.
"Tok.. tok.. tok.."
"Masuk." Ucap Ririn dari dalam.
"Pagi Bu Ririn. Ini surat lamaran saya." Sapa Cathlea.
"Ngapain bawa lamaran? nggak usah formal kayak gitu." Kesal Ririn.
"Hehehehe, jadi surat lamaran kerja gw nggak di terima nihh." Canda Cathlea sambil duduk di depan meja Ririn.
"Nggak lah! Eh, Lo baik-baik aja kan? Hendra nggak macem-macem kan?" Selidik Ririn.
"Hendra nggak pulang Rin. Mungkin dia sedang bulan madu." Lirih Chatlea mulai meneteskan air mata.
"Sudahlah hapus air mata Lo, nggak usah tangisin laki-laki seperti itu lagi, Move on dong demi anak-anak Lo." Ucap Ririn.
Cathlea menghapus air matanya.
"Sebentar siang gw mau keluar, Twins pulang jam berapa? biar gw jemput sekalian.
"Jam 3, sorry gw ngerepotin." Ucap Cathlea.
"Nggak lah, Lo tenang aja, mulai sekarang mereka juga tanggung jawab gw." Ucap Ririn.
"Ayo kita keluar, gw akan kenalin Lo sebagai asisten gw di sini." Ajak Ririn.
"Kok asisten?" Tanya Cathlea.
"Nggak usah protes." Ucap Ririn.
"Ruangan gw dimana?" Tanya Cathlea.
"Kok ruangan." Tanya Ririn.
"Kan gw asisten Lo, gimana sih!" Kesal Cathlea.
"Di sana aja, di sana ruangannya nggak kepake', Lo bersihin aja sendiri." Ririn tersenyum.
"Masa ia asisten di suruh bersih-bersih." Kesal Cathlea.
Mereka keluar dari ruangan Ririn di lantai 2 menuju lantai bawah.
Ririn memperkenalkan Cathlea sebagai Asistennya kemudian mereka menyambutnya dengan baik.
Setelah memperkenalkan diri, Ririn mengajak Cathlea berkeliling melihat berbagai jenis gaun yang ada di butik, mulai dari gaun pesta, gaun pengantin, setelah jas dan setelan kantor. Setelah berkeliling mereka kembali menuju ruangan Ririn.
"Bagaimana bagus nggak design gw?" Tanya Ririn.
Cathlea mengangguk lalu menaikkan jempolnya.
"Nah, sekarang tugas Lo memasarkan produknya, Lo kan jagonya bagian pemasaran dunia bisnis." Puji Ririn.
"Oke, nggak masalah, asal Lo siap aja." Ucap Cathlea menggantung.
"Siap apa?" Tanya Ririn penasaran.
"Siap-siap butik Lo terkenal, siapkan stok yang banyak, siapkan juga gaji yang tinggi buat gw. hehehehe." Ucap Cathlea.
"Lo tenang aja, gw bayar Lo sesuai hasil kerja Lo." Semangat Ririn.
"Deal." Cathlea mengulurkan tangannya.
"Menurut Lo gw masih cantik nggak sih?" Tanya Cathlea.
Ririn menatap Cathlea dengan teliti dari bawah hingga atas
"Masih lah, cuma perlu sedot lemak dikit." Ucap Ririn.
"Oke, gw akan lakukan setelah pulang kantor, kalo wajah gw gimana?" Tanya Cathlea.
"Tetep cantik, lebih glowing dari bulan lalu saat kita ketemu. Lo perawatan ya?" Tanya Ririn.
Cathlea mengangguk.
"Emangnya kenapa Lo nanya-nanya." Tanya Ririn.
"Hendra bilang gw nggak cantik, nggak menarik, jelek, penampilan kampungan." Jelas Cathlea.
"Hahahaha, Suami Lo bener-bener buta, buta karena cinta perempuan lain, masa istri cantik begini dibilang jelek. Kemana aja dia selama ini yang selalu memuja-muja kecantikan Lo." Ririn geleng-geleng kepala.
"Sudahlah, kita kembali ke masalah kantor.Boleh nggak gw belajar design busana pengantin? kayaknya menarik juga melihat mereka mendesign." Pinta Cathlea.
"Terserah Lo aja, lakukan sesuka hati Lo di sini, yang penting bagi gw, penjualan di butik meningkat." Ucap Ririn.
"Siiippp, Lo tenang aja. Ide di otak gw ini sudah pada bermunculan, Lo mau tau nggak salah satunya?" Tanya Cathlea.
"Apa?" Tanya Ririn.
"Lo siapain fotografer untuk besok deh, kita akan mengaploadnya di sosial media." Ucap Cathlea.
"Harus ada model yang memakai gaunnya Lea, gw nggak punya bajat untuk membayar model." Ucap Ririn.
"Gw yang akan jadi modelnya. Lo tenang aja, penampilan gw akan berubah 180 derajat." Cathlea menyakinkan Ririn.
"Oke, kita akan coba ide gila Lo." Ucap Ririn.
"Begitu dong bos, harus dengerin ide gila asistennya biar bisnisnya makin maju." Ucap Cathlea.
"Gw mau keluar meeting sekalian jemput twins." Ririn mengambil tasnya lalu keluar bersama Cathlea dari ruangannya.
"Lo jaga butik ya?" Pesan Ririn.
"Siap bu bos." Cathlea memberi tanda hormat.
.
.
.
Bersambung.....
.