Menikah muda bukan pilihan Arumi karena ia masih ingin menyelesaikan kuliah yang tinggal selangkah lagi. Namun, pertemuannya dengan Adeline anak kecil di mana Arumi bekerja membuat keduanya jatuh hati. Adeline tidak mau perpisah dengan Arumi bahkan minta untuk menjadi ibunya. Menjadi ibu Adeline berarti Arumi harus menikah dengan Davin pemilik perusahaan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Silakan masuk Pak" pak Seno yang sedang di ruang tamu menyambut kedatangan pak rt dan rw.
Arumi yang melihat dari bawah tangga segera menghampiri kedua perangkat desa itu sambil menuntun Adel, ia menyapa sopan.
"Arumi... Diam-diam kamu sudah mau dilamar saja. Padahal niatnya saya mau besanan dengan Ayah kamu" kelakar Pak rw tertawa renyah.
"Bapak bisa saja" Arumi tersenyum, anak laki-laki rw itu memang menaruh hati kepadanya, tetapi Arumi hanya menganggap teman. "Dilanjutkan ngobrolnya, Pak" Arumi mengakhiri basa basi karena hendak memandikan Adel.
"Baiklah, saya mau pulang jika hidangan ini sudah habis, Rum" rw terkekeh, pria itu memang humoris.
Beberapa menit kemudian setelah Arumi masuk ke kamar, datang tetangga sebelah kiri dan kanan. Bagi yang pria segera bergabung dengan perangkat desa itu, sementara yang perempuan menemui Astiti di dapur.
"Terimakasih Jeng... sudah menyempatkan diri untuk datang" Astiti menggelar karpet karena dua tetangga sebelah yang masing-masing membawa anak remaja itu tidak mau duduk di kursi.
"Arumi kemana Mbak?" Tanya tetangga yang lebih tua dari Astiti itu tidak melihat Rumi.
"Dia sedang mandi Jeng, kalau gitu saya juga mandi sebentar" Astiti meninggalkan tamunya. Namun, sebelum ke kamar menemui rt, rw lebih dahulu.
"Calon menantu belum datang Pak Seno?" Tanya rt karena ia datang sesuai jam yang ditentukan pemilik rumah.
"Belum Pak rt, mungkin macet di jalan" tutur Pak Seno.
"Saya pikir kamu akan menikah lebih dulu Yudha, ternyata keduluan adik kamu" pak rw tertawa sambil menepuk pundak Yudha yang duduk di sebelahnya.
"Ternyata saya tidak seberuntung Arumi Pak" kelakar Yudha, padahal bukan itu alasannya. Bagi Yudha masih terlalu muda untuk usia 25 tahun jika memutuskan menikah.
Di ruang tamu tersebut ngobrol hangat sambil menikmati hidangan dan minuman yang disediakan simbok.
"Bisa ke belakang sebentar Den" Pundak Yudha ditepuk mbok agar mengikutinya ke belakang.
"Ada apa Mbok?" Tanya Yudha ketika sudah tiba di dapur.
"Kata Nyonya, Aden disuruh mengantar Non Arumi ke salon Den" Mbok menyampaikan pesan Astiti yang saat ini masih di kamar mandi bersih-bersih.
"Katakan pada Arumi saya menunggu di luar Mbok" Yudha ambil kunci mobil lalu keluar melalui pintu belakang.
"Iya Den" Simbok hendak ke lantai atas tetapi belum menginjak tangga terdengar suara Adeline yang sudah tiba di anak tangga paling atas, mbok menunggu di bawah kemudian menyampaikan pesan Yudha.
"Iya Mbok, saya keluar"
Ketika ingin ke belakang Arumi melihat Yuli dan Susi kemudian menyapa, walaupun ditanggapi dingin oleh tamunya itu. Dua remaja tetangga sebelah itu memang selama ini tidak pernah mau dekat dengan Arumi hanya karena Arumi dia anggap kuper dan kutu buku.
"Eh, anak siapa yang bersama Arumi?" Bisik Yuli yang seusia Yudha berbisik-bisik di telinga Susi yang duduk bersebelahan. "Jangan-jangan... Arumi sudah punya anak sebesar itu baru mau menikah" lanjutnya.
"Hamil di luar nikah maksudnya" Susi memperjelas.
"Hus! Jangan ngawur kalian" Wanita yang tak lain ibunya Yuli itu marah kepada anaknya. Pasalnya si ibu tidak pernah melihat Arumi hamil karena Arumi setiap 6 bulan sekali pulang ke Semarang.
Mereka tidak tahu jika Arumi masih mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun, ia tidak peduli lalu minta Adel agar bersalaman dengan mereka sebelum pergi.
"Mbak Yuli, ini Adeline anak calon suami saya" Arumi mengenalkan Adel tanpa mereka tanya sebelum fitnah semakin melebar
"Oh, jadi.... Calon suami kamu itu duda Rum" Ujar Yuli setengah meledek. "Padahal kalau duda mah di sini juga banyak" lanjutnya meremehkan.
"Sudah jodoh Mbak, kalau gitu saya tinggal sebentar" pungkas Arumi kemudian keluar melalui pintu belakang. Menyusul Yudha yang sudah menunggu. Sebenarnya Arumi malas untuk ke salon tetapi tidak mau mengecewakan sang ibu.
"Kok lama" kata Yudha khawatir tamu dari Jakarta keburu tiba.
"Aku basa-basi sama tetangga dulu Mas, nanti salah lagi. Lagi pula untuk apa juga Ayah mengundang tetangga padahal baru juga lamaran" Arumi kesal, kadang serba salah, menyapa digosipkan tidak menyapa katanya sombong.
"Namanya juga tetangga Rum, senang maupun susah harus kita kasih tahu. Memang kenapa gitu?" Yudha tidak mengerti mengapa adiknya tiba-tiba sewot.
"Sebel banget tahu nggak Mas, masa... Aku dikira punya anak di luar nikah sih" adu Arumi, tetapi Yudha justru tertawa.
"Kok malah tertawa sih Mas, nggak lucu tahu!" Arumi kesal, niat hati ingin curhat justru ditertawakan.
"Jangankan tetangga Rum, aku juga kemarin nyangka kalau kamu itu..." Yudha tidak melanjutkan ucapanya, bisa-bisa adiknya semakin kesal.
"Dasar Kakak nggak punya akhlak, berburuk sangka sama adik sendiri" sungut Arumi, memang begitu kakak adik itu jika di rumah, tetapi keduanya saling menyayangi.
"Ate Lumi sama Om Yudha beltengkal telus, sama Papa juga seling beltengkal" jujur Adeline, mengejutkan Yudha. Namun, Yudha akan bertanya kepada Arumi tetapi nanti karena mereka sudah tiba di depan salon.
Sementara di rumah, tamu yang ditunggu-tunggu baru saja tiba. Xanders bersama Rose pun berkenalan dengan Seno dan juga Astiti.
"Alhamdulillah... Sudah berkenan silaturahmi ke gubuk saya" ucap Astiti, memandangi wanita dan pria yang berasal dari Eropa itu. Astiti tidak menyangka akan mempunyai besan dari sana.
"Saya juga senang Mbak Astiti, perantara Arumi kami bisa berkesempatan datang ke sini" jujur Rose.
"Salam kenal Pak... Bu" ucap Davin menjabat tangan kedua calon mertuanya itu bergantian.
"Salam kenal, biar jelek begini saya dan istri saya ini orang tua Arumi" pak Seno tersenyum bahagia.
"Arumi bersama Adeline kemana, Pak?" Davin sudah tidak sabar ingin bertemu putrinya.
"Arumi masih ada keperluan di luar Nak" Astiti tidak mengatakan jika Arumi sedang ke salon.
Usai berkenalan lalu duduk bersama, belum ada obrolan serius hanya obrolan santai saja.
Sementara Yuli dan Susi tidak ikut bergabung di ruang tamu. Mereka menyembulkan kepalanya sedikit agar bisa menatap pria tampan, siapa lagi jika bukan Davin ditemani Derman.
"Waah... ternyata calon suami Rumi tampan sekali" Susi menganga hampir ngences.
"Benar-benar, beruntung sekali Arumi" Imbuh Susi, masing-masing hanya bisa berharap dirinya akan mendapat pria seperti itu. Apalagi mereka menguping jika Davin adalah seorang pengusaha yang berasal dari Eropa. Keduanya lalu merosot duduk di lantai masih tidak percaya jika Arumi tetangganya yang selalu dia buli karena tidak punya pacar, begitu dapat calon suami tidak tanggung-tanggung.
"Permisi Mbak, bisa numpang toilet?" Seorang pria tiba-tiba muncul di hadapan dua wanita itu.
Keduanya mendongak menatap pria yang tingginya di atas rata-rata orang Indonesia itu, tiba-tiba berada di harapannya.
"Mbak" pria yang tak lain adalah Davin itu bingung karena pertanyaannya tidak dijawab.
"Saya dengar, Tuan ingin ke toilet? Mari saya tunjukkan Tuan" Mbok yang baru saja menyuguhkan minuman itu pun berhenti.
Davin mengangguk lalu mengikuti Mbok ke dapur, kemudian masuk kamar mandi yang biasanya hanya Mbok saja yang menggunakan.
"Terimakasih Bu" ucap Davin begitu keluar dari kamar mandi melihat mbok sedang mencuci piring.
"Sama-sama Tuan" Mbok memandangi Davin yang berjalan hendak kembali ke ruang tamu.
"Mas, sebentar Mas" dua wanita tetangga Rumi itu menghentikan langkah Davin.
"Ada apa Mbak?"
"Kami ingin foto Selfie bareng Mas ganteng" Yuli dan Susi merapat ke sini kiri dan kanan Davin, tanpa persetujuan memegang lengan kekar itu.
Yuli membidik kamera handphone lalu bergaya, tidak lucu dia lucu-lucuin, tidak cantik tapi sok cantik.
"Satu... Dua... tiii..." Yuli akan menekan tombol foto.
"Papaaaa..."
Gagal sudah karena perhatian mereka tertuju kepada Adeline yang baru masuk melalui pintu belakang diikuti Arumi.
...~Bersambung~...