Bagaimana jika orang yang kamu cintai meninggalkan dirimu untuk selamanya?
Lalu dicintai oleh seseorang yang juga mengharapkan dirinya selama bertahun-tahun.
Akhirnya dia bersedia dinikahi oleh pria bernama Fairuz yang dengan menemani dan menerima dirinya yang tak bisa melupakan almarhum suaminya.
Tapi, seseorang yang baru saja hadir dalam keluarga almarhum suaminya itu malah merusak segalanya.
Hanya karena Adrian begitu mirip dengan almarhum suaminya itu dia jadi bimbang.
Dan yang paling tak di duga, pria itu berusaha untuk membatalkan pernikahan Hana dengan segala macam cara.
"Maaf, pernikahan ini di batalkan saja."
Jangan lupa baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Pilih saja yang Hana suka." ucap Fairuz, kini mereka sedang berada di sebuah toko emas. Keduanya sibuk memilah cincin yang cocok.
"Yang boleh di pakai, apapun Hana suka." jawab Hana.
"Yang paling Hana suka?" tanya Fairuz lagi.
"Yang ini?" Hana menunjuk sepasang emas putih polos, ia pun mendongak wajah Fairuz yang senantiasa tersenyum bahagia berdampingan dengannya.
"Baiklah, ini cantik. Seperti kamu." puji Fairuz, penjaga toko tersebut sampai tersipu mendengar rayuan Fairuz, laki-laki itu menatap Hana penuh cinta.
"Yang ini ya?" Penjual itu memastikan lagi.
Fairuz pun mengangguk, meminta perempuan berseragam hitam merah itu membungkus satu set perhiasan emas juga.
"Kamu bilang, tak ingin meminta apa-apa. Aku pun akan memberikan segala yang terbaik untuk kamu." kata Fairuz.
Hana mengangguk, tersenyum haru akan sikap Fairuz yang terlalu mengistimewakan dirinya.
"Hana!"
Keduanya terkejut, menoleh kepada seseorang yang memanggil Hana setengah memekik.
"Maya?" Hana pun terkejut, ternyata yang memanggilnya adalah seseorang yang dia kenal.
"Apa kabar kamu Hana? Aku tidak menyangka akan bertemu kamu di sini. Aku pikir kamu sudah pulang ke Malaysia setelah Rayan meninggal." perempuan berambut pendek itu terus menyerocos sambil memegangi tangan Hana.
"Tak, saya tidak pulang ke Malaysia. Masih setia di rumah Ibu." jawab Hana.
"Ah, kau semakin cantik saja." ucap perempuan itu lagi, kemudian melirik Fairuz.
"Hem, terimakasih Maya. Perkenalkan, ini mas Fairuz, calon suami Hana." ucap Hana, perempuan itu pun langsung tercengang, menutup mulutnya tak percaya.
"Serius?" tanya Perempuan yang bernama Maya itu.
Hana mengangguk, jadilah keduanya mengobrol di sebuah kedai barang sejenak.
"Kau nak makan ape?" tanya Hana kepada tetangga di asrama ketika itu. Meskipun hanya hitungan Minggu, tapi dia cukup dekat dengan Maya.
"Nggak usah lah, aku baru saja selesai makan. Tuh, di meja sana. Aku baru saja bertemu dengan teman lama juga yang butuh desain pakaian sederhana untuk butiknya."
"Wah, kau dah berjaye sekarang." ucap Hana, dia menatap sahabat lamanya itu dengan kagum.
"Halah, aku hanya berusaha mandiri. Kamu tahu sendiri kalau dulu suamiku itu berselingkuh. Dan sekarang aku sudah bercerai." jelasnya, sambil.mendesah berat.
Pembicaraan mereka terus berlanjut dengan begitu seru. Sedangkan Fairuz hanya menjadi pendengar untuk kedua wanita tersebut.
"Sekarang, apa kesibukan mu Hana?" tanya Maya.
"Saya juga sedang sibuk membuka kedai pakaian. Butik saya baru di buka beberapa bulan." ucap Hana.
"Oh ya?"
"Ya. Alhamdulillah, sudah mulai ramai." ucap Hana, sambil mengunyah makanannya.
"Jika kamu mau, kita bisa bekerja sama Hana. Aku sangat yakin kalau kamu memiliki selera yang bagus, penjualan mu juga tak akan mengecewakan." kata Maya, dia menatap Hana dengan sangat yakin.
"Hem.. Nanti Hana pikirkan."
"Nggak, nggak! Kamu bisa datang ke puncak nanti. Rencananya aku dan beberapa temanku akan mengadakan seminar kecil-kecilan dalam berbagai kelas.
Tapi sebenarnya kelas di sini tak menentukan baik buruk juga. Designer pemula akan mendapatkan bahan yang biasa, sedangkan designer yang sudah mahir akan mendapatkan bahan yang bagus. Itu saja! Kau bisa memilih designer pemula untuk diajak kerja sama juga, aku memilih kenalan desainer pemula yang sangat berbakat." ucap Maya, dia begitu bersemangat, memberikan sebuah kartu nama untuk Hana.
Hana memandangi kartu nama sahabatnya itu sedikit lama setelah pemiliknya berpamitan.
"Temui saja, bukankah kemarin kau sempat kehabisan busana yang bagus. Lihatlah sekarang orang-orang sudah mengenal model pakaian yang menyerupai artis. Orang kampung tak lagi berpikiran kolot yang hanya memakai pakaian seadanya. Mereka juga tidak lagi terlalu mempertimbangkan harga untuk membeli barang yang bagus." Fairuz mendukungnya.
"Ya." Hana mengangguk setuju.
Hari-hari berjalan begitu cepat, tak terasa sudah satu Minggu berlalu. Hanya tinggal dua Minggu lagi Hana akan menikah dengan Fairuz.
Persiapkan demi persiapan tengah dikerjakan, meskipun nanti pernikahannya sederhana, namun Fairuz ingin memberikan yang terbaik untuk Hana.
Pun di rumah Hana, rumah Pak Seno dan Bu Susi itu mulai sering didatangi beberapa orang setiap harinya, mempersiapkan segala hal demi kelancaran pelaksanaan pernikahan Hana nanti.
Tapi Adrian tidak berminat untuk ikut kesibukan mereka. Dia selalu malas jika sudah membahas pernikahan Hana.
Namun demikian, dia tidak mengungkapkan apapun.
"Maaf, Ros udah capek membujuk Kak Hana." ucap Rosa, mengerti kegalauan Adrian.
Pria itu hanya menarik nafas berat, sesekali menyesali mengapa dia di pertemukan dengan Hana setelah Rayan.
Pagi itu, Hana mendapat telepon dari sahabatnya Maya. Sahabatnya itu meminta Hana datang di acara yang di gelarnya sore hari nanti.
"Gak bisa di tunda lain kali saja Kak?" tanya Ros, dia sedang bersiap pergi bekerja.
"Tak, bulan depan die nak pergi ke luar kota." jawab Hana, sedikit bimbang tapi hatinya begitu ingin pergi ke tempat seminar sahabatnya itu. Para desainer akan berkumpul di sana.
"Puncaknya dimana sih? Perasan puncak di sini lumayan jauh Kak?" tanya Ros lagi.
Hana pun tampak berpikir.
"Apa sebaiknya jangan pergi-pergi. Pamali, waktu pernikahanmu sebentar lagi Nak." usul Bu Susi. Keduanya pun terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Dah lah, Ros mau berangkat. Lagian dokter Adrian akan pergi ke kota juga pagi ini, mengambil hasil DNA kemarin itu." kata Rosa, ia pun sudah siap dengan pakaian putihnya.
"Lha, kalau begitu kamu pergi sama Adrian saja sekalian. Ibu khawatir kalau kamu sendiri." kata Bu Susi.
"Pergi kemana Bu?"
Adrian baru saja datang, pria itu sudah berpenampilan rapi, rambut sedikit basah dan memakai kemeja polos.
"Ini, Hana katanya mau ke Vila temennya. Mana jauh, sendirian pula." ucap Bu Susi.
Sekilas ia menilik wajah cantik Hana, perempuan itu tampak bimbang, namun sudah bersiap dengan tas di tangannya.
"Apakah Fairuz tidak mau menemani mu?" tanya Adrian.
Hana menggeleng. "Mas Fairuz sedang pulang ke pesantren. Ada keperluan mendadak dengan Abah." jawab Hana.
Adrian mendesah kesal, sedikit mengumpat di dalam hati, merutuk i pria yang menjadi saingan nya itu, mengapa tidak memprioritaskan Hana.
"Bu, apakah orang tua Fairuz pernah menemui ibu? Mengapa aku tidak melihat ayahnya datang kemari?" tanya Adrian kepada ibunya.
Mendadak Bu Susi terdiam, menatap suaminya yang juga terdiam, laki-laki itu meletakkan cangkir kopinya perlahan, kemudian tampak berpikir.
"Baiklah, aku akan menemanimu. Setelah mengambil hasil tes DNA ku." Adrian menyetujuinya.
"Ya sudah, kalau begini ibu bisa tenang." ucap Bu Susi, namun raut wajahnya justru jadi gelisah dan khawatir.
"Ada urusan apa Fairuz ke pesantren. Mengapa ayahnya tidak melamarmu langsung? Mengapa hanya Fairuz saja yang melamar dan menyatakan ingin menikahimu secepatnya? Apa kau tidak curiga? Apa kau yakin Fairuz tidak merahasiakan sesuatu?" cecar Adrian, sambil menyetir dia terus saja melontarkan tanya yang sudah menumpuk.
Hana sampai melongo mendengar pertanyaan beruntun dari Adrian.
"Kau itu, terlalu polos apa bodoh? Mudah sekali percaya dengan orang yang sebenarnya tidak kau kenal dengan baik." kesal Adrian lagi, terus mengomeli Hana.
"Hana sudah mengenal Mas Fairuz sejak lama. Die orang yang baik." jawab Hana, wajah cantiknya mendadak di tekuk kesal.
"Kau hanya mengenalnya Hana, bukan mengetahui segala sisi kehidupannya. Jujur saja, aku tidak suka dengan caranya ingin menikahimu."
Hana terdiam, kemudian berkata dengan pelan. "Mas Rayan pun tak banyak cakap. Tiba-tiba die dah sampai Kuala lumpur. Bawa ibu dan bapak menikahi Hana."
"Itu berbeda! Jarak membuat kalian tidak bisa bertemu setiap waktu. Kau dan Fairuz ada di tempat yang sama, bahkan ayahnya sempat menemuiku untuk menawarkan lahan miliknya. Mengapa dia tidak sempatkan untuk melamarmu jika memang dia merestui hubungan anaknya dengan mu."
Hana terdiam lagi. Mendadak hatinya gelisah tak menentu mengingat bagaimana Abah memandangnya ketika itu.
Mengapa baru sekarang ia terpikirkan hal seperti itu. Apakah karena sudah terbuai dengan perlakuan manis Fairuz? Tapi....
Hana memijat keningnya berulang kali, perjalanan itu nampak tak nyaman memikirkan ucapan Adrian padanya.
💞💞💞💞
#quoteoftheday..