Surat keterangan infertil dari rumah sakit, membuat hidup Anyelir seketika hancur. Tidak ada kebanggaan lagi pada dirinya karena kekurangan tersebut. Namun sebuah kesalahan semalam bersama atasannya, membuat dia hamil. Mungkinkah seorang wanita yang sudah dinyatakan mandul, bisa punya anak? Atau ada sebuah kesalahan dari surat keterangan rumah sakit tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TATM BAB 11
"Jadi ini rumah kamu," Sagara memperhatikan rumah dua lantai bercat putih yang tampak asri. Ya, dia tahu jika Anye suka sekali dengan tanaman. Ia juga tahu jika mantan kekasihnya itu penyuka warna putih.
Jika Sagara sibuk memperhatikan rumah, Anye justru gelisah karena melihat ibu mertuanya duduk di teras rumah beliau. Begini nih, kalau rumah jejer mertua, berasa diawasi selalu. Ia melepas seatbelt, bersiap turun, namun tiba-tiba, tangannya reflek menahan lengan Sagara saat pria itu hendak membuka pintu. "Mau kemana?"
"Ada payung di bagasi, biar aku ambilin."
"Gak usah," Anye menggeleng cepat.
"Nanti kamu kehujanan."
Anye menghela nafas panjang. "Aku ini istri orang, jangan buat aku jadi gunjingan tetangga hanya karena sikap atau perlakuan kamu."
Sagara tersebut kecut. "Sorry, aku lupa. Vibesnya, kamu masih kayak pacar aku."
Anye memutar kedua bola matanya malas. Playboy kan emang kayak gitu, manis banget mulutnya, untung gak dikerubungi semut. Ia membuka pintu mobil, berlari menuju pagar lalu membuka cepat gemboknya. Setelah pagar terbuka, lanjut lari menuju teras. Rumahnya gelap karena lampu belum ada yang dinyalakan.
"Diantar siapa kamu?"
Meski tanpa menoleh dan melihat siapa yang bicara, Anye tahu jika itu adalah ibu mertuanya.
"Taksi online, Bu," sahut Anye sambil memutar kunci lalu menarik handle pintu.
"Hahaha," Bu Dini langsung ngakak. "Kamu fikir Ibu bodoh hah? Mana ada taksi online pakai mobil mewah."
"Ibu fikir, hanya orang miskin saja yang butuh uang? Orang kaya juga butuh uang, makanya nyambi jadi driver taksi online."
"Kamu selingkuh?"
Anye membuang nafas berat, membalikkan badan ke arah Bu Dini. "Ibu sendiri yang bilang, laki-laki mana yang mau sama wanita mandul seperti aku? Jadi Ibu fikirkan sendiri saja, apa mungkin aku selingkuh?"
"Baguslah kalau tahu diri," Bu Dini tersenyum miring sambil bersedekap.
Anye menyalakan senter di ponsel karena rumah sangat gelap, masuk lalu menutup pintu kembali, tak peduli jika Bu Dini masih ada di teras. Ia bisa mendengar wanita itu mengomel, tapi dia tak peduli. Saat ini, dia lelah sekaligus lapar, malas kalau harus kenyang omelan.
Perut yang lapar, membawa Anye yang baru selesai mandi ke dapur untuk membuat mie instan. Semangkuk mie instan kuah terlihat sangat menggugah selera. Namun saat hendak menyantapnya, ponsel yang ada di atas meja berdering, ada telepon masuk dari Robby. Senyumnya langsung mengembang.
"Assalamu'alaikum, Mas," ucap Anye setelah sambungan terhubung.
"Waalaikumsalam."
"Kamu udah sampai mana?"
Tak langsung terdengar sahutan dari Robby, membuat Anye kembali bertanya. "Kamu pulangkan?"
"Em... aku nginep disini, Nye."
"Nginep?" ulang Anye, senyum di wajahnya seketika pudar, hatinya gelisah.
"Hujannya deres banget dari tadi. Jalanan juga banyak yang banjir, jadi aku nginep."
Anye terdiam, berusaha untuk berpositif thinking. Namun, Sera, nama itu langsung mengganggu fikirannya. Ia memang tak tahu seperti apa wajah wanita bernama Sera itu, tapi hati kecilnya mengatakan, Sera pastilah seorang wanita yang cantik.
"Sayang, kamu masih disanakan?" Robby kembali bicara setelah hening beberapa saat.
"I-iya, Mas."
"Besok pagi-pagi, aku pulang."
"Iya," sahut Anye lemah.
"Kamu cepetan tidur. Jangan lupa kunci semua pintu dan jendala."
"Hem."
Anye meletakkan ponsel ke atas meja setalah sambungan telepon terputus. Semangkuk mie kuah yang tadi tampak menggoda, sekarang malah sebaliknya. Selera makannya hilang entah kemana. Ia beranjak dari dapur, masuk ke dalam kamar dan meringkuk di bawah selimut. Hanya membayangkan jika saat ini Robby bersama wanita lain saja, hatinya sudah sesakit ini, bagaimana jika dia benar-benar dipoligami. Apa dia akan sanggup menjalani rumah tangga seperti itu?
...----------------...
Robby yang hendak kembali masuk ke dalam villa, berpapasan dengan Sera di dekat pintu, akses menuju halaman belakang. Tadi dia memang ke halaman belakang saat telepon Anye karena di dalam terlalu berisik, yang lain pada karaoke.
Ada secangkir kopi yang masih mengepulkan asap di tangan gadis cantik tersebut.
"Aku buatin spesial untuk kamu," Sera mengulurkan cangkir kopi di tangannya ke arah Robby.
"Waduh, ngerepotin nih."
"Enggak kok. Justru aku senang bisa buatin kopi untuk Mas Robby," Sera mengulum senyum.
"Makasih," tak ada alasan bagi Robby menolak kopi tersebut.
"Ngobrol disana yuk," Sera menunjuk kursi dibawah payung besar yang ada di dekat kolam renang.
"Em... di dalam aja ya. Gak enak kalau ada yang lihat kita berduaan."
"Di dalam berisik banget," keluh Sera. "Aku cuma mau nanya-nanya soal kerjaan kok. Gimana, mau?"
"Em.. Ok."
Keduanya berjalan menuju kursi yang dimaksud Sera. Saat ini masih gerimis, namun karena ada payung besar, mereka aman disana. Aman dari hujan, tapi tak berarti bebas dari udara dingin yang saat ini terasa sampai ketulang.
"Enak gak kopi buatanku?" Sera yang agak kedinginan, menarik resleting sweaternya hingga leher.
"Enak," Robby mengangkat cangkir berisi kopi yang baru saja dia seruput. Udara dingin seperti ini, mana mungkin minuman panas tidak terasa enak.
"Di perusahaan Mas Robby, ada lowongan gak? Lingkungan kerjaku toxic banget, aku pengen resign."
"Emang udah parah banget?"
"Banget," Sera memutar kedua bola matanya. "Semua pada hobi menjilat, cari muka. Pokoknya orang-orangnya enggak banget deh."
"Nanti aku tanyain ke HRD, kali aja ada lowongan."
"Bantu ya, Mas," Sera menggenggam tangan Robby yang ada di atas meja, namun dia harus tersenyum kecut karena Robby menarik tangannya.
"Iya. Nanti aku info ke Raisa jika ada lowongan."
"Jangan ke Raisa dong, langsung ke aku aja." Sera mengeluarkan ponsel yang ada di saku celananya. "Berapa nomor Mas Robby, aku simpan."
Robby menyebutkan angka demi angka nomor teleponnya, beberapa saat kemudian, ponselnya berdering.
"Itu nomor aku, Mas. Save ya."
Robby menganguk lalu menyimpan nomor Sera.
karena perlakuan keluargamu.
ternyata si Robby yg mandul
pantesan kekeuh nggak mau cerai..
ia masih bersama Robby..
apa udah cerai ya???
kalo masih bersama Robby....
maukah Robby terima annak itu..
akakah perstlingkuham itu dimaafkan Robby?
❤❤❤❤❤
sdh hsl di manipulasi
saudqra sm ibu nyakiti anye g dibela
kamu yg tdk sempurna.