LF: License to Fight
Dia memang seorang pria biasa, dia juga hanyalah pria yang ingin bebas dari pekerjaan penting nya. Apapun segala hal yang dia lakukan adalah hal yang nyata. Tanpa tugas, tanpa izin, dia bisa menjadi apapun.
Sepenuhnya menceritakan seorang Samuel yang bernama asli Ah-Duken. Dia hanyalah Pria yang harus menangani berbagai kasus yang tidak masuk akal, jika kasus nya tidak masuk akal, maka pekerjaan nya semakin tidak masuk akal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11 Mencari Pengedar
Hari selanjutnya, tampak Erick menatap ponselnya sambil berjalan di pinggir kota. Tapi Kebetulan, dia melihat Samuel sedang merokok di dinding sebuah toko.
"Oh, Samuel, kebetulan sekali kita bertemu di sini..." kata Erick menyapa nya sambil berjalan mendekat pada Samuel yang menoleh padanya.
"Oh ada apa kamu berkata begitu? Oh ya aku baru ingat juga, kamu pernah menghubungiku beberapa kali tapi aku berada dalam panggilan lain. Maaf ya aku lupa memberitahumu sampai sekarang..." tatap Samuel tapi Erick menggeleng dan memasang wajah tidak apa-apa.
"Tak apa-apa, aku mengerti, aku tahu kamu sedang sibuk pastinya."
"Tidak juga, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan di ponsel?" tanya Samuel dengan serius.
Lalu Erick menghela nafas panjang dan mengatakan sesuatu. "Begini, kau masih ingat soal obat yang kau bicarakan padaku dan bahkan aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan saat itu, kupikir kasus itu hanya muncul satu kali, tapi ternyata ini sudah muncul beberapa kali dan di dokumen yang aku catat, semuanya tertulis dengan rapi, dan tak ada satupun yang aku lewatkan untuk aku catat, para jurnalis pun juga begitu, mereka berbondong-bondong untuk mencatat berita ini. Berita mengenai pil obat yang membuat semuanya menjadi gila...." kata Erick membuat Samuel terdiam dengan wajah yang masih serius.
"Sepertinya ini memang kasus yang begitu rumit.... Apa kau sedang ditugaskan untuk meneliti kasus itu?" tatapnya lalu Erick mengangguk dan membalas perkataannya.
"Ya itu benar sekali, atasan ku bilang dia ingin aku bekerja sama denganmu untuk mencari siapa distributor dalam pengedaran obat ini."
"Kenapa tidak langsung ke produsen saja?"
"Kamu tahu kan bahwa produsen itu hanyalah sesuatu yang tidak akan bisa kita temukan kecuali distributor, karena dalam hal logika produsen itu hanya satu sementara distributor bisa berbagai tempat belum lagi konsumen yang sangat banyak membelinya pada distributor, itu sama seperti menjual sesuatu oleh distributor lalu dibeli oleh konsumen dan barang itu tentu saja dibuat oleh produsen..." kata Erick.
"Kalau begitu baiklah aku harus tahu informasi mana yang menuju ke Distributor pengedaran obat terlarang itu."
"Aku tahu tempatnya, karena salah satu jurnalis pernah menjadi mata-mata, dia penasaran dengan apa yang terjadi baru-baru ini bahkan sampai mencurigai salah satu tempat ilegal di sini, dia melapor padaku dan aku mengatakan, aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meneliti tempat itu."
"Seorang jurnalis? Bagaimana bisa seorang jurnalis bisa menjadi mata-mata, apakah seorang jurnalis bisa memiliki sifat sepenasaran itu sehingga dia benar-benar menemukan sebuah petunjuk yang sangat berharga untuk kita?" Samuel menatap bingung, padahal hanya seorang jurnalis saja yang dapat membantu mereka menangkap petunjuk.
"Entahlah kawan, aku juga tidak tahu, mungkin itu hanyalah sebuah kebetulan, kita juga harus bersyukur dengan apa yang kita dapat kalau tak ada jurnalis itu kita akan susah payah mendapatkan informasi soal distributor..."
"Kalau begitu baiklah, tunjukkan saja tempatnya..." kata Samuel lalu Erick mengangguk dan kemudian mereka berjalan bersama-sama ke tempat yang akan dituju mereka memulai kasus mereka.
Hingga ketika sampai di tempat yang mereka tuju, tempat itu terlihat biasa saja karena dari luar terlihat sepi dan tampilannya hanyalah sebuah tempat bekas pabrik tertinggalkan.
Samuel melihat sekitar dengan ragu. "Tempat semacam ini biasanya memang dijadikan bahan-bahan yang ilegal, apalagi di Amerika Serikat ini tidak akan luput dari kasus yang namanya pembunuhan, perampokan dan yang lain-lainnya...."
"Mungkin karena sebuah film Marvel ataupun film aksi lainnya, amerika Serikat menciptakan banyak film aksi dan polisi sebagainya, itu mungkin karena mereka memberitahu bahwa Amerika Serikat memanglah dalam bahaya, negara dengan tingkat kriminalitas tinggi..." tambah Erick.
"Ya aku juga berpikir begitu, mau bagaimana lagi, untuk apa kita di sini emangnya..."
"Hahaha tentu saja kita hanyalah sebatas pekerjaan, lalu menerima uang begitu saja.... Sudahlah untuk apa kita membahas hal yang seperti ini sebaiknya kita segera masuk..."
Hingga ketika sampai di dalam, mereka masuk dengan santai nya dan di dalam ada penampilan yang begitu banyak orang sedang mengobrol di sana, di antaranya adalah orang-orang yang berpenampilan seperti turis. Atau warga negara asing lainnya yang ada di sana, mereka seperti akrab atau seperti sekumpulan orang-orang yang sedang membangun rencana. Tetapi tempat itu seperti tempat perfileman ilegal karena di sana ada banyak sekali kamera tempat syuting dan yang lainnya. Bahkan pakaian mereka juga terbilang permodelan.
"Lihat itu semuanya rata-rata orang Korea bahkan orang Vietnam juga ada di sini. Mereka Semua terlihat seperti orang-orang yang kita curigai..." kata Erick.
"Aku tidak yakin begitu. Kenapa mereka tidak terkejut dengan kehadiran kita?"
"Mungkin karena mereka sibuk mengurus apa yang mereka bahas dan tentunya kita akan dianggap sebagai salah satu dari mereka..."
Tapi belum lama berselang ada yang menoleh pada mereka. "Hei siapa kalian?!?"
Hal itu membuat Samuel dan Erick menoleh bersamaan. Harusnya mereka menyembunyikan identitas mereka tetapi mulut milik Erick telah membocorkannya. "Kami polisi sebaiknya kalian patuh pada kami...." kata dia.
"Di mana pemimpin kalian, di mana orang yang disebut distributor dalam hal ini," tatap Samuel yang menambah perkataan Erick menatap mereka semua dengan tatapan yang sangat tajam.
Tapi tak ada satupun dari mereka yang menjawab pertanyaannya dan malah salah satu dari mereka maju dengan gagah bidangnya dia memperlihatkan dadanya dan tubuh yang begitu berani.
"Memangnya kenapa, kalian ingin kami tunduk pada kalian, pergilah sana kalian benar-benar mengganggu di sini....!!" dia memegang sebuah linggis.
Erick yang melihat itu tentu saja terkejut dan malah bersembunyi di balik Samuel yang dari tadi memasang tatapan yang serius dan datar. Tidak layaknya Erick yang begitu ketakutan, tetapi Samuel benar-benar melambangkan ciri-ciri dari seorang pria yang berani.
Hingga tiba-tiba pria itu menyerangnya dengan linggis itu, dengan cepat Samuel menghindar dan memegang tangannya lalu memutarnya ke belakang dan melempar tubuh pria itu sehingga linggis berat itu jatuh ke tanah hampir mengenai kaki Erik yang terkejut.
Melihat hal itu semua orang juga tambah terkejut, mereka bukannya takut tapi malah tambah menantang, mengambil masing-masing senjata mereka dan menyerang Samuel satu persatu.
Tapi mau bagaimana lagi, pria ini tidak akan bisa dikalahkan, dia bisa mengalahkan banyak orang itu sekaligus, tetapi sebelum dia bisa mengalahkan semuanya, ada yang berteriak menghentikan itu semua.
"Ada apa ini?! Kenapa ada ribut-ribut di sini?!??" sepertinya dari tampilannya, dia adalah pemimpin dari orang-orang itu.
Tak hanya orang-orang itu yang menoleh. Samuel juga ikut menoleh dia langsung berjalan ke depan orang itu. "Apa kamu memimpin mereka, apakah kau yang disebut distributor itu?!" tatapnya dengan tegas tapi pria itu dengan beraninya mengambil senjatanya yakni pistol tembak.
"Mau apa?!? Berani padaku?!? Tidak lihat aku sudah membawa senjata?! Berani sekali menghancurkan suasana di sini, kalian hanyalah polisi tidak berguna..." pria itu menatap dengan tidak takutnya tapi Samuel juga begitu, dia memasang wajah dengan tanpa takut, meskipun suasana sempat terdiam karena pistol itu yang masih tertodongkan dan bisa saja pria itu menarik pelatuknya menembak langsung ke kepala Samuel.
Tapi untungnya ada hal yang bodoh, pria itu lengah dan malah meremehkan Samuel yang tiba-tiba saja merebut pistol itu langsung membuat pria itu ketakutan mundur karena sekarang yang memegang senjata jarak jauh itu adalah Samuel.
Sebelum menodongkan nya, Samuel melihat isi dari pistol itu, yang rupanya isi peluru pistol itu benar-benar lengkap dan tidak main-main.
"Sial kupikir ini tadi adalah pistol mainan, kau benar-benar membuatku sempat takut banget loh tadi..." kata Samuel sambil melemparkan pistol itu pada Erick yang menerimanya.
Setelah menerima senjata itu, Erick dengan berani menandakannya pada mereka yang segera menunduk ketakutan.
"Huh mau apa?!?! Cepat tunduk diam, semuanya tiarap di tempat kalian masing-masing dan jangan ada yang berani kabur...."
Lalu Samuel kembali menatap ke pria tadi, dia langsung menarik kerahnya tadi dan memojok nya di tembok besi itu.
"Katakan padaku apa kau adalah distributor dalam penginderaan pil yang sedang baru-baru ini dibicarakan oleh beberapa pihak polisi, kamu adalah distributor yang di bicarakan bukan?!??!"
"Apa?! Apa yang sedang kau bicarakan!? Aku tak tahu hal yang seperti itu."
"Huh, mau mengelak, kau tidak mungkin menghindari ini!!" Samuel mengeluarkan sesuatu dari sakunya yang rupanya itu adalah pill obat merah yang dimaksud, hal itu membuat pria itu terkejut, bahkan matanya juga memerah iblis.
"Kau orang gila yang benar benar harus melakukan sesuatu atas benda padat ini huh, sekarang katakan padaku, dari mana kau mendapatkan ini, apakah itu dari produsen nya langsung?" Samuel menatap tajam.
Pria itu terdiam, dia menggeleng cepat menyadarkan dirinya bahkan dari mata merah itu.
"Aku benar benar tidak tahu...." dia tetap tak mau membuka mata.
Hal itu membuat Samuel kesal dan mengulurkan tangan pada Erick yang memberikan nya pistol tadi, seketika Samuel mengarahkan ujung pistol itu di bagian kepala pria itu membuat pria itu benar benar terpojok nyawanya sendiri.
"Sekarang katakan padaku...." tatap Samuel lagi, hingga akhirnya pria itu membuka mulut. "Aku hanya pengedar nomor kedua, pengedar nomor satu dapat kau temukan di apartemen di bagian arah barat daya, jalanan preman," kata pria itu dengan gemetar.
Samuel terdiam dengan mata tajam, lalu dia mengeluarkan borgol. "Usaha yang bagus Robin Hood, tapi kau harus tetap di penjara, Erick, pastikan semuanya kamu tahan," kata Samuel menatap Erick yang mengangguk siap.
"Kenapa kau menahan ku juga, aku sudah memberitahukan padamu tempat nya, seharusnya kau melepaskan ku...." pria itu protes.
Tapi mendadak, kerahnya di tarik Samuel untuk mendekat. "Lain kali, kau harus mengisi film dengan sifat penjahat mu agar kau bisa di tembak mati polisi dalam film Amerika Serikat.... Camkan itu!!" tatapnya dengan tegas, Samuel benar-benar begitu tegas dalam situasi yang berbeda termasuk hal ini. Tak heran dia bisa di berikan pengenalan bahwa semua polisi mengenalnya.