Seorang Nara Pidana yang di pindahkan ke Penjara angker di Pulau terpencil.
Ternyata tak hanya angker, penjara ini di salah gunakan untuk tindakan ilegal yaitu menjual organ-organ Para Nara Pidana.
Setelah mengetahui kebenaran tersebut, Prapto pun bertekad untuk keluar dari penjara sadis ini.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23
"Cepat katakan Margono, hah hah hah hah" perintah nya dengan nafas memburu karena emosi dan kedua matanya menatap tajam ke wajah lelaki itu, sedangkan kedua tangan nya masih memegang kuat gagang kampak tersebut.
"Katakan !!!!" Bentak nya
"Jika kau masih diam, selanjutnya leher mu yang ku kampak,,,hah hah hah hah" ancamnya dengan nafas penuh amarah.
"Hiyaaaaaak" ia mengayunkan kampak nya lagi, kali ini secara horisontal mengarah ke leher nya Margono.
"Baik !! Aku katakan !!!" Teriak Margono ketakutan yang hampir seluruh wajah nya bermandikan darah hasil penyiksaan.
"Di dia mengajak saya kabur" jawab nya lemas dengan kepala tertunduk, di sertai darah menetes deras jatuh ke atas lantai.
"Praptoooooo !!!!!" Teriak nya marah
"Bawa dia sekarang !!!! Perintah nya dengan ekspresi wajah murka.
"Hiyaaaaaak !!" Teriak nya penuh kemurkaan sambil mengayunkan kampak
Crogggg
Darah segar mengucur deras seperti air mancur, dari pangkal leher yang terpotong.
"Agh" hampir saja Prapto bersuara karena terkejut dengan pemandangan sadis di depan matanya, yang secara tiba-tiba terjadi begitu cepat.
Kepala napi bermata satu itu pun seketika jatuh ke lantai dan menggelinding ke arah lubang kecil pembuangan air, tempat di mana Prapto sedang mengintip. Seketika itu pula, tanpa sengaja mata Prapto bertatapan dengan mata kepala yang sudah terpenggal dan mata satu-satunya itu masih melotot terbuka lebar.
Sorot mata nya menunjukkan rasa kepedihan yang teramat sangat dalam, kepala itu nyangkut di dinding lubang pembuangan dengan posisi menghadap miring ke arah Prapto sedangkan bekas telinga nya yang di iris menghadap ke atas masih mengeluarkan darah segar mengalir ke arah mata yang masih melotot kesakitan.
Pimpinan sipir penjara itu seketika menoleh ke arah lubang pembuangan air, karena merasa mendengar sesuatu dari arah lubang kecil persegi empat itu. Perlahan ia melangkah mendekati kepala yang sudah terpenggal, yang menutupi lubang pembuangan berukuran 6x6 cm itu.
Ia merendahkan badan nya tepat di depan lubang pembuangan persegi empat tersebut, lalu tangan kanan nya menjambak rambut kepala yang sudah terpenggal, kemudian melemparkan nya ke sisi lain. Ia memperhatikan lubang tersebut, memastikan apakah ada sesuatu di balik lubang kecil itu.
Untung nya Prapto sudah kabur lebih dulu. Ia melanjutkan perjalanan mencari jalan ke luar di dalam lorong saluran pembuangan air yang gelap gulita. Hanya suara gemercik air dari pipa-pipa kecil yang sedikit bocor, yang selalu mengiringi langkah Prapto di dalam lorong tersebut.
...☠️💀☠️...
Tok tok tok tok tok tok tok tok tok
Suara riuh sepatu pantofel yang beradu dengan lantai memecah keheningan malam di lorong penjara angker. Empat orang sipir berjalan terburu-buru menuju kamar tahanan nya Prapto.
"Guk guk,,guk guk guk" sesekali anjing hitam yang mereka bawa menyalak tanpa sebab.
Klek klek
Salah satu sipir membuka gembok besar yang mengunci lempengan pintu besi yang lumayan tebal itu.
Brakkkkkk !!!!
Begitu gembok di lepas, sipir algojo itu langsung menendang pintu besi tersebut dengan kasar. Ia pun langsung melangkah masuk ke dalam kamar pengap itu.
"Sial !!" Gumam nya marah sambil menggertakkan giginya.
"Guk guk guk guk guk !!" Anjing yang mereka bawa langsung menuju ke kolong ranjang sambil menggonggong
Tanpa menunggu perintah, tiga sipir lainnya langsung mengangkat ranjang besi tua itu dan menyenderkan ke tembok samping nya.