Seorang gadis cantik, jenius dan berbakat yang bernama Kara Danvers bekerja sebagai agen ganda harus mati di karena dikhianati oleh rekannya.
Namun, alih-alih ke alam baka. Kara malah bertransmigrasi ke tubuh bocah perempuan cantik dan imut berusia 3 tahun, dimana keluarga bocah itu sedang di landa kehancuran karena kedatangan orang ketiga bersama dengan putrinya.
"Aku bertransmigrasi ke raga bocil?" Kara Danvers terkejut bukan main.
"Wah! Ada pelakor nih! Sepertinya bagus di beri pelajaran!" ucap Kara Danvers menyeringai dalam tubuh bocah cilik itu.
Apa yang yang akan dilakukan sang agen ganda saat di tubuh gadis cilik itu dan menggemaskan itu. Yuk mari baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitnah
"Aaaaaa ..." Amara berteriak kencang, saat para tamu pergi begitu saja.
Bahkan Arvin tidak bisa mencegah koleganya pergi bersama sang istri dan anaknya. Pria berusia 29 tahun itu bingung pada apa yang terjadi.
"Katakan padaku! Apa yang telah kau lakukan Amara?!" tanya Arvin dengan wajah mengeras sambil memegangi lengan Amara.
"Itu semua bukan salah aku Mas! Tapi mbak Vira dengan putrinya Vara!" teriak Amara menunjuk Selvira.
"Apa maksudmu Mbak?! Bukankah kau sendiri yang memulai semua ini?! Kau bahkan mengatakan pada orang-orang jika aku adalah istri kedua dan hanya menumpang di mansion ini!" balas Selvira tegas.
Arvin menatap tajam istri keduanya. "Apa benar yang dikatakan Selvira?!" tanyanya.
Wajah Amara berubah pucat. "Enggak Mas! Mbak Selvira berbohong! Justru dia yang membongkar sendiri, bahwa akulah istri kedua di rumah ini. Dia Mengatakan aku pelakor!" ucap Amara dengan air mata mengalir deras.
Diaa mencoba mendramatisir keadaan, Arvin menatap iba sang istri kedua. Sudah cukup hubungan mereka renggang karena di butik tempo hari.
Hubungan mereka sudah kembali baik, terlebih Arvin yang tidak bisa menahan hasrat biologisnya. Tentu dia akan lari ke Amara, karena Selvira tidak bisa melakukan tugasnya.
Namun, ada satu hal yang belum diketahui oleh Arvin. Hasil pemeriksaan medisnya tentang pusakanya tempo hari belum diperiksanya.
Arvin hanya menyuruh dokter kenalannya, untuk mengirim hasil pemeriksaan itu ke mansion miliknya.
Sedangkan yang menemukan surat itu adalah Vara, bocah perempuan cantik berusia 3 tahun itu menyembunyikan rahasia hal itu. Dia akan membongkarnya di saat yang tepat.
Cih! Nih kunti bogel mau bermain drama lagi! batin Vara kesal.
"Selvira! Apa benar yang dikatakan oleh Amara?!" tanya Arvin menatap istri pertamanya.
"Terserah Mas mau percaya siapa?! Yang jelas bukankah memang Mbak Amara orang ketiga. Tentu dia tahu resikonya, jika ingin masuk ke rumah tangga seseorang!" balas Selvira acuh.
Wajah Amara memerah karena merasa sangat kesal, sedangkan Arvin langsung terdiam saat mendengar ucapan sang istri.
"Ayo sayang! Kita ke atas beristirahat!" ajak Selvira.
Vara dan Selvira melewati ketiga orang itu dengan wajah berbeda-beda. Lunaira yang menangis karena pestanya hancur, sedangkan Amara ingin sekali dia mencekik Selvira.
Malam itu, pesta berakhir kacau. Bahkan makanan masih belum tersentuh sekalipun. Arvin hanya menyuruh para pelayan untuk memberikan pada anak-anak jalanan dan panti asuhan.
Beberapa hari ini, Vara mulai melancarkan aksinya. Dia membobol sistem keamanan dan mencari rahasia milik Amara. Bahkan penyebab Vara asli meninggal.
Sesekali bocah perempuan itu melirik ke arah keluar agar tidak ketahuan oleh sang ibu jika dia sedang beraksi.
****
Di sebuah apartemen mewah, dua orang berbeda jenis kelamin sedang beradu peluh. Suara desahan bersahut-sahutan, membuat ruangan itu semakin panas.
"Aku mencintaimu Amara sayang!" ucap seorang pria.
"Aku juga mencintaimu! Kamu harus membantuku! Bantu aku singkirkan wanita dan anaknya itu!" ucap Amara bergelayut manja.
"Tenang saja! Aku sudah memanipulasi seluruh data yang kamu minta. Lihatlah!" pria itu memberikan sebuah dokumen yang langsung dibaca oleh Amara.
Amara tersenyum lebar melihat hal itu, dia bahkan melihat foto-foto dan video yang sudah diedit secara natural.
"Terimakasih sayang!" ucap Amara memeluk pria itu.
"Hmm ... ini semua juga untuk anak kita nanti! Jaga dia baik-baik!" ucap pria itu mengusap perut rata Amara.
"Tentu sayang!" ucap Amara.
Mereka kembali bergulat, tetapi mereka melakukannya dengan hati-hati. Setelah pesta putrinya berakhir kacau balau dua minggu yang lalu karena ulah Selvira dan putrinya. Amara tidak bisa tinggal diam lagi, dia menemui seseorang yang selama ini menjadi kekasihnya.
Malamnya, saat Arvin pulang. Amara membuatkan masakan spesial yang tentu yang masak adalah pembantu.
"Ada apa ini sayang?" tanya Arvin mengeryit heran.
"Aku punya sesuatu untukmu Mas!" ucap Amara sambil melirik Selvira yang hanya acuh, sedangkan Vara terlihat malas-malasan.
Amara kemudian memberikan kotak hadiah kecil yang diikat pita merah. Saat Arvin membukanya, sebuah tespek bergaris dua terlihat.
"Kamu hamil sayang?" tanya Arvin dengan nada bahagia.
Amara mengangguk. "Ya, aku hamil Mas! Anak kita!" ucapnya.
Arvin langsung memeluk sang istri keduanya, semakin membuat Selvira merasa sakit. Sedangkan Vara hanya menyeringai sesaat kemudian kembali berwajah polos.
Mereka merayakan kehamilan Amara dengan penuh suka cita, bahkan Arvin tidak memikirkan perasaan istri pertamanya.
Tunggu permainannya dimulai! batin Vara.
"Ingat ya, sayang. Kamu tidak boleh capek-capek!" ucap Arvin lembut.
"Terimakasih, Mas. Aku yakin, anak kita laki-laki dan menjadi penerus keluarga. Dia yang akan memimpin perusahaan yang hebat," ujar Amara melirik ke Selvira yang tidak terpengaruh sama sekali.
Dih! Kunti bogel berharapnya ketinggian! cibir Vara.
"Jangan tellalu belhalap ketinggian Ibu Amala, nanti kalau jatuh cakit!" sahut Vara polos.
Wajah Amara memerah karena geram, dia langsung menatap sang suami.
"Mas!" rengeknya.
"Sudah gak apa-apa! Vara hanya anak .kecil yang sering berucap asal," ujar Arvin lembut.
***
Semenjak kehamilan Amara, kini Arvin sudah mulai melupakan Selvira. Dia terus memanjakan sang istri kedua. Membuat Selvira bertekad untuk berpisah.
Diam-diam Selvira sudah mengurus perceraian nya, dia tinggal menunggu surat dari pengadilan agama.
Hari ini, saat Selvira baru saja turun dari tangga. Tiba-tiba Amara mencegatnya, dengan wajah sinis.
"Bagaimana rasanya, Mbak. Saat Mas Arvin tidak mempedulikan mu?! Dan akan ku buat seperti itu selamanya, hingga dia membuang mu!" Wajah Amara tampak angkuh
Selvira menjawab tenang, "Aku tidak masalah dengan hal itu! Ambil saja jika kau ingin, aku juga tidak ingin Mas Arvin lagi," balasnya membuat Amara geram.
Ini tidak sesuai prediksinya, seharusnya Selvira mengamuk dan memukulnya. Saat melihat Arvin dari atas tangga, tiba-tiba Amara menjatuhkan dirinya ke lantai meski pelan.
"Aaaaaa ... sakit! Maaf Mbak, jika aku merebut perhatian Mas Arvin!" Amara menangis tersedu-sedu.
"Amara!!" Arvin turun dengan tergesa-gesa, lalu melewati Selvira begitu saja.
Dia segera menghampiri sang istri kedua, dan menggendongnya ke sofa. Selvira menatap suaminya dengan tenang.
"Mas! Mbak Vira marah karena aku merebut perhatian darimu! Aku minta maaf Mas!" ucap Amara merasa bersalah sekaligus takut.
"Kamu gak apa-apa sayang?" tanya Arvin yang terlihat sangat khawatir.
"Sakit, Mas. Untungnya aku dan bayi kita gak apa-apa. Mbak Vira marah, karena aku ingin menunjukkan sesuatu pada, Mas. Tapi dia mencoba menghalangi aku," jawab Amara.
Alis Arvin menukik tajam. "Menunjukkan apa sayang?" tanyanya penasaran.
"Diam-diam menyelediki Mbak Selvira, Mas. Soalnya kata temenku, dia pernah melihat Mbak Selvira ketemuan dengan seorang pria. Lihatlah, Mas!"
Amara memberikan sebuah map coklat, di dalamnya foto-foto dan sebuah flashdisk. Disana juga ada tes DNA, membuat Arvin mengeryit heran.
"Aku juga diam-diam melakukan tes DNA terhadap Mas dan juga Vara, dan lihatlah hasilnya!" sambung Amara.