Zara Salsabila, seorang gadis cantik dan juga pekerja keras. Diusianya yang menginjak dua puluh lima tahun dirinya sudah menjabat sebagai sekretaris CEO. Dia begitu dikagumi oleh banyak pria dan juga wanita yang menjadikan dia sebagai sosok idola. Prestasi yang begitu membanggakan tetapi tidak dengan perjalanan cintanya.
Justru dirinya dikhianati oleh sahabat baiknya dan juga kekasihnya sendiri.
Lalu bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
"Pulang ke Surabaya sendiri? kamu yakin?" tanya Aven sambil membantu kekasihnya berkemas.
Zara meminta ijin untuk pulang ke Surabaya. Selain rindu dengan kedua orang tuanya. Zara juga ingin meminta restu soal hubungannya dengan Aven.
"Iya bang. Tenang aja," jawab Zara santai.
"Mana bisa tenang kalau kamu pulang sendirian begini. Aku anterin sekalian lamar kamu," ucap Aven membuat Zara terkekeh mendengarnya.
"Kok malah ketawa sih, aku serius sayang," Aven memberengut kesal dengan respon sang kekasih.
"Iya Abang, aku tahu Abang serius kok," jawab Zara.
"Lalu kenapa kamu ketawa?"
"Habisnya Abang lucu. Aku mau pulang karena aku rindu dengan mereka. Dan aku juga mau mengatakan tentang hubungan kita. Nanti setelah itu Abang baru nyusul ya. Sekalian mau melamar juga nggak apa-apa. Setelah aku ngomong dulu ke ayah dan bunda," tutur Zara dengan lembut.
Akan tetapi Aven masih saja bermuka kusut. Zara tersenyum melihat ekspresi sang kekasih. Zara memegang lembut tangan si duda yang lagi ngambek.
"Abang percaya kan sama Zara?" tanya Zara sambil menatap dalam kepada si duda yang lagi ngambek.
"Percaya," jawabnya singkat.
"Nanti susul ke Surabaya. Kita bahas pernikahan kita sama orang tua Zara, yah?" pinta Zara dengan lembut.
Mendengar permintaan sang kekasih membuat hati Aven mendadak luluh.
"Baiklah, besok aku susul," putus Aven. Zara hanya menghela napasnya panjang. Mau menolak nanti Abang dudanya pasti akan merajuk kembali.
Grep.
"Eh, Abang?" pekik Zara karena tiba-tiba Aven memeluknya dari belakang.
"Aku tidak mau berlama-lama jauh darimu," ucap Aven sambil menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Zara.
Zara hanya menghela napasnya sambil mengusap lengan Aven yang memeluknya.
"Sabar, sebentar lagi kita akan bisa bersama berdua dalam ikatan yang lebih sakral dan sah."
Aven mengangguk mengiyakan.
......................
"Aku berangkat dulu ya bang," pamit Zara sambil mencium tangan Aven berpamitan.
Namun lelaki itu justru menarik tangan Zara kemudian memeluknya dengan erat. Seolah-olah dia tidak rela jika Zara pergi ke Surabaya.
Asisten Dion memalingkan wajahnya melihat adegan mesra keduanya.
"Abang jangan begini, malu dilihat banyak orang, ih," ucap Zara mencoba melepaskan pelukan Aven.
"Tapi Abang nggak pengen kamu pergi," entah kemana perginya si kutub selatan ini. Sekarang yang Zara temui justru Aven yang lembek dan menye-menye. Bisa seperti ini juga kelakuan si pangeran kutub.
"Zara kan pulang ke rumah orang tua bang. Besok segera susul Zara ya, oke," pinta Zara kembali biar Aven tidak merajuk terus seperti ini.
Astaga! Kebucinan membuat seorang yang kaku, dingin dan datar menjadi selembek ini, batin asisten Dion.
"Assalamualaikum bang, Zara pulang dulu ya," pamit ulang Zara mengambil tangan Aven kemudian menciumnya sekilas.
"Waalaikumsalam, hati-hati sayang, kabari kalau sudah mendarat di bandara Juanda ya," pinta Aven dan Zara mengangguk patuh. Dia tidak mau membuat Aven semakin susah melepaskan dirinya. Bisa ketinggalan pesawat nantinya.
Zara menarik kopernya dan menuju ke tempat pemeriksaan tiket pesawat. Zara melambaikan tangannya sebelum masuk ke ruangan tunggu. Aven menghela napasnya panjang setelah sang kekasih sudah tak nampak lagi.
"Dion segera urusan keberangkatanku besok pagi ke Surabaya. Dan persiapan oleh-oleh untuk calon ibu mertua bagaimana? Apakah sudah kamu dapatkan?" tanya Aven kembali dengan raut wajah datarnya.
Asisten Dion segera mendekat dan menjawab pertanyaan sang atasan," sudah saya persiapkan mas."
"Baguslah, pastikan semuanya dengan kualitas yang terbaik."
"Baik mas."
Aven tersenyum tipis kemudian berjalan meninggalkan bandara. Dia harus segera menyelesaikan pekerjaan penting hari ini. Bertemu dengan klien dari luar negri yang akan membantu perkembangan perusahaan MH ke depannya jika mereka deal untuk bekerja sama. Karena itulah Zara melarang Aven ikut bersamanya hari ini. Dia ingin lelakinya itu fokus dengan pekerjaannya dahulu.
......................
Surabaya.
"Bu Nia, Bu Nia, mbak Zara sudah pulang Bu," teriakan salah satu pelayan di rumah bernuansa putih itu membuat wanita paruh baya yang sedang asyik dengan tanamannya di belakang rumah langsung berdiri dengan senyum semringahnya.
"Zara pulang! Masyaallah nduk...."
❤️❤️❤️
TBC