Kisah cinta seorang pria bernama Tama yang baru saja pindah sekolah dari Jakarta ke Bandung.
Di sekolah baru, Tama tidak sengaja jatuh cinta dengan perempuan cantik bernama Husna yang merupakan teman sekelasnya.
Husna sebenarnya sudah memiliki kekasih yaitu Frian seorang guru olahraga muda dan merupakan anak kepala yayasan di sekolah tersebut.
Sebenarnya Husna tak pernah mencintai Frian, karena sebuah perjanjian Husna harus menerima Frian sebagai kekasihnya.
Husna sempat membuka hatinya kepada Frian karena merasa tak ada pilihan lain, tapi perlahan niatnya itu memudar setelah mengenal Tama lebih dekat lagi dan hubungan mereka bertiga menjadi konflik yang sangat panjang.
Agar tidak penasaran, yuk mari ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tresna Agung Gumelar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Keesokan harinya
Tama sedikit terburu-buru berjalan menuju kelas sambil menjinjing tote bag yang berisi lukisan. Dia sedikit kesiangan karena mamanya agak telat saat mengantarnya sekolah.
Saat tiba di dalam kelas, Tama langsung menghampiri meja Husna. Tapi di sini Husna tidak sendiri karena ada Wulan teman sebangkunya yang langsung kegirangan saat Tama mendekat ke meja mereka.
"Hai Tama! Kamu ke sini pasti mau ketemu aku, iya kan?" Wulan yang langsung kepedean menyapa Tama dengan senyuman genitnya.
"Eh enggak, enggak. Aku cuma ada perlu sedikit sama Husna." Jawab Tama sambil mengangkat satu telapak tangannya di depan wajah Wulan.
"Hah? kalian sudah saling kenal?" Wulan sangat heran sambil menggerak-gerakkan jari telunjuknya ke arah Tama dan juga Husna dengan mata melotot kebingungan.
Husna hanya tersenyum tipis seperti meledek melihat gerak-gerik Wulan yang kebingungan.
"Hai Tam!" Sapa Husna sedikit mengangguk ke arah Tama sambil tersenyum manis.
"Iya Hai." Tama pun membalas sapaan dan senyuman manis Husna.
"Oh iya. Ini lukisannya sudah selesai di perbaiki, sekali lagi aku minta maaf ya atas kejadian kemarin." Lukisan itu Tama serahkan kepada Husna sambil merendah meminta maaf kembali.
"Iya nggak papa ko Tam udah lupain aja. Makasih banyak ya." Dengan senang hati Husna menerima lukisannya kembali dan langsung menaruhnya di kolong meja.
"Kejadian apa? Hei kalian habis ngapain kemarin?" Wulan bertanya dengan wajah yang semakin heran celingak-celinguk ke arah Tama dan Husna berkali-kali.
"Em itu, kemarin aku nggak sengaja nabrak Husna di depan pintu sana, terus lukisannya pecah karena jatuh pas aku tabrak. Jadi lukisannya aku bawa pulang untuk aku ganti piguranya." Tama menjelaskan kepada Wulan sambil tertawa tipis karena melihat wajah Wulan yang seperti orang bingung.
"Oh gitu, kirain ada apa." Wulan mencerna cerita dari Tama walau masih sedikit kebingungan.
"Oh ya nama kamu siapa? Aku belum kenal." Tama bertanya kepada Wulan karena dia belum tahu namanya.
"Nama aku Wulan. Aku siswi paling cantik dan ceria di kelas ini." Tanpa ragu dengan gaya centilnya Wulan langsung memberikan tangannya kepada Tama untuk berjabat.
"Pret." Husna tertawa pelan menutup mulut dengan tangannya sambil mendelik ke arah Wulan.
"Yaudah salam kenal ya Wulan." Tama membalas jabatan tangan Wulan dan langsung melepaskannya seketika karena Wulan sempat memegang erat tangan Tama.
"Hmmm." Wulan sedikit kesal tapi dia langsung menyembunyikannya dengan senyuman tipis.
"Yaudah aku ke sana dulu ya. Sampai ketemu lagi. dah Husna, Wulan." Tama pamit melambaikan tangan pergi ke mejanya yang sudah ada Reza di sana menunggu sambil memperhatikan Tama sedari tadi.
"Hai Za." Tama bersalaman dengan Reza sambil duduk di sampingnya.
"Hmm iya. Habis ngapain kamu barusan. Kamu deketin Wulan?" Tanya Reza yang jadi penasaran sambil mengernyitkan dahinya.
"Enak aja deketin Wulan. Enggak, tadi aku ada sedikit perlu sama Husna." Tama menjawab sambil membuka resleting tasnya untuk mengeluarkan handphone.
"Husna? Emang kamu udah kenal dia?" Reza semakin penasaran mengganti posisi duduknya menghadap Tama.
"Aku habis gantiin pigura lukisannya yang pecah Za, soalnya kemarin aku nggak sengaja nabrak dia di pintu kelas pas mau ambil powerbank yang ketinggalan. Jadi deh aku nggak sengaja kenal sama dia."
"Oh gitu. Kirain sengaja deketin dia." Reza kembali merubah posisi duduknya seperti semula menghadap ke arah depan seperti merasa lega.
"Emang kenapa sih? Aneh banget kamu ngeliat aku kenal sama Husna." Kini Tama yang merubah posisi duduknya menghadap ke arah Reza.
"Jangan ya Tam jangan! jangan sampai kamu deketin dia ya habis ini. Soalnya bahaya!" Reza berkata dengan nada mengingatkan.
"Bahaya? apanya yang bahaya sih Za?" Tama penasaran sampai handphone yang sudah dia keluarkan dari tas dia masukkan lagi ke dalam.
"Ya bahaya aja. Memang sih Husna itu bisa dibilang siswi paling cantik di sekolah ini. Tapi sayang banget cowoknya beda jauh umurnya sama dia."
"Maksudnya gimana sih Za? Nggak ngerti aku sumpah." Tama belum mengerti apa yang Reza maksud, tapi hati kecilnya sedikit kecewa karena mendengar Husna sudah ada yang memiliki.
"Sebentar lagi juga kamu bakal tahu siapa cowoknya."
"Memang siapa sih Cowoknya?" Tama semakin penasaran.
"Cowoknya itu guru olahraga yang mengajar di sekolah ini. Memang sih ganteng, tapi menurutku nggak cocok Husna sama dia nggak banget." Sambil menggelengkan kepala, Reza menerangkan kepada Tama.
"Guru olahraga? Apa laki-laki yang menjemput Husna kemarin ya pake motor?" Tama bertanya sambil mengingat kejadian kemarin saat pulang sekolah.
"Motor sport warna merah bukan?" Reza langsung melengkapi pertanyaan Tama.
"Iya Za kemarin aku lihat Husna di jemput pake motor sport warna merah."
"Nah itu dia Tam cowoknya. Dia pak Frian cowoknya Husna." Tegas Reza sambil menepuk pelan meja.
"Oh itu, hmmm oke deh." Tama sedikit pasrah lalu menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"Lah kamu kenapa? Kamu beneran suka ya sama Husna?" Reza jadi curiga karena raut wajah Tama seperti memendam kecewa.
"Ah enggak, biasa saja kok." Tama kembali menegakkan tubuhnya dari sandaran kursi agar Reza tak curiga.
"Jangan ya Tam jangan bahaya! Asal kamu tahu, pak Frian cowoknya Husna itu anak dari ketua yayasan sekolah ini. Jadi kayanya berat kamu Tam kalo deketin Husna." Sambil mengelus pundak Tama Reza kembali mengingatkan.
"Hmm gitu ya, thanks deh Za ya atas informasinya. Untung aja kamu cepet ngasih tahu. Kalau aku belum tahu kan nanti bisa jadi salah paham."
"Iya sama-sama. Tapi kalau kamu masih penasaran sih silahkan saja. Lagian kalau di lihat-lihat kamu nggak kalah ganteng Tam sama pak Frian." Reza berbicara sambil memperhatikan wajah Tama dengan teliti.
"Ah apaan sih, udah ah nggak usah bahas dia dulu." Tama kembali mengambil handphone di tasnya kemudian membuka instagram untuk sedikit menghibur dirinya yang kini sedang memendam rasa cemburu.
Setelah beberapa saat, Salah satu guru pun masuk dan memulai pelajaran pertama.
Walaupun Tama yang masih memendam rasa kecewa, tapi dia terus memandangi Husna dari kejauhan.
"Kanapa aneh banget ya rasanya, baru kali ini aku merasakan cemburu sedalam ini. Padahal aku baru sehari mengenalnya. Aku kira kemarin yang menjemputnya itu adalah kakak kandung atau sepupunya, ternyata laki-laki itu adalah kekasihnya hmm." Resah Tama dalam hatinya sambil mengingat kejadian kemarin.
Saat jam istirahat, Tama dan Reza berada di kantin duduk berdampingan sambil memakan satu mangkuk mie ayam.
Dari kejauhan terlihat Husna dan beberapa temannya sedang asyik mengobrol sambil jajan di kantin lain.
"Udah jangan di lihatin terus. Inget dia udah ada yang punya." Reza meledek sambil menepuk pundak Tama karena dia sedikit melamun sambil memandang ke arah Husna yang berada di seberang sana.
"Apaan sih, orang biasa aja juga ah." Tama berpura-pura dan langsung melihat ke arah lain.
"Oh iya Za, nanti pulang sekolah kamu mau makan enak nggak?" Tama bertanya sambil mengalihkan pembicaraan.
"Mau lah kalau gratis mah." Jawab Reza sedikit senang dengan tawaran Tama.
"Gratis Za, tadi mamaku ngabarin kalau siang nanti mau ngadain syukuran sekalian pembukaan di kantor barunya. Ada acara kecil-kecilan gitu lah, kamu ikut ya! Kamu kan sahabat pertama aku di sekolah ini." Ajak Tama sambil mengelus punggung Reza.
"Wah mantap itu. Mau banget aku. Apalagi kalau banyak makanan bakalan betah aku Tam." Reza tiba-tiba kegirangan.
"Huh dasar si gembul." Ucap Tama sambil mendorong pelan lengan Reza.
"Hmm. Mama mu buka kantor apaan memang Tam?" Reza sedikit kepo.
"Mama ku buka kantor notaris Za." Jawab Tama menjelaskan.
"Wih kamu anak seorang pengacara berarti?" Reza sedikit kaget sambil memuji.
"Hmm Iya." Tama menjawab singkat.
"Keren, keren." Reza kembali memuji sambil menganggukkan kepala.
"Yaudah ah nanti pulang bareng berarti ya. Jangan kemana-mana nanti kamu pulang sekolah!" Tama sedikit mengingatkan.
"Oke siap bos." Reza menjawab sambil memberikan jempol.