NovelToon NovelToon
Dalam Secangkir Kopi

Dalam Secangkir Kopi

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Pihak Ketiga
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Ratri Swasti Windrawan, arsitek muda yang tidak ingin terbebani oleh peliknya masalah percintaan. Dia memilih menjalin hubungan tanpa status, dengan para pria yang pernah dekat dengannya.

Namun, ketika kebiasaan itu membawa Ratri pada seorang Sastra Arshaka, semua jadi terasa memusingkan. Pasalnya, Sastra adalah tunangan Eliana, rekan kerja sekaligus sahabat dekat Ratri.

"Hubungan kita bagaikan secangkir kopi. Aku merasakan banyak rasa dalam setiap tegukan. Satu hal yang paling dominan adalah pahit, tetapi aku justru sangat menikmatinya."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Dua Sisi Hati

“Tolong ajak Asha. Aku ke depan dulu.” Setelah berkata demikian, Ratri berlalu menuju ruang tamu. Di sana, dia mendapati Sastra tengah sibuk dengan ponsel. 

Ratri berdehem pelan, sambil berdiri beberapa langkah di hadapan Sastra. Raut protes tergambar jelas di paras cantiknya. 

“Sudah makan, Non?” tanya Sastra, seraya mengalihkan perhatian dari layar ponsel kepada Ratri.

“Setelah tengkleng sapi, sekarang apa lagi?”

“Memangnya, kamu belum memeriksa?” 

Ratri tidak menjawab. Dia hanya menatap lekat Sastra, yang terlihat sangat tenang. “Hentikan semua leluconmu,” tegurnya pelan, tetapi cukup tegas. 

Sastra yang sibuk dengan telepon genggamnya, kembali menoleh pada Ratri. Dia membalas tatapan wanita berambut pendek sebahu itu. “Lelucon apa?” tanyanya berpura-pura tak mengerti, meskipun memahami ke mana maksud ucapan Ratri. 

“Jangan berpura-pura tidak mengerti.” Nada bicara Ratri terdengar tak bersahabat. 

Namun, itu tidak membuat Sastra terganggu. Dia menanggapi dengan senyum kalem. Bahasa tubuhnya pun tidak terlihat khawatir, atas sikap tegas Ratri. 

Sastra meletakkan telepon genggam di meja, kemudian berdiri. Dia melangkah ke hadapan Ratri, tanpa mengalihkan tatapan sedikit pun. “Aku hanya memesankan makanan. Apa itu salah?” 

“Sebaiknya, kamu segera pulang. Setelah itu, jangan melakukan apa pun lagi untukku, meski hanya memesankan makanan!” tegas Ratri dengan nada tak suka.

“Apanya yang salah? Jangan berlebihan seperti ini.”

“Jelas salah, Sastra!” tegas Ratri lagi, diiringi tatapan tajam. “Seharusnya, kamu sadar. Apa yang kamu lakukan sekarang, akan berakibat buruk pada hubunganmu dengan Elia. Selain itu, ikatan persahabatan kami pun pasti akan terkena dampaknya juga.”

“Memangnya, apa yang kita lakukan?” tanya Sastra tenang, tetapi seakan tengah menantang Ratri. "Kita tidak berciuman, apalagi sampai tidur bersama. Aku hanya memelukmu tadi. Itu juga karena kamu sedang bersedih. Kurasa, itu merupakan hal wajar yang dilakukan pria, saat melihat wanita menangis."

"Aku tidak peduli! Intinya, mulai detik ini jangan mencari perhatian lagi terhadapku!" tegas Ratri. "Sekarang, sebaiknya kamu pulang dan tidak usah sok perhatian! Apalagi, sampai mengungkapkan keinginan gila yang .... Ya, ampun!"

"Kenapa kamu jadi tantrum begini? Seharusnya, kamu senang karena diberikan perhatian lebih," ujar Sastra tanpa beban.

"Ya, jika pria itu bukan kamu!" tegas Ratri. Sesaat kemudian, wanita itu terdiam. Dia merasa begitu bodoh, saat melihat ekspresi Sastra yang tetap terlihat tenang.

"Menyebalkan!" gerutu Ratri, seraya berbalik. Dia langsung ke ruang makan, di mana Asha dan Bi Lestari sudah menunggu.

"Kenapa Kakak bertengkar dengan Kak Sastra?" tanya Asha polos, setelah Ratri duduk.

"Tidak apa-apa. Kami hanya ...." Ratri tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Sastra lebih dulu muncul, lalu duduk bersila di sebelahnya.

Tak ada beban apa pun yang terlihat dari paras tampan Sastra. Dia bahkan berbasa-basi dengan Bi Lestari dan Asha. Namun, Sastra seperti sengaja mengabaikan Ratri.

"Mendiang Pak Ismail tidak memiliki kerabat dekat di sini. Kebetulan, saya sudah mengabdi kepada keluarga beliau sejak lama. Hingga sekarang, saya sangat menyayangi Neng Ratri dan Neng Asha," tutur Bi Lestari, setelah selesai makan, dan hanya bicara berdua dengan Sastra, berhubung Ratri dan Asha sedang ke kamar mereka.

"Jadi, Bibi bukan kerabat langsung papanya Ratri?" tanya Sastra menanggapi.

Bi Lestari menggeleng. "Bukan. Lagi pula, saya juga sebatang kara. Saya janda tanpa anak, saat bekerja di kediaman Pak Ismail yang dulu. Sampai beliau pindah kemari, saya memutuskan tetap ikut karena kasihan tidak ada yang merawat Neng Asha. Waktu itu, Neng Asha masih kecil," tutur Bi Lestari lagi.

"Memangnya, dulu Pak Ismail tinggal di mana?" Sastra mulai tertarik mengetahui asal-usul Ratri dan keluarga.

"Di Safron Crocus Real Estate. Itu merupakan salah satu perumahan khusus orang-orang berduit, A. Rumah di sana besar-besar. Satu keluarga bisa mempunyai dua sampai tiga pembantu," terang Bi Lestari.

Wanita paruh baya itu terdiam sejenak, lalu melihat ke sekeliling. "Jangan bilang Neng Ratri, kalau saya cerita begini. Nanti dia sedih," pesannya, setengah berbisik.

Sastra mengangguk. "Jangan khawatir," ucapnya tenang.

Tak berselang lama, Ratri muncul. Dia bersikap tak peduli kepada Sastra. Ratri langsung membantu Bi Lestari merapikan tikar bekas makan tadi. Wanita itu melakukan pekerjaannya tanpa banyak bicara.

"Oh, iya. Berhubung semua urusan sudah selesai, saya harus berpamitan," ucap Sastra, setelah memperhatikan sikap dingin Ratri selama beberapa saat.

"Kakak mau pulang sekarang?" tanya Asha, yang tiba-tiba muncul.

"Iya, Sha. Kakak ada pekerjaan lain," jawab Sastra, seraya menoleh, lalu tersenyum kalem. "Kakak harap, kamu semangat terus. Lanjutkan kuliah. Kamu harus jadi wanita mandiri. Seperti nona itu," Sastra mengarahkan ekor mata kepada Ratri.

Asha menanggapi dengan senyum manis. "Aku mau belajar sambil berbisnis, Kak. Sesuai yang Kakak arahkan tadi."

"Itu bagus. Selama kamu tahu mana yang jadi prioritas utama. Kalau ada kesulitan, jangan sungkan hubungi Kakak." Bagai terhadap adik sendiri, Sastra mengusap lembut pucuk kepala Asha.

"Terima kasih, Kak." Sejenak, Asha melupakan kesedihannya. Bertemu dan bicara dengan sosok Sastra yang dewasa serta memiliki pandangan luas, membuat pikiran gadis itu jadi terbuka lebar. Harapan untuk menyongsong masa depan pun terasa begitu mudah.

"Terima kasih untuk semua yang sudah A Sastra lakukan. Upacara pemakanan mendiang Pak Ismail bisa berjalan lancar." Bi Lestari ikut menimpali. Hanya Ratri yang masih bersikap tak peduli.

"Sama-sama, Bi. Sehat terus, agar bisa selalu menjaga Asha dan kakaknya yang galak." Sastra tersenyum cukup lebar, setelah berkata begitu. Dia tak peduli, meskipun Ratri mendelik tajam padanya.

Menjelang sore, Sastra sudah bersiap kembali ke ibukota. Setelah berpamitan kepada Asha dan Bi Lestari, pria tampan 31 tahun tersebut langsung masuk ke mobil double cabin-nya. Kehadiran Sastra dengan fisik yang mencolok dibanding pria-pria di lingkungan itu, berhasil menarik perhatian para ibu dan gadis-gadis.

Sastra sudah menyalakan mesin mobil. Dia mengenakan kacamata hitam, sebelum menutup jendela kaca. Sepintas, dirinya melihat Ratri mengintip dari balik pintu karena yang mengantar ke depan hanya Asha dan Bi Lestari.

Senyum kecil tersungging di sudut bibir Sastra. Seidaknya, dia tahu bahwa Ratri masih peduli, meskipun entah hanya berapa persen.

Tak berselang lama, mobil yang Sastra kemudikan melaju gagah meninggalkan tempat itu. Diiringi tatapan Ratri, kendaraan mahal tersebut akhirnya menghilang. Deru mesinnya pun makin lama makin tak terdengar.

Sepeninggal Sastra, Ratri duduk termenung di kursi ruang tamu. Di satu sisi, dia telah melakukan hal benar karena bersikap tegas, dengan memberikan penolakan. Namun, di sisi lain dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh. Ratri menyesal telah melakukan itu.

1
ɪʙᴀ🅳🅰ʜᴘᴇɴᴇ🅽ᴛʀᴀᴍᴊ🅸ᴡ🅰
rasakannn gantian kamu yang akan dimangsa karma dibayar kontan karena menyakiti Ratri
Afri
makanya .. kalau udah d larang sastra itu d dengar ratri ..
taukan ela itu pemain drama
Anellakomalasari: Hehe, lanjut, Kak
total 1 replies
Dwisya12Aurizra
Kayaknya bakal ada yg pindah kelainan hati 🤭
octa❤️
duh..berat ni keknya ..
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
Afri
siapa yg ngirim foto itu ??
apa prama yaa
☹️☹️
Anellakomalasari: Lanjut nanti, Kak
total 1 replies
octa❤️
aduh..makin meresahkan aj kayaknya si abang sastra yaa
Afri
kata kata yg d pilih bagus .. ceritanya jg bagus
betkelas dech pokoknya
octa❤️
hmmm..benar dugaan bg sastra
Afri
apa Ptam kekasih gelap elia
Afri: d tunggu
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir. Lanjut ya, Kak 🤗
total 2 replies
Widi Yanti
cerita nya keren. selalu bikin penasaran
Anellakomalasari: Terima kasih sudah mampir 🥰🤗
total 1 replies
octa❤️
emmm..ap maksud bg sastra ini ya..
Anellakomalasari: Biasa, Kak 🤭
total 1 replies
Anna Kusbandiana
jangan sampai mama Laras itu mamanya Ratri....uhh tak terbayangkan....
Anna Kusbandiana
sayup2 terdengar bait lagu dari kafe

" ternyata baru kusadari sirnanya hatimu yg kau simpan untuknya

aku cinta kepadamu,aku rindu dipelukmu

namun ku keliru t'lah membunuh cinta dia dan dirimu... oh...ohh..ohhh"

😅😅😅😘✌
Anellakomalasari: Lanjutkan, Kak 🎵🎵🎵
total 1 replies
octa❤️
emm si abang nyosor terus..
jangan2 emaknya ratri ibu tirinya sastra...
Anellakomalasari: Biasa, Kak. Masih anget
total 1 replies
octa❤️
makin g terkendali ni bang sastra..ckckck..kuatkan hatimu ratri..hehehe
Anellakomalasari: Terlalu kuat godaannya, Kak
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
Luar biasa
Yuyun Yuningsih Yuni
aaah.....
Yuyun Yuningsih Yuni
ya ampun ratriiiii...jgn mau deh d jadiin selingkuh...sahabatmu lagi
Anellakomalasari: Atuda gmn? Sastra terlalu menganukan
total 1 replies
Yuyun Yuningsih Yuni
ketauan elia juga gpp,,
Yuyun Yuningsih Yuni
tega ini othornya,,hhhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!