NovelToon NovelToon
PLAGUEHART

PLAGUEHART

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Zombie / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Penyelamat
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Widya Pramesti

Di kota Plaguehart, Profesor Arya Pratama melakukan eksperimen berbahaya untuk menghidupkan kembali istrinya, Lara, menggunakan sampel darah putrinya, Widya. Namun, eksperimen itu gagal, mengubah Lara menjadi zombie haus darah. Wabah tersebut menyebar cepat, mengubah penduduk menjadi makhluk mengerikan.

Widya, bersama adiknya dan beberapa teman, berjuang melawan zombie dan mencari kebenaran di balik wabah. Dengan bantuan Efri, seorang dosen bioteknologi, mereka menyelidiki lebih dalam, menemukan kebenaran mengerikan tentang ayah dan ibunya. Widya harus menghadapi kenyataan pahit dan mengambil keputusan yang menentukan nasib kota dan hidupnya.

Mampukah Widya menyelamatkan kota dengan bantuan Dosen Efri? Atau justru dia pada akhirnya ikut terinfeksi oleh wabah virus?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pramesti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Situasi Semakin Kritis

Di gelapnya malam, mesin mobil Widya mendesis lemah, dan akhirnya mati total di tengah jalan. Di jalan tersebut, hanya ada beberapa zombie berkeliaran. Dan tampak dari kejauhan, terlihat sebuah supermarket, pintunya terbuka lebar.

Cemas, namun Widya memiliki harapan setelah melihat supermaket disana. Dia bertekad, mengajak wanita itu serta anaknya, beristirahat di dalam sana. Tetapi, mereka harus melewati beberapa zombie yang berkeliaran di jalan.

Wanita itu dan anaknya yang duduk di kursi belakang, tampak frustasi setelah mobil mereka mogok secara tiba-tiba. "Apa yang harus kita lakukan, Widya?" suara wanita itu bergetar ketakutan.

"Kita harus keluar," kata Widya pelan, matanya mengamati sekeliling, memastikan jumlah zombie yang akan mereka lewati. "Ayo, keluar sekarang!"

Tanpa membuang waktu, Widya menggenggam pipa besi yang ada di sebelahnya dan membuka pintu mobil dengan perlahan. Wanita itu tampak ragu, cemas, mulai menggendong anaknya.

Dengan tangan bergetar, dia membuka pintu mobil dan berdiri di belakang Widya. "Jangan berisik, sepertinya para zombie itu tidak melihat kita dari tempat yang gelap," bisik Widya, wanita itu mengangguk mengerti. Widya menarik napas dalam, dan melanjutkan perkataannya. "Kalian... harus tetap di dekat ku!"

Widya yang berada di depan, bersiap untuk menghadapi zombie dengan pipa besinya. Mereka melangkah dengan hati-hati, setiap langkah mereka terasa begitu berat. Namun, ada satu zombie mendekat. Dia memukul zombie itu, dan membuat tubuhnya jatuh tersungkur.

Zombie yang lain, akhirnya menyadari keberadaan mereka. Panik, para zombie mulai bergerak cepat ke arah mereka, mengeluarkan suara geraman rendah.

Namun, dengan gerakan kilat, Widya menyapu pipa besi ke arah dua zombie. Dengan sekali pukul, tengkorak zombie itu hancur, dan tubuhnya jatuh ke tanah. Serangan itu tak menghentikan gerakan zombie lainnya, dan dia terus melawan zombie yang semakin mendekat ke arah mereka.

Alexa, dan Anna berteriak histeris, saat ada satu zombie melompat ke arah mereka. Dengan cepat, Widya menendang zombie itu terjatuh ke samping. "Ayo bangun!" teriaknya, wajah Alexa, dan Anna tampak ketakutan.

Sementara, Widya terus melawan, menghantam kepala zombie dari segala arah. Jumlah zombie semakin banyak, mereka terus berdatangan dan menyerang Widya.

Namun dengan gesit, Widya menendang satu persatu zombie, dan memukul tengkorak mereka dengan keras. "Cepat lari ke arah sana!" teriaknya lagi, suaranya penuh perintah dan tekad.

Alexa berlari kencang, menuju pintu supermarket sambil menggendong anaknya. Widya perlahan mundur, dan tidak mungkin terus melawan zombie sendirian dengan jumlah mereka yang semakin banyak. Dia berlari paling akhir, dan melompat masuk ke pintu supermarket.

Dengan napasnya terengah-engah, dan keringat terus menetes deras di wajahnya. Widya segera mendorong beberapa benda berat di dekat pintu, ada sebuah rak besar dan kursi. Dia mendorong benda tersebut, untuk menutup pintu supermarket dengan rapat.

(Hanya Ilustrasi)

Lega, Widya mencoba mengatur posisinya. Namun, kelegaan itu hanya sesaat. Di sudut supermarket, terdengar suara geraman zombie yang semakin mendekat. Terdapat tiga zombie, memakai seragam karyawan supermarket yang telah terinfeksi.

Dengan mulut mereka yang menganga lebar, melompat ke arah Widya dan siap menerkam. Terkejut, panik, dengan gerakan kilat, Widya memutar tubuhnya, melompat tinggi, dan menendang dua zombie sekaligus. Alexa dan Anna hanya bisa terdiam, berteriak histeris, melihat Widya berjuang sendirian melawan para zombie.

Dua zombie terlempar mundur ke rak barang, tetapi salah satu dari mereka masih bergerak mendekat. Dengan cepat, dia memukul satu zombie di wajah dengan pipa besinya, membuatnya terhuyung mundur.

Wajahnya kini mulai penuh keringat dan darah. "Akan ku bunuh, kalian semua!" teriak Widya dengan tegas. Dia terus menghantam satu kepala zombie, menggunakan pipa besi sekuat tenaga.

"Krak!" Suara keras terdengar ketika pipa besi itu menghantam tengkorak zombie yang satu, hancur, jatuh ke lantai, tubuhnya terkulai tak bergerak lagi.

Namun, dua zombie lainnya tidak tinggal diam, berusaha mendekat dan mencakar wajahnya. Dengan gesit, dia mengangkat kedua kakinya, lalu menendang tubuh zombie itu ke samping. Tangan kanannya, mengangkat pipa besi dan menghantamkan ke bagian belakang kepala dua zombie itu sekaligus. Sekali pukul, zombie itu berhenti bergerak, kepalanya remuk. Tubuhnya terjatuh dengan keras ke lantai.

Dengan nafas berat, Widya berdiri tegak, menatap Alexa dan Anna dengan wajah yang sangat pucat, tubuh mereka bergetar ketakutan. "Sudah aman... kalian tidak perlu takut!" seru Widya, berusaha menenangkan keduanya.

Sementara itu, di dalam gudang kampus. Aldo, Alvin, dan Efri sedang mencari barang-barang yang bisa digunakan untuk melawan zombie. Mereka berhasil menemukan: dua linggis, satu kapak, dan beberapa tongkat besi yang bisa dijadikan senjata.

Alvin mengambil satu linggis, satunya lagi ada di genggaman Aldo. Sedangkan Dosen Efri, memegang kapak dan beberapa tongkat besi.

Sementara Eric, yang berjaga di dekat pintu gudang, mendengar suara geraman semakin keras di luar. Dia mencoba mengintip dari celah pintu, dan ternyata beberapa zombie mendorong pintu mereka.

Salah satu tangan zombie berhasil menyelinap masuk melalui celah pintu yang sempit. Panik, wajah Eric semakin cemas. Ternyata, Chaca sejak tadi menangis dan mengandung perhatian zombie berkeliaran di luar untuk mendorong pintu gudang.

Chaca menangis, karena tidak bisa beristirahat di tempat yang kotor dan gelap. Erin, Lina, dan Dosen Anggun terbangun saat mendengarkan suara zombie. Lemari dan tumpukan kursi, sebagai pengganjal pintu gudang, bergoyang semakin hebat karena ada dorongan kuat dari luar.

"Diam!" Erin menyuruh Chaca untuk menghentikan tangisannya. Sementara Eric, berteriak sambil menahan pintu gudang. "Tolong!" seru Eric, terengah-engah. Dia berusaha menahan pintu dengan seluruh tenaga.

Dosen Anggun, Erin dan Lina segera bergerak membantu. Namun, dorongan dari luar semakin kuat, jumlah mereka semakin banyak dan pintu terasa akan jebol.

Alvin, Aldo, dan Dosen Efri mendengarkan kericuhan di dekat pintu gudang. Mereka berlari menuju pintu, terkejut, melihat kondisi pintu sudah mulai jebol. Situasi semakin kritis, mereka bergegas membantu menahan pintu.

"Kalian berempat, cepat ambil tongkat besi ini!" teriak Efri, menyerahkan satu persatu tongkat besi itu kepada Eric, Erin, Lina, dan Dosen anggun.

Mereka kini memegangi senjatanya masing-masing, kecuali Chaca. "Kita semua... harus siap melawan mereka. Kita tidak bisa menahan pintu ini, karena di luar semakin banyak!" teriak Efri lagi, semuanya mengangguk mengerti dan mengatur posisinya masing-masing untuk melawan zombie.

Namun, tiba-tiba pintu gudang jebol sangat lebar. Segerombolan zombie masuk dengan mengeluarkan suara geraman mengerikan, memekakkan telinga mereka. Alvin dan Aldo mengangkat linggis mereka, dan menghantamkan ke beberapa kepala zombie hingga pecah.

Darah muncrat, ke sekujur tubuh mereka. Sementara Efri, menebaskan kepala dan memotong tangan zombie dengan gerakan gesit. Hampir lima zombie sekaligus, di tumbangkan olehnya menggunakan kapak.

Sementara Eric, memutarkan badannya, melompat dan menendang kepala zombie. Erin dan Dosen Anggun, membantu Eric memukul kepala zombie menghubungkan tongkat besi. Dua wanita itu, kini sudah tidak mengenal rasa takut lagi.

Lina memegang tongkat besi itu, dengan tangan bergetar. Dia terisak ketakutan, melangkah mundur, hingga terpojok ke dinding gudang bersama Chaca. "Kita harus gimana? Aku takut..." suara Lina hampir tidak terdengar.

"Cepat pukul mereka!" teriak Chaca, mereka berdua di kepung beberapa zombie yang semakin mendekat. "Aku takut Chaca..." Lina berkata dengan suara terisak ketakutan.

Sementara Alvin, melihat mereka berdua dalam bahaya, berlari ke arah mereka sambil memberi isyarat kepada Aldo. "Aldo. Tolong urus sisanya! Aku harus selamatkan mereka."

Dengan gerakan cepat, Alvin melompat sambil mengayunkan linggis ke arah zombie tersebut. Dia menghantamkan linggisnya dengan seluruh tenaganya, hingga menimbulkan suara benturan berulang kali pada tengkorak zombie.

Akhirnya, mereka semua berhasil menumbangkan segerombolan zombie. Mereka menarik nafas dengan berat, sekujur tubuh mereka berkeringat dan berlumuran darah.

"Tempat ini sudah tidak aman, ayo kita keluar!" seru Dosen Efri, dengan sangat tegas dan berwibawa. Semuanya berlari keluar dari gudang, dan ada zombie dari arah lain mengejar mereka.

Efri memimpin jalan, langkah mereka terasa begitu berat. Jeritan histeris dari Chaca dan Lina, membuat para zombie semakin banyak berlari ke arah mereka. "Pak. Kita mau kemana lagi?" tanya Alvin, dengan langkah yang berat, Efri menjawab dengan tegas. "Kita ke perpustakaan, disana sedikit aman!"

Mereka semua mengikuti Dosen Efri, menuju ke perpustakaan yang tidak terlalu jauh dari gudang. Namun, mereka harus melewati para zombie yang berkeliaran di depan pintu perpustakaan.

1
Pompon
lanjut kak, btw semangat berpuasa ya kak
Pompon
alah mimpi kirain beneran udah tegang bet tadi cak🥴
🟢Widya Dya: jangan lupa sediakan air putih/Facepalm/
total 1 replies
Bluery
jangan-jangan Roger sudah terinfeksi? tapi bukannya dia belum terkena gigitan zombie?😱🤔
Bluery
Alur ceritanya menarik, ada bagian part tersedih,. menegangkan, dan novel ini sangat keren karena banyak sekali cerita aksinya yang membuat pembaca semakin penasaran dan suka/Rose/
Bluery
siapa yang naro bawang disini/Cry//Scowl/
Bluery
😱😱
Bluery
Beautiful/Drool/
Bluery
uwuuu/Chuckle/
ESdoger
bikin merinding
ESdoger
keren ceritanya
ESdoger
Beneran menegangkan dan ceritanya menarik untuk di baca👍 alurnya keren, susah di tebak dan banyak misteri yang belum terpecahkan.
ESdoger
lari ada zombie😱
ESdoger
Jadi ini prof yang menciptakan virus zombie itu?
ESdoger
baru 2 bab udah bikin penasaran
Lovely
Nah, Caver Utama sangat mendukung.
Syari Andrian
Waahhh.. Jangan sampai Laura itu nyerang mereka pas di mobil... Aku curiga kalau dia juga hasil eksperimen dari ayahnya Widya dan ayahnya ana
Pompon
bagus banget, updatenya jangan terlalu lama semangat terus buat author nya 😁😆
🟢Widya Dya: makasih, sorry agak lama updatenya krns Authornya sibuk kerja jarang ada waktu luang🙏🏻😇
total 1 replies
Pompon
langsung buang aja tu orang tendang dari truk biar mampus/Hammer//Hammer/
BuayaMT🐊
Ceritanya bagus, alurnya sangat bagus. Di karya "PLAGUEHART" ini menceritakan sebuah wabah dari ekperimen yang tidak manusiawi, namun penuh banyak misteri. Ekperimen itu dilakukan oleh Professor Arya, tapi tidak menemukan obat penawar dan malah ikut terinfeksi menjadi zombie.
🟢Widya Dya: makasih
total 1 replies
BuayaMT🐊
Seru banget Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!